Tutornya Jevan

6.6K 681 19
                                    

Sepertinya Dewi Fortuna sedang berpihak pada Rose kali ini. Bagaimana tidak karena kemarin ia diberi tugas oleh bu Ratna untuk menjadi tutor pribadi Jevan. Tentu saja Rose tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini, jadi ia menerima tugas tersebut dengan senang hati. Ini kesempatan bagus baginya untuk melancarkan acara permodusannya pada Jevan. Karena dengan tutor ini, mereka jadi bisa lebih sering bertemu. Dan dirinya pun punya alasan jika sedang merindukan Jevan. Betapa beruntungnya ia.

Sekarang, Rose bersama tiga sahabatnya sedang kumpul di Jingga's Café, tempat favorit mereka untuk nongkrong. Karena lokasinya dekat dari sekolah juga dekat dari rumah Rose.

“Terus-terus gimana?” Lisa bertanya dengan begitu antusias saat Jisha menceritakan mengenai hubungannya dengan Vino.

“Ya gitu, katanya dulu mereka sempet jadian. Tapi cuma sebentar, satu bulanan abis itu putus.” Jelas Jisha.

“Lo kata siapa?” Tanya Jean.

“Kata Vino, dia yang bilang sendiri ke gue. Katanya gak ada yang mau dia tutup-tutupin dari gue, dia mau jujur dan terbuka sama gue supaya gue bisa sepenuhnya percaya sama dia.”

“Gak nyangka gue si alien pernah pacaran sama kak Airin, si cantik yang juteknya minta ampun itu.” Kata Lisa.

“Tapi kata bang Keenan, kak Airin ini katanya masih ada rasa sama Vino. Secara waktu itu yang mutusin Vino bukan dia.” Jelas Rose.

“Bang Keenan tahu apa aja tentang kak Airin? secara mereka kan sekelas.”

“Gak tahu deh, walaupun mereka sekelas, gak menjamin kalau bang Keenan tahu semuanya.”

“Eh ada geng bangtan tuh,” Jean menunjuk dengan dagu ke arah geng bangtan yang baru saja memasuki café.

Mereka baru saja masuk, tapi sudah mampu mencuri perhatian banyak pengunjung. Tidak heran karena mereka memiliki wajah yang tampan, juga terlihat kharismatik. Jimmy nampak melihat ke arah mereka berempat, laki-laki berperawakan tak terlalu tinggi juga tak terlalu pendek itu melambaikan tangan. Kemudian mengajak teman-temannya untuk menghampiri ke-empat gadis yang dilihatnya.

“Hi, girls.” Sapa Jimmy sambil tersenyum. Kedatangan Jimmy seketika membuat Lisa langsung bersemangat.

“Hai juga, Jim.”

“Eh ada Lisa cantik, btw kita boleh gak gabung sama kalian?”

“Boleh kok boleh duduk aja sini.” Lisa rupanya sangat antusias, ia bahkan menggeser kursi yang diduduki Rose menjauh darinya, lalu menarik kursi kosong ke sampingnya untuk diduduki Jimmy. Sementara yang lain berinisiatip untuk menggabungkan dua meja menjadi satu dan mengambil kursi sendiri.

Mata Rose sibuk berkeliling mencari seseorang. Tapi tetap tak ia temukan, kemana dia sebenarnya? Tumben sekali tak ikut bergabung bersama gengnya.

“Cari Jevan ya? Belum datang.” Raffa memberi tahu karena gerik-gerik Rose sangat mudah ditebak. Rose hanya tersenyum seraya mengangguk pada Raffa.

“Memang dia kenapa gak bareng kalian?”

“Katanya ada urusan.” Jawab Jason.

“Sabar Rose, nanti juga datang tuh anak. Sudah kangen banget ya mau ketemu Jevan.” Goda Jimmy.

“Elah Rose, lo cantik-cantik kenapa suka sama yang brangasan macam Jevan sih?”

Plakkk!

“Lo ngomong apa tadi, nyet?”

“Anjing, sakit!” Handoro mengaduh kesakitan sambil mengelus belakang kepalanya akibat pukulan dari orang yang sedang dibicarakannya.

Jevan tak peduli dan langsung duduk di samping Jason. Rose tersenyum senang melihat kedatangan Jevan, apalagi Jevan duduk tepat di hadapannya.

KUTUB (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang