"Pertemuan kita teramat istimewa hingga kita lupa ada perpisahan yang menanti di depan mata."
Bugh!
Sebuah bogeman mentah dilayangkan tepat pada pipi kanan Kris. Cowok itu terpental mundur beberapa langkah ke belakang, seragamnya yang kusut bertambah kotor akibat debu yang mengepul.
"Sial!" desis Kris tak terima. Dada Aura bergemuruh, dengan ragu-ragu membuka matanya yang langsung disuguhi pemandangan yang sama sekali tidak menyenangkan. Kris yang beberapa saat lalu mencondongkan badannya kini telah terduduk di hamparan tanah dengan sudur bibir mengeluarkan darah.
"Lo! Merusak permainan gue!" Aura menoleh ke samping ketika jari telunjuk Kris tersorot ke sampingnya. Aura seketika tersentak, cowok pemilik punggung tegap dan mata tajam yang amat dikenalnya sudah berdiri tegak di sampingnya.
"Maju!" Kris tersenyum menyeringai, menyeka darah di sudut bibirnya dengan kasar. Dengan segera Kris bangkit bersama dengan kelima temannya menerima tantangan itu.
Bugh!
Bugh!
Bugh!
Pukulan demi pukulan dilayangkan bertubi-tubi. Aura menatap takut, mundur ke belakang. Untuk kedua kalinya, Kris kembali terdorong ke belakang akibat pukulan di perutnya, tetapi tetap membabi buta menghajar lawan di hadapannya.
Kelima temannya tak mau kalah, ikut serta membabi buta memukul satu cowok yang menjadi lawannya walaupun wajahnya sudah babak belur menjadi korbannya.
Bugh!
Pukulan kembali melayang pada pipi Kris membuatnya terkapar jatuh. Cowok itu berdesis tak suka, menatap nyalang sembari mengelap kasar darah di sudut bibirnya.
"Ayo pergi!" Kris--cowok bertindik itu mengangkat tangannya, mengisyaratkan untuk meninggalkan area perkelahian. Oke, kali ini Kris mengakui kekalahannya, tapi tidak untuk suatu saat. Camkan itu!
Aura menghela napasnya ketika sekumpulan anak Harapan itu telah menjauh pergi. Tetapi, dirinya masih terduduk mematung. Antara rasa kaget, takut, dan juga senang berbaur menjadi satu dalam dirinya.
Bagai gerakan slow motion, cowok pemilik punggung tegap itu membalikan badannya secara perlahan. Menyibak rambutnya yang berantakan. Aura tersenyum tipis, cowok itu masih terlihat tampan walau bibirnya sedikit mengeluarkan darah. Aura akui itu.
"Delon?" panggilnya pelan.
Delon Raditya Putra, pemilik punggung tegap dan mata tajam dari kelas XI IPA 5 di SMA Pelita Bangsa itu telah menjadi temannya sejak kelas sepuluh.Menurutnya, Delon ini memiliki kriteria ketampanan yang standar walau merupakan penyandang the most wanted boy di sekolahnya. Walaupun Delon memiliki gaya rambut yang ditata ala idol Korea yang menambah kesan manis, tetap saja Aura terlalu gengsi jika harus mengakui Delon itu membuat semua kaum hawa terpikat oleh pesonanya. Ah, baiklah lupakan. Selamat menikmati dunia bersama Delon si Menyebalkan!
"Lo gapapa?" tanya Delon sembari berjalan menghampiri Aura. Aura tersenyum mengangguk.
"Gapapa, kok. Makasih, Delon." Delon menganggukan kepalanya singkat lantas berjalan melewati Aura begitu saja. Aura mencebik, menyadari bahwa dirinya ditinggal segera bangkit berdiri untuk menyamai langkah Delon yang panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✅] WITH YOU
Fiksi Remaja[NEW VERSION || COMPLETED] [SCHOOL | FRIENDZONE] Rate: (13+) Kepada kamu. Seseorang yang berhasil membuatku jatuh terlalu dalam. Menyisakan ruang sesak yang perlahan menggerogoti jiwa dan raga. Bagaimana aku sebodoh itu? Mencintaimu yang justru sika...