"Tidak ada yang sia-sia selagi kita masih berusaha."
Malam ini langit begitu cerah. Bintang gemintang berkelip indah menemani sang rembulan di tengah gelapnya malam. Sang bayu sesekali berhembus, membuat kesejukan di bawah temaram bulan, membuat daun-daun kering bergemerisik.
Malam ini. Ah, lebih tepatnya malam minggu. Delon menepati janjinya pada Aura. Rumah berwarna biru laut ini lengang. Sepi. Wajar saja, hanya ada satu-dua penghuni yang ada. Delon sudah duduk di sofa lima belas menit yang lalu. Mendengarkan musik melalui earphone-nya. Sesekali menyesap jus jeruk yang sudah disediakan di atas meja.
Aura membuka kulkasnya, membuat hawa dingin menerpa wajahnya. Ia mengerahkan pandangannya ke seisi kulkas. Dahinya seketika mengernyit, dimana chocholate cake-nya? Bukannya beberapa hari lalu masih di kulkas? Belum ia makan sama sekali. Aura kembali menjelajahi seisi kulkas, mungkin ia salah lihat. Pikirnya.
Berkali-kali Aura menyibak beberapa minuman dan buah untuk mencari chochalate cake-nya. Mungkin terhimpit. Tetapi tetap saja, hanya ada minuman, buah dan beberapa ice cream kesukaannya. Ia mendengkus sebal, mengangkat kepalanya. Pikirannya melayang-layang atau jangan-jangan ...?
Tanpa basi-basi, Aura menutup kulkasnya dengan kasar hingga menimbulkan bunyi berdentum. Dengan setengah berlari, Aura menuju ke ruang tamu.
"Ish! Delon!" Aura berseru. Delon memakan chocholate cake-nya dan hanya menyisakan beberapa bagian cokelat yang menempel pada piring.
Delon masih diam. Mematung.
Aura mendekat, menarik earphone milik Delon dengan kasar. Raut wajah Delon seketika bingung sekaligus kaget. "Ada apa?" tanyanya penuh tanda tanya.Aura memanyunkan bibirnya kesal, mendudukan tubuhnya di samping Delon sembari menghentakan kakinya ke lantai. "Chocholate cake Aura hiks."
Delon mengernyit lalu menatap piring kosong di hadapannya. Oh, ia baru mengerti kenapa Aura marah sekarang.
"Gue lapar tadi." Jawaban Delon sontak membuat Aura semakin terisak. Aura menunduk, ia mulai sesenggukan dengan tubuhnya yang bergetar.
"Kenapa, hm? Jangan nangis, dong." Delon mendekatkan tubuhnya. Tangannya terulur menyelipkan beberapa helai rambut Aura yang menutupi wajah. Delon tersenyum tipis, begitu gemas menatap wajah Aura saat ini.
"Jangan nangis. Jelek banget tahu," ejek Delon yang sontak mendapat pukulan keras di lengannya.
"Hiks. Kue Aura habis dimakan k-kamu." Aura menatap Delon sendu. Matanya sembab, hidungnya sedikit memerah, dan bibirnya yang memanyun sebal seakan mengode Delon untuk-- Ah, sudahlah. Lupakan.
"Delon harus ganti." Aura mulai merengek manja membuat Delon tak henti-hentinya tersenyum. Ia terkekeh pelan sembari menghapus sisa air mata pada pipi tirus Aura.
"Ganti baju dulu, gih, sana!"
"Uhm ... Kok ganti baju, sih?" Pertanyaan polos yang dilontarkan Aura sontak mendapat balasan di hidungnya. Aura meringis.
"Emangnya Aura yang manja ini mau keluar dengan piyama beruang? Nggak malu dilihatin banyak orang? Hm?"
"Uhm ... malu." Dengan masih bersungut-sungut, Aura mulai beranjak dari duduknya, melangkahkan kaki menuju kamar. Delon tersenyum, menatap punggung mungil Aura yang mulai menghilang di balik pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✅] WITH YOU
Teen Fiction[NEW VERSION || COMPLETED] [SCHOOL | FRIENDZONE] Rate: (13+) Kepada kamu. Seseorang yang berhasil membuatku jatuh terlalu dalam. Menyisakan ruang sesak yang perlahan menggerogoti jiwa dan raga. Bagaimana aku sebodoh itu? Mencintaimu yang justru sika...