Chapter 1. Risalah Hati

11.9K 1.5K 173
                                    


Saat kau membiarkan cinta mengendalikan hati dan pikiran untuk terus terhanyut mengikuti arus,
Saat itu pula kau harus mempersiapkan diri dan merelakan seluruh hidup.



Chapter 1RISALAH HATI

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 1
RISALAH HATI




Perih.

Gwen merintih ketika sebungkus bongkahan es yang terpaksa ia beli di toko terdekat menyentuh permukaan keunguan pada pipi lebamnya. Belum lagi sudut bibirnya ikut perih dan berdarah.

Ia mencebik, sebal.

"A-Anda tak apa, Signorina?"

Fokus Gwen teralih pada kaca spion depan –di mana sang sopir taxi yang baru saja bertanya sudah melihati Gwen dari sana. Mungkin terkejut karena mendapati penumpang yang wajahnya babak belur. Apalagi seorang wanita.

"Hanya luka kecil. Saya baik-baik saja."

Tak ada lagi tanggapan. Sang sopir mulai melajukan mobilnya setelah mengingat alamat yang Gwen katakan.

Gwen menyandarkan punggung. Mendongakkan kepala. Harinya benar-benar kacau padahal matahari belum sepenuhnya menggantung tepat di tengah langit. Namun untuk kali kesekian ia harus melakukan perubahan rencana. Secara mendadak.

Ia gagal menikmati kopi paginya dengan hikmat. Terlebih, kopi itu berakhir disesap oleh sekujur pakaiannya –bukan mulutnya.

Dasar wanita jalang!

Oh, itulah yang ia dengar tadi sebagai awal perkara.

"Dasar wanita jalang!"

Byurr...

Gwen terperangah. Ia mendongak untuk mengetahui tersangka utama. Mendapati seorang wanita bersurai merah menyala menatapnya nyalang, Gwen mendengus, mencoba untuk tetap tenang.

Ia sudah berjanji kepada seseorang untuk tak menimbulkan masalah. Ah, lebih tepatnya, janji yang menutupi tuntutan.

"Hei! Kau pura-pura tak dengar ya?! Kau mengabaikanku?!"

"Akh!"

Kepala Gwen terhuyung. Rambut pendeknya dijambak kuat. Ia hanya ingin pergi tak mau meladeni. Namun wanita jalang ini tampaknya benar-benar ingin menyulutkan api, melebihi bara surai merah merlotnya yang terlihat norak. Benar-benar tak cocok sekali!

"Lepaskan!" geram Gwen.

"Lepaskan katamu? Hei! Kau yang harusnya melepaskan pria itu!"

"Damn it!" Gwen menepis kuat lengan wanita itu hingga jambakannya terlepas. Ubun-ubun Gwen nyeri. Namun ia menyeringai. 

DIVERGENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang