"Perlakuan kecilmu saja mampu membuatku salah tingkah, tetapi aku takut. Takut jika suatu saat aku harus kehilanganmu."
Aura menyusuri koridor lantai tiga sembari memeluk buku tugas Matematikanya. Dirinya lebih memilih untuk pergi ke perpustakaan dan mengerjakan sepuluh soal Matematika yang jawabannya bejibun dari Pak Anam.
Aura menggerutu sebal, Pak Anam ini orangnya tidak bisa diajak kompromi. Kalau sudah memberikan tugas, ya, harus dikerjakan. Kalau tidak dikerjakan? Simple saja. Kalian hanya perlu menyalin soal dan jawabannya sebanyak tanggal pengumpulan tugas. Kalau tanggal awal bulan tidak masalah, tetapi kalau akhir? Tolong katakan 'Ikut berduka cita' pada jemari tangan kalian yang pegal.
Sesampai di perpustakaan hanya ada pustakawan yang berjaga dan beberapa siswa yang tengah membaca buku. Aura melirik meja kosong di bagian pojok perpustakaan, mendekat, lantas meletakan buku tugas dan alat tulisnya di atas meja. Dia sedikit mendongak menatap deretan rak di hadapannya, kemudian beranjak menuju rak bertuliskan 'Matematika' di atasnya.
Aura mendongak, mengetukan jari telunjuk di bibirnya berkali-kali, menatap deretan buku paket Matematika di hadapannya. Aura seketika tersenyum, menatap buku paket Matematika kelas sebelas yang dicarinya. Tangannya terulur untuk meraih buku tersebut, tetapi tubuhnya yang pendek menjadi halangannya.
Aura berdecak, sedikit berjinjit untuk kembali meraih buku tersebut. Tetapi nihil. Bukunya terletak terlalu tinggi membuat dirinya sulit menjangkaunya.
"Ish! Siapa coba yang letakin bukunya di rak atas? Nggak perngertian banget jadi orang. Aura 'kan pendek. Eh, ralat. Aura 'kan belum tinggi, seharusnya tuh diletakin di rak bawah."
Aura menggerutu sendiri tanpa sadar ada yang menahan tawanya di balik rak."Awas aja, ya. Kalau Aura tahu siapa pelakunya, Aura akan laporin ke--"
Aura mengerjapkan mata kaget, tanpa diduga dari arah belakangnya, Delon si Menyebalkan itu mengambilkan buku paket Matematikanya. Aura tersenyum geli, Delon ini sok romantis seperti film drakor yang ditontonnya.
"Sini!" ucap Aura sembari menjulurkan tangan kanannya.
Delon mengangkat bukunya tinggi. "Ambil sendiri kalau bisa," ejeknya.
Aura merenggut sebal. "Delon siniin bukunya!" perintahnya sembari melompat-lompat menggapai buku tersebut.
Delon semakin meninggikan bukunya, memperkecil kemungkinan Aura bisa menggapainya. "Nggak bisa. Ambil saja sendiri!"
Ah, sudahlah. Lupakan Delon yang akan bersikap romantis seperti film yang ditonton Aura. Delon tetaplah Delon. Menyebalkan. Aura tetap bersikeras mengambil buku tersebut. Melompat-lompat berusaha menggapainya dari Delon hingga tanpa sadar dirinya menginjak tali sepatunya yang terlepas, membuat tubuhnya terhuyung ke depan.
Bruk!
Aura memejamkan mata karena kaget, bersyukur karena dirinya baik-baik saja. Aura mengembuskan napas, membuka matanya secara perlahan. Manik matanya sontak membola ketika beradu pandang dengan mata tajam milik Delon begitu dekat.
Satu detik.
Dua detik.
Tiga detik.
Empat detik.
Lima detik.
"Ra, berat!" keluh Delon mengalihkan tatapannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
[✅] WITH YOU
Dla nastolatków[NEW VERSION || COMPLETED] [SCHOOL | FRIENDZONE] Rate: (13+) Kepada kamu. Seseorang yang berhasil membuatku jatuh terlalu dalam. Menyisakan ruang sesak yang perlahan menggerogoti jiwa dan raga. Bagaimana aku sebodoh itu? Mencintaimu yang justru sika...