[25] JATUH CINTA SENDIRIAN

798 45 17
                                    

"Sekuat apa pun lo berjuang, kalau lo bukan orang yang dia inginkan, gimana? Nggak bisa dipaksa, itu akan menyiksa."


Aura tersenyum sumringah, hari ini ia kembali bersekolah dengan seragam putih-abunya. Tangan kanannya masih terasa sedikit nyeri, membuat para guru sedikit memaklumi dengan tidak memberi catatan terlalu banyak. Vany tidak bisa menemaninya pergi ke kantin di jam istirahat kedua, Vany masih membahas tugas Kimia bersama kelompoknya. Tetapi, tak apa. Mood Aura sedang bagus kali ini.

Aura mengedarkan pandangannya ke segala penjuru kantin, terlihat Delon dan Vanesa yang tengah melahap baksonya bersama. Aura memutuskan mendekat sembari membawa sepiring batagor yang sudah dibelinya beberapa saat yang lalu. Aura meletakan batagornya di atas meja, kemudian duduk di samping Delon yang memang kosong.

"Hai, Delon!" Aura tersenyum, menatap Delon yang masih memakan baksonya dengan lahap. Delon menoleh sekilas, kemudian kembali menyuapkan bakso ke dalam mulutnya. Mengabaikan Aura.

"Ish, Delon!" Aura merajuk, mengguncang lengan Delon dengan kasar, membuat kuah bakso hampir saja tumpah. Delon menghela napas jengkel, mengalihkan atensinya pada Aura.

"Apa?" tanyanya dingin.

"Aura mau disuapin Delon." Aura memohon, menampilkan puppy eyes-nya, berharap cowok itu luluh. Vanesa yang sedari tadi diam mulai merasa terusik, Aura merusak quality time-nya bersama Delon. Mengapa juga gadis itu harus berangkat hari ini? Dan apa yang dia bilang tadi? Suapin? Hei!

"Makan sendiri. Lo punya tangan." Vanesa tersenyum licik. Delon benar-benar idamannya.

"Tangan Aura sakit, Delon. Kamu tega?" Aura menatap Delon sendu, memanyun.

"Pakai tangan kiri." Jawaban Delon sungguh tak mengenakkan hati, cowok itu justru kembali menyantap baksonya dengan santai. Mengabaikan Aura yang masih menatapnya dengan wajah memelas.

"Ish!" Aura sebal, menusuk-nusuk batagornya dengan brutal. Delon sontak menoleh, mengusap wajahnya yang terkena cipratan bumbu batagor. Astaga, gadis ini .... Delon mengamb garpu dari genggaman Aura membuat gadis itu mendelik sebal yang tak lepas dari perhatian pengujung kantin.

"Jangan dimainin. Makan!" Aura menggembungkan pipi. Tadi Delon menolaknya, kok, sekarang menyuapinya? Maksudnya apa coba?

"Nggak mau? Ya--" Auda dengan cepat menggigit batagornya, sebelum Delon benar-benar kembali berubah pikiran. Vanesa mendengkus, gilirannya melampiaskan kekesalannya pada bakso di mangkuk.

Para kaum hawa menjerit histeris, mendorong teman di sebelahnya saking geregetnya.

"Gila! Udah lama gue gak liat keuwuan mereka!"

"Fa, pukul gue kalau ini cuma mimpi!"

"Kasihan Vanesa jadi obat nyamuk. Padahal sempat dekat."

"Dekat belum tentu jadian kali."

Semuanya kompak tertawa, membuat Vanesa berusaha mati-matian mengendalikan emosi yang bergejolak di hatinya. Telinganya sudah memanas mendengar nyinyiran mereka. Delon sama sekali tidak terganggu, cowok itu tetap fokus menyuapi Aura, memastikan Aura menghabiskan batagornya.

Aura tersenyum sembari mengunyah batagornya dalam diam, menatap Delon yang sedang membolak-balikan batagor agar tercampur rata dengan bumbu. Setidaknya, untuk hari ini saja Aura tidak menemukan Delon yang kasar dan melontarkan kata-kata pedas.

[✅] WITH YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang