[06] AURA JAHIL

1.2K 127 6
                                    

Aura sudah bersiap untuk bermain sepeda pagi ini, menatap cermin di hadapannya sembari menguncir rambutnya menjadi satu. Pintu yang sedikit terbuka membuat Mala selaku mama Aura mengernyit penasaran. Dengan segera mendekat.

"Mau ke mana?" Aura yang baru saja selesai menguncir rambutnya menoleh, tersenyum.

"Bermain sepeda, Ma." Bu Mala mendekat, mengusap surai putrinya lembut.

"Bersama Delon?" tebaknya tepat sasaran.

Aura semakin merekahkan senyum, mengangguk cepat.

"Sarapan dulu, gih!" Aura sontak menggeleng.

"Nggak mau, Ma. Nanti aja bareng Del--"

Ting ... Tong.

Bu Mala dan Aura sontak mengalihkan pandangannya ke arah bel berbunyi. Aura tersenyum, dugaannya itu Delon yang datang.

"Ma, Ra pergi dulu, ya!" Aura langsung berlalu pergi menuruni anak tangga dengan cepat, membuat Bu Mala menggelengkan kepala menatapnya. Dasar anak muda!

Aura yang membuka knop pintu langsung disuguhi dengan pemandangan cowok berparas tampan di hadapannya. Delon berdiri di samping sepedanya dengan sebelah tangan dimasukkan ke dalam saku celana.

"Pagi, Delon," sapa Aura.

"Hm." Aura mencebik, sudah kebiasaan Delon hanya menjawab dengan deheman singkat. Cuek memang. Aura saja ingin menkonsultasikan Delon untuk pergi ke Panti Kecerewetan. Sayangnya, tidak ada.

"Kenapa?" Aura yang hendak meraih sepedanya seketika terhenti karena lengan kekar Delon.

"Naik sepeda bareng gue." Aura melirik sepeda Delon sekilas lantas menggelengkan kepalanya.

"Aura mau pakai sepeda sendiri, Delon."

"Bareng gue," ucap Delon memaksa. Aura tetap bersikeras menggeleng.

"Nggak mau." Delon melepaskan tangannya dari Aura, berniat melajukan sepedanya.

"Ya, udah. Gue pulang dulu."
Aura membelalakan matanya, menggigit jari telunjuknya menatap Delon yang sudah mulai berjalan menuju gerbang. Dengan cepat ia berlari kecil, meraih tangan Delon.

"Delon ... katanya mau main, kok, malah pulang, sih?"

"Lo nggak nurut." Aura sedikit memanyun, menampilkn puppy eyes-nya.

"Uhm ... iya, deh, nurut." Delon tersenyum, mengacak surai Aura gemas. Dia naik ke atas jok sepeda.

"Ayo, naik!"

Aura mengangguk, menaiki pijakan kaki pada roda bagian belakang lantas memegang kedua bahu Delon agar tak terjatuh. Delon segera melajukan sepedanya, meninggalkan pekarangan rumah.

Cahaya matahari pagi yang hangat menerpa wajah. Aura merentangkan tangan kirinya ke udara, menyapa sang bayu yang dengan teganya mengibaskan kunciran rambutnya ke kanan-kiri.

"Turunin tangannya. Nanti jatuh!" Aura tersenyum, menurut. Delon lebih terlihat tampan pagi ini, rambutnya yang hitam sedikit terkibas oleh angin.

"Delon, Aura lapar." Delon mengangguk paham, berbelok menuju tikungan jalan dekat taman yang terdapat warung bubur.

"Mang, buburnya satu, ya!" seru Delon pada Mamang bubur yang tengah menyiapkan bahan. Delon mendekat pada Aura yang sudah duduk di bangku.

"Lo makan sendiri, ya? Gue ada urusan sebentar. Buburnya udah gue bayar tadi."

"Mau ke mana?" Delon justru tersenyum.

"Cuma sebentar, kok." Delon sudah berlalu pergi dari hadapannya. Aura menghembuskan napas kasar, menatap nanar punggung tegap lelaki itu yang semakin menjauh.

[✅] WITH YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang