Roti dan Susu Pisang

3.5K 515 118
                                    

Jevan datang ke sekolah dengan tergesa-gesa. Akibat bangun kesiangan, akhirnya ia malah telat. Gerbang sekolah sudah tertutup rapat. Jelas saja, karena ia telat hingga satu jam lamanya. Tapi Jevan tak hilang akal, ia pergi ke arah belakang sekolah. Rencana Jevan mau memanjat dinding untuk masuk ke dalam. Mula-mula, Jevan melemparkan tasnya terlebih dahulu. Lalu ia mulai memanjat, ketika sampai di atas.

Cekrek!

Jevan terkejut, sedang apa gadis itu berdiri di bawah sana seraya menggenggam ponsel dengan mengarahkan bagian kamera ke arahnya.

“Rose, ngapain?!” Tanya Jevan, sial sepertinya gadis itu memang sehabis memotretnya.

Benar saja, karena setelahnya Rose menunjukkan hasil jepretan di ponselnya kepada Jevan. Gadis itu tersenyum mengejek. “Lagi mengabadikan momen di mana seorang Jevan Kandreas lagi dan lagi melanggar peraturan sekolah.” Jawab Rose.

“Rose, hapus gak!” Jevan memperingati dengan sedikit berteriak.

Rose mengangkat bahunya acuh. “Gak, mau gue kasih ke bu Ratna buat bukti pelanggaran. Lo telat satu jam.”

Jevan menghela nafas. “Please, hapus Rose.” Jevan sedang sangat malas bertemu dengan bu Ratna, ia sedang tak ingin mencari masalah.

Rose tetap acuh. “Enak aja, terus habis dihapus lo bisa seenaknya bebas tanpa hukuman gitu?”

“Iya, lah.”

“Lo pikir lo siapa bisa seenaknya?” Tanya Rose kesal.

Jevan smirk. “Gue kan anak pemilik sekolah, suka-suka gue lah!”

“Bodo amat!” Rose hendak pergi.

Jevan membulatkan matanya, spontan ia mengejar Rose sampai ia lupa akan posisinya saat ini yang masih berada di atas dinding. “EH HAPUS ROSE FOTONYA ATAU ARGHHH!”

Brak!

Dan bokong indah Jevan mendarat dengan sempurna di atas tanah berumput. “OH HOLY SHIT!” Maki Jevan sambil memegangi bokongnya yang kesakitan.

Cekrek.

Lagi suara kamera ponsel itu membuat Jevan menoleh pada Rose yang masih ada di sana seraya menahan tawa melihat apa yang baru saja dialaminya. Bisa-bisanya Rose kembali mengabadikan kejadian memalukan ini.

“Hahaha, awas jatuh mas.” Rose tertawa keras.

Helaw, Roseanne! Jika matamu masih berfungsi pasti kamu sudah mengetahui jawabannya. Jelas-jelas Jevan jatuh tepat di hadapannya.

Setelah puas menertawakan Jevan, Rose melenggang pergi dengan sangat menyebalkannya. Meninggalkan Jevan yang sedang menahan sakit sekaligus sumpah serapahnya untuk sang mantan. Jevan bangun, lalu mengambil tasnya dengan kasar.

“Nyebelin njir, untung masih sayang.” Monolognya.

Akibat Rose yang mengadu pada bu Ratna soal Jevan yang telat. Akhirnya Jevan harus menerima hukuman saat pulang sekolah. Yaitu membersihkan toilet guru. Sudah dari dua jam yang lalu Jevan membersihkan toilet guru yang bahkan baunya melebihi toilet siswa. Sebenarnya apa yang dimakan para guru-guru itu hingga bau toiletnya melebihi tumpukan sampah di Bantar Gebang. Ia jadi ingin muntah, Jevan masuk ke dalam salah satu bilik toilet. Setelah selesai, Jevan keluar dari bilik dan menemukan ada roti dan susu pisang kesukaannya di dekat wastafel. Jevan mengambil roti dan susu pisang tersebut.

“Siapa yang ngasih?” Tanya Jevan pada dirinya sendiri.

Dari luar toilet Jevan dapat mendenger suara berisik dari seseorang.

“Roseanne, habis ngapain dari toilet guru?”

“A-anu pak, sa—lah masuk, iya saya salah masuk pak.”

“Kok bisa? Kan sudah ada tandanya.”

“Saya lagi gak enak badan pak, makanya agak ling-lung, jadi gak lihat tandanya. Saya permisi pak.”

“Oh iya, jangan lupa minum obat.”

Jevan yang mendengar dari dalam toilet senyam-senyum sendiri. Sekarang ia tahu siapa yang memberinya roti dan susu pisang ini.

“Ngapain kamu senyam-senyum sendiri?”

Jevan berhenti tersenyum dan menatap pak Tio dengan kikuk. “Nggak pak,” jawab Jevan.

“Awas Jev, jangan kelamaan di sini sambil senyam-senyum sendiri, nanti kesambet setan baru tahu rasa.”

“Duh seram amat, pak.”

Pak Tio masuk ke dalam bilik toilet, Jevan memandangi roti dan susu pisang pemberian Rose. Terasa sayang untuk dimakan, serasa ingin ia abadikan menjadi pajangan, tapi kalau tak dimakan nanti malah cepat bulukan. Haduh Jevan jadi galau, jadi dengan berbagai pertimbangan yang berat dan memakan banyak waktu, Jevan putuskan untuk memakannya. Supaya bisa merasakan apakah rasanya sama dengan yang lain, karena yang memberikan adalah orang tersayang.

KUTUB (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang