Ohh dia?

3.6K 538 84
                                    

Ada desas-desus atau rumor di sekolah tentang pak Hirata selaku pemilik yayasan Bima Sakti yang katanya sudah menikah. Rumor itu sudah diketahui oleh seluruh warga sekolah Bima Sakti. Tapi tak ada satu murid pun yang tahu akan kebenaran dari desas-desus tersebut.

Namun hari ini semua keingin tahuan para murid SMA Bima Sakti terbayar sudah. Saat si pemilik yayasan datang ke ruang kepala sekolah dengan menggandeng seorang wanita muda yang bahkan umurnya jauh lebih muda darinya. Apa lagi wanita tersebut adalah orang yang sudah sangat tak asing bagi mereka.

“Kak Jihan,” guman Vino.

Jevan menatap datar kedatangan Ayah dan Ibu tirinya yang baru saja masuk ke ruang kepsek.

“Bokap lo nikah sama kak Jihan dan lo gak cerita-cerita sama kita!” Kaget Jimmy.

“Buset, Jev. Beruntung banget bokap lo dapet yang bening model kak Jihan gitu.” Sahut Handoro yang tak bisa menahan rasa kagumnya. Terlebih Jihan yang kelihatan jauh lebih cantik dari pada biasanya.

“Pantes aja putus dari pak Irwan, tahunya mau nikah sama bokap Jevan.” Celetuk seorang murid laki-laki.

“Gileee, ngincer harta pasti”

“Lah tua bangka kayak gitu demennya daun muda.”

“Lah kak Jihan goblok si? Cakepan pak Irwan kemana-mana kali.”

Semua orang sekarang sibuk menggunjingkan mengenai keluarganya. Telinganya terasa panas, rasanya kesal dan mau meledak. Ia mengepalkan tangannya kencang, setelahnya menghembuskan nafas dengan kasar. Dia mulai mendidih karena orang-orang lebih banyak mencaci Ayah, bilang bahwa Ayah tak tahu diri, mata keranjang, dan lain-lain. “Bisa diam gak?!”

Jevan tak berteriak, ia hanya sekedar berkata dengan nada suara datar dan super dingin. Tak lupa wajahnya yang dingin tak tersentuh, hal itu sukses membuat semua orang terdiam mendadak. Menatap Jevan dengan begitu horor karena aura menyeramkan yang tiba-tiba muncul di sekeliling Jevan.

“Pada gak ada kerjaan ya? Makanya ngomongin orang lain!” Kata Jevan dan pergi meninggalkan kerumunan murid tersebut.

Vino, Handoro, dan Jimmy memanggil nama Jevan. Semua orang masih diam menutup mulut rapat-rapat begitu Jevan pergi. Namun pada akhirnya kembali melanjutkan aksi bergunjing mereka.

Dari sisi lian Rose tersenyum saat melihat Jevan yang sedang jalan ke arahnya.

“Jev—“ panggil Rose namun senyumnya menghilang begitu Jevan melewatinya begitu saja, tanpa melirik padanya. “—Van, loh kok lewat gitu aja?” Bingungnya.

Gadis itu dapat melihat wajah Jevan yang mengeras menahan amarah, sepertinya ada sesuatu yang terjadi pada laki-laki itu. Rose mempercepat langkahnya begitu melihat banyak kerumunan di depan ruang kepsek. Takut jika Jevan kembali berulah. Di sana juga ada geng bangtan dan ketiga sahabatnya, Rose menghampiri mereka.

“Ada apa? Kok rame-rame?” Tanya Rose pada Lisa.

“Ada bokap Jevan sama istri barunya,” jawab Lisa.

“Loh siapa?”

“Kak Jihan, kak Jihan yang jaga UKS.”
Rose terdiam, ia cukup terkejut karena ia tak mengetahui hal ini sebelumnya. Jevan tak pernah cerita perkara hal tersebut. “Gue bahkan gak tahu soal itu.”

“Jangankan elo, gue aja yang teman dari orok dan tetangga rumahnya gak tahu.” Sahut Vino.

“Gue harus tanyain hal ini ke Jevan.” Kata Rose.

“Jangan!” Larang Vino, pasalnya keadaan Jevan terlihat tak memungkinkan untuk diajak bicara. “Kayaknya Jevan gak suka sama pernikahan bokapnya. Dan kayaknya dia juga gak bakalan mau bahas hal ini.” Lanjut Vino.

KUTUB (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang