[09] JIN DAN ALADDIN

1K 99 2
                                    

Aura berlari-lari kecil sembari memegang tali ranselnya, menghampiri Delon yang setia bersandar pada motor sport merahnya.

"Kenapa lama?" Delon yang melihat Aura segera menegakan tubuhnya, menatap gadis itu sembari bersedekap dada.

"Itu ...." Aura menunduk, memainkan jemari tangannya. Masa iya dia harus bilang kalau tadi berbincang dengan Aldi untuk membujuk Delon? Itu sama sekali tidak lucu. Delon menautkan kedua alisnya, menatap Aura bingung.

"Itu apa? Kalau sudah tidak ada urusan, ayo, pulang!" Delon hendak meraih helm-nya, tetapi dengan cepat Aura menahannya.

"Mau ngomong boleh?" Delon mengembuskan napas, mengangguk. Dia mengurungkan niatnya memakai helm, terdiam menunggu penjelasan dari Aura.

"Aura mau bujuk, tetapi nggak tahu cara membujuk seseorang itu bagaimana. Jadi, Aura maksa kamu aja, ya, buat ikut turnamen basket?"

Delon terdiam beberapa saat, berusaha mencerna kalimat yang baru saja didengarnya. Permintaan konyol macam apa ini?

"Nope." Aura merenggut sebal, menarik-narik lengan Delon.

"Mau dong, Lon. Pokoknya mau. Nggak mau tahu pokoknya harus bilang mau!"

"Itu namanya pemaksaan, Aura. Lo itu mau bujuk gue atau maksa gue, heh?" Delon menjitak dahi Aura dengan gemas. Aura menghentakan kakinya kesal, menatap Delon sebal.

"Ish! Delon pokoknya bilang mau atau Aura ngambek?" Delon justru meraih helm-nya di atas motor, mengabaikan Aura yang sudah memanyun sebal.

"Ngambek aja. Gue tinggal." Aura sontak membelalakan matanya, memukul-mukul bahu Delon.

"Ish! Delon jahat mau tinggalin Aura sendiri di sini!"

Delon mengembuskan napas, tak tahu lagi bagaimana cara menghadapi sifat Aura yang moody-an.

"Makanya ayo pulang!" ajak Delon berusaha membujuk.

"Delon," rengeknya manja.

"Hm?"

"Beli bakso unyil rasa pedas yang di dekat rumah Pak Somat." Delon menggelengkan kepalanya, menarik lengan Aura.

"Nggak boleh. Ayo, pulang!"

"Uhm ...."

"Kasihan perut lo. Tadi belum sempat keisi waktu istirahat kedua, kan?"

Aura masih memanyun.

"Tapi lain kali beli, ya?" Delon tersenyum, mengangguk.

"Iya."

***

Delon berbaring di atas ranjang, menatap langit-langit kamar. Pikirannya melalang buana. Pagi tadi Aura tidak masuk sekolah. Tidak mengabarinya, tetapi Vany bilang Aura sakit. Delon penasaran. Sakit apa? Bukannya kemarin baik-baik saja?

Lamunannya pecah saat tiba-tiba ponselnya nyaring berdering. Delon beranjak duduk, meraih ponselnya yang menampilkan panggilan telepon dari Tante Mala.

[✅] WITH YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang