[26] IKUT GUE!

741 47 2
                                    

Aura tidak pernah menyangka, jika jatuh cinta akan membuatnya sesakit ini. Sedari malam, pikirannya hanya terpatri oleh satu nama. Delon Raditya Putra. Cowok menyebalkan itu berhasil mengalihkan dunianya untuk tertuju padanya.

"Sayang, jika kamu mencintai seseorang, maka lepaskan saja. Jika seseorang itu kembali, dia milikmu. Namun jika tidak, dia memang bukan untuk kamu." Bu Mala menarik anak gadisnya dengan lembut, membiarkan Aura mencerna semua kata yang dilontarkannya dengan baik.

"Dengerin mama," Bu Mala memgusap pipi Aura lembut, "Apa pun yang menjadi takdir Aura, pasti akan mencari jalannya sendiri untuk menemukan Aura. Paham?"

"Aduh!" Aura meringis, goresan di tangan kanannya kembali terasa perih tatkala dorongan hebat dari depannya. Aura menggigit bibir bawahnya, lamunannya seketika buyar.

"Ceroboh banget, sih. Hati-hati." Aura kembali mengaduh, kali ini pipinya yang terkena sasaran cubitan. Aura memanyun, menatap Bara yang memakai kaos olahraga. Sepertinya, jam pelajaran awal di kelas Bara itu Penjas.

"Ish, sakit!" Aura menyingkirkan tangan Bara dari pipinya, kemudian memukul dadi bidang Bara dengan kesal. Bara justru tertawa membuat Aura bertambah kesal saja.

"Ish, gendong Aura ke kelas!" Lagi, Aura kembali dengan sikap manjanya. Bara tentu saja enggan menolaknya. "Ish, ayok!" Aura mulai menarik-narik lengan Bara membuat cowok itu semakin gemas dibuatnya. Bara sontak merunduk, Aura dengan sigap naik ke atas punggung Bara yang sama sekali tidak memakai ransel. Ia mengalungkan kedua tangannya pada leher Bara.

"Siap, Nona?"

"Hah?" Aura mengerjap polos, tetapi belum sempat menyadari apa yang terjadi,  Bara sudah berdiri lalu berlari membelah kerumunan siswa. Hal itu membua keduanya menjadi pusat perhatian. Bara tertawa puas, sedangkan Aura menyembunyikan wajahnya di balik ceruk leher Bara.

Lihat, Bara berubah menjadi romantis, bukan? Lalu mengapa Aura tidak melanjutkan kisahnya dengan Bara yang tertunda? Sayangnya, Aura sudah melabuhkan hatinya untuk Delon. Benar-benar untuk Delon. Tetapi, Aura juga tidak ingin Bara menjauh darinya. Aura tidak ingin Bara pergi lagi. Aura ini egois, ya?

"Jangan pergi." Aura nengeratkan kedua tangannya, menyembunyikan wajahnya lebih dalam. Bara menghentikan aksi larinya, tersenyum, menempelkan pipinya pada puncak kepala Aura.

"Gue nggak akan pergi ke mana pun lagi."

***

"Logika adalah ilmu untuk berpikir dan menalar dengan benar. Sedangkan logika Matematika adalah ilmu tentang penyimpulan yang sah khususnya yang dikembangkan melalui penggunaan metode-metode Matematika dan simbol-simbol dengan tujuan menghindari makna ganda dari bahasa sehari-hari."

Pak Anam memegang buku paket Matematika sebagai bahan acuan pembelajaran, seluruh murid kelas XI IPA 2 memperhatikan dengan saksama, sesekali mencatat point penting yang baru saja disampaikan.

"Kalian tahu anak-anak?" Pak Anam menatap seluruh muridnya intens. "Logika Matematika adalah materi yang tidak memerlukan perhitungan, kita hanya memggunakan logika untuk menjawabnya."

Pak Anam membuka spidol, berbalik, menuliskan materi di papan tulis. Aura menyangga dagu dengan sebelah tangannya, memainkan pulpen yang ia apit di antara bibir atas dan hidungnya. Hm, kira-kira Delon sedang apa, ya, saat ini? Sudah sarapan atau belum? Sedang memikirkannya atau tidak? Atau mungkin--

[✅] WITH YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang