Jev-shock

3.8K 546 150
                                    

Waktu memang cepat berjalan, itu yang Jevan rasakan. Buktinya, sekarang tinggal menunggu waktu untuk pengumuman kelulusan setelah tingkat akhir selesai melakukan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK). Akhir-akhir ini Jevan berusaha mati-matian untuk mendapatkan nilai yang bagus, supaya bisa masuk di universitas ternama di Indonesia, tapi alasan utamanya, supaya bisa ikut Rose ke universitas yang nantinya akan gadis itu pilih. Itu sebabnya Jevan belajar keras di semester akhir, karena sangking tak ingin jauh dari Rose, Jevan bahkan rela melakukan hal tersebut untuk sang pujaan hati.

Ngomong-ngomong soal perkembangan hubungannya dan Rose. Ya, dari dulu masih gitu-gitu saja. Jevan yang selalu mengejar Rose dan Rose yang selalu menghindar darinya. Tak ada perkembangan soal hubungan mereka dari segi manapun, tapi Jevan tetap stay strong untuk mengambil hati Rose kembali walau si gadis masih kepalang cuek.

Jevan melangkahkan kakinya menuju papan pengumuman, di mana di tempat itu sudah tertempel nilai dan peringkat para murid yang telah menyelesaikan ujian nasional. Ia berdesakkan mencari celah untuk bisa masuk ke dalam kerumunan bersama Vino, Jimmy, dan Handoro.

“Misi dong misi!”

“Minggir anying!”

Mereka sudah ada di depan papan. Mereka sibuk mencari nama mereka masing-masing. “Eh, alhamdulillah urutan 205.” Kata Handoro dengan bangga.

Jimmy masih mencari-cari namanya di kertas yang tertempel di papan mading, sampai matanya membulat terkejut. “Anjir woy, gue urutan 136 dari 360 siswa. Mayan lah.”

Vino mendelik. “Urutan segitu aja lo berdua pada bangga banget kayaknya, nih gue dong lihat.” Vino menunjuk pada namanya yang ada di urutan 50 dan di atasnya ada Jisha di urutan 49. “Atas bawahan sama pacar tuh rasanya luar biasa,” senyumnya.

“Kok gue ambigu ya, sat! Denger omongan lo.” Jimmy menyadari bahwa ada sesuatu yang janggal.

“Dipikir cuma gue yang mikir yang iya iya,” timpal Handoro.

“Eh alah, memang pikiran lo pada aja yang ngeres. Eh Jev, btw lo urutan berapa?” Tanya Vino.

Jevan menggedikkan bahu. “Alah si Jevan mah paling juga urutan 359 dari 360 siswa haha,” tawa Handoro. Tapi ada benarnya juga, bahkan saat kelas XI semester awal Jevan pernah ada di urutan 360.

“Jangan gitu lo, tahun lalu kan itu urutan lo!” Handoro tersenyum lebar mendengar penuturan Jimmy.

“WHAT FUCKING HELL!” Teriak seorang gadis di samping Jimmy yang membuat mereka berempat spontan menoleh. Terrnyata itu adalah Lisa yang sedang menutup mulutnya dengan mata yang melotot. Di belakang Lisa ada Rose, Jisha, dan Jean.

“Jevan! Ini bener nama lo?” Tanya Lisa pada Jevan.

Jevan dan yang lain melihat ke papan pengumuman di bagian atas tersebut. Mereka semua sontak membulatkan mata terkejut.

“Demi apa Jevan?!” Kata Jisha yang tak sepenuhnya percaya pada apa yang baru saja ia lihat.

“O em to de Ji ... Oemjiii, Gue gak nyangka Jevan selama ini pintar!” Heboh Lisa.

“Hah?!” Jean masih terheran-heran.

“Gila speechless gue,” sahut Vino seraya geleng-geleng kepala.

KUTUB (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang