Rapat persiapan pensi berjalan lancar, Rose dan Eza sebagai wakil dan ketua OSIS memang sedang sibuk-sibuknya mengatur berbagai persiapan. Mereka juga menjadi lebih sering mengadakan rapat. Untungnya yang menjadi ketua pelaksana adalah anak kelas X. Tapi tetap saja, tugas mereka masih cukup berat karena harus membimbing sang ketua pelaksana. Belum lagi Rose ditunjuk teman sekelasnya sebagai perwakilan untuk menampilkan sesuatu saat pensi bersama dengan Joyish juga, tapi karena Joyish akan menampilkan tari daerah, jadi Rose harus memikirkan lagi apa yang harus ia tampilkan nanti. Rose memilih untuk bernyanyi, ia tak ingin bernyanyi sendiri. Ia tak cukup percaya diri meski semua orang bilang bahwa suara Rose itu indah.
Oleh karena itu sekarang Rose berdiri di depan kelas Jevan, untuk menyampaikan keinginannya mengajak Jevan duet. Meski mereka dari kelas yang berbeda, tapi itu tak masalah, karena sebelumnya Rose telah bertanya ketentuan perlombaan pada Eza. Di kelas Jevan rupanya sedang jam kosong, sangat ramai dan berisik. Luar biasa berisiknya hingga Rose tak dapat mendengar apa yang mereka sedang ributkan. Karena semua suara sudah bercampur menjadi satu. Rose memanggil salah satu teman sekelas Jevan yang baru saja ingin masuk ke kelas.
“Maaf, boleh minta tolong panggilin Jevan.” Tanya Rose dengan sopan.
“Rose anak IPA 1 ya? Bentar ya gue panggil dulu Jevan-nya.” Kata gadis itu lalu masuk ke dalam kelas.
“Makasih ya,” balas Rose.
Tak lama Jevan keluar dari kelas menghampiri Rose dengan malas-malasan. Rose tersenyum, bersemangat melihat Jevan menghampirinya. “Hai, Jevan.”
“Mmm,” jawab Jevan seadanya.
Rose menyelipkan sedikit surainya ke belakang telinga. “Jev, gue mau ngomong sesuatu, lo sibuk gak?” Tanyanya.
“Gak, ngomong aja.”
“Cari tempat yuk.”
“Di sini aja.”
“Oh oke, di sini aja.” Rose tersenyum canggung. Ia menautkan kesepuluh jari tangannya, menggigit pipi dalamnya dengan gugup. Entah mengapa ia bisa jadi seperti ini, padahal Rose hanya ingin mengajak Jevan duet.
“Sebenarnya gue diminta untuk jadi perwakilan kelas di pensi nanti dan rencananya gue akan nyanyi. Cuma masalahnya, gue gak pede kalau harus nyanyi sendiri.” Jelas Rose pada Jevan. Ia menghentikan kalimatnya sejenak.
“And than?” Tanya Jevan.
Rose menarik nafasnya dalam, kemudian ia hembuskan perlahan. “Tapi gue malu kalau harus nyanyi solo. So, would you be my partner—“ pinta Rose penuh harap, Jevan mengernyitkan dahinya. “—Partner duet,” Rose memperjelas ucapannya.
Jevan sepertinya sedang berpikir, menimang-nimang permintaan Rose. Rose menjadi harap-harap cemas mendenger keputusan Jevan. Ia berharap jika Jevan mau menerima tawarannya. Beberapa saat Rose menunggu jawaban Jevan dengan penuh harap, namun yang didengarnya setelah itu adalah kalimat singkat, jelas, dan padat dari Jevan.
“Gak.” Tolak Jevan tanpa basa-basi, setelahnya masuk ke dalam kelasnya tanpa pamit.
Sudah yang ke berapa kali Rose ditolak oleh Jevan? Jadi rasanya sudah terlalu terbiasa. “Oke, gak apa-apa kalau Jevan gak mau.”
❄
“Bang, gue ikut ya.” Rengek Rose pada Keenan.
Kakaknya akan pergi untuk berkumpul bersama teman-temannya. Rose ingin ikut karena tak berani di rumah sendirian, akibat baru saja menonton film horor hingga membuatnya dilanda rasa parno berkepanjangan.
“Ogah!”
“Please, bang. Gue ikut ya, ya, ya?” Rose mencoba untuk memberikan aegyo terbaiknya pada Keenan, namun bukanya luluh. Keenan malah menyentil dahinya dengan keras sambil memasang ekspresi jijiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KUTUB (Sudah Terbit)
FanficNote: Beberapa part sudah dihapus untuk kepentingan penerbitan! Jevan Kandreas itu most wanted yang suka buat ulah sana-sini. Hobby keluar masuk ruang BK karena tindakan bar-bar dia and the genk. Ganteng si, famous? So pasti, tajir? Banget dan udah...