Chapter 21. Pepatah Orang TUa

5.7K 1K 221
                                    

Jerit itu memekak, bersamaan dengan tubuh yang jatuh menekuk lutut mana kala rasa panas yang teramat mencekik itu menghujam betisnya. Tak butuh waktu lama, darah segar mulai menguar bagai pendar air pada celana panjangnya.

Sementara di sisi lain, sebuah sudut bibir terangkat puas mana kala kepalanya menoleh ke belakang dan mendapati presensi lain yang muncul dan entah tahu dari mana, datang bagai pahlawan di waktu yang tepat.

"Aku tak tahu kau bisa lengah juga, Zachary." Mengejek dengan senyuman, sang perebut atensi itu menyilangkan kedua tangan.

Rafe terkekeh samar. "Sudah bangga merasa jadi pahlawan, Alexa Loui?"

"Well," Alexa meniup moncong pistolnya bak pemeran aktor laga sebelum berkacak pinggang. "Suatu kerhomatan bagiku menjadi pahlawanmu, Mr. Zachary yang terhormat. Kalau aku telat satu detik saja, usus-ususmu mungkin akan bergerak gelisah karena tertusuk pisau swiss itu."

Sementara Alexa tersenyum, Rafe  menoleh pada sosok Mike di bawah sana. Benar saja, pada salah satu genggamannya mengeratkan sebuah pisau swiss yang mungkin tadi hendak dilayangkannya pada Rafe saat pria itu tertuju fokus pada Jack. Bajingan sialan!

"Ah," sela Alexa tak berapa lama, membuat atensi Rafe dan yang lain menoleh padanya lagi. "Kutemukan kucing betina liar ini hendak melenggang pergi," Alexa menjeda dan memberi sinyal saat menolehkan kepala ke luar kontainer. Kemudian tak berapa lama, seorang pria kekar mengempas cukup kuat sosok wanita yang tampaknya kaki dan tangannya terikat. Rafe memicingkan mata.

"Bukankah dia pelopor hal rendahan ini?"

Melihat Scarlett tertatih dengan kaki-tangan yang terikat, Jack benar-benar mengeram marah. Dahi dan hidungnya berkedut kesal sejak tadi bahkan saat Mike sudah mendapatkan tembakan.

"DASAR BEDEBAH!"

Kejadiannya begitu cepat dan Rafe tak bisa mencegatnya saat Jack melempar tubuh Gwen cukup kuat menepak badan dinding hingga menimbulkan bunyi hentakan yang nyalang. Manik Rafe melebar dan rahang-rahangnya mengeras.

Saat Rafe hendak melangkah dan mendekati Gwen, Jack menahan niatnya dan menodongkan pisau tepat berberapa senti saja dari wajahnya. Bersamaan dengan gerak refleks insting Alexa yang ikut menodongkan pistol ke arah mereka –ke arah Jack, lebih tepatnya.

"Jatuhkan pisaumu, Jack Cavill. Lebih baik kau panjatkan doa pengampunan dalam detik-detik terakhir hidupmu saat ini."

Mendengar tutur Alexa, tawa Jack menggelegar. Sampai-sampai bahunya berguncang dan kepalanya terdongak. "Oh ya?" katanya di sela-sela tawa. "Aku mungkin akan mati beberapa saat lagi, tapi−" Jack menjeda saat ia berjalan mengikis jarak di antara dia dan Rafe. Lalu, ia menyeringai. "Tentu saja setelah kulangkahi dulu mayat orang ini."

Di saat yang sama, Rafe, ia sama sekali tak beranjak. Ekor matanya sesekali mengarah pada Gwen yang sudah tergeletak di dasar lantai dan hal itu membuat amarahnya kembali terpompa. Kemudian dialihkannya lagi atensi pada sosok Jack di hadapannya. Mendengar apa yang baru saja Jack katakan, ia ingin tertawa kencang namun ia urungkan. Justru dengan santai ia mencondongkan wajah sehingga ujung mata pisau itu menyentuh ujung dagunya.

"Alexa, bawa Gwen keluar dari sini dan tutup tempat ini rapat-rapat. Monsterku ingin bermain sebentar sebelum iblis ini mengangkat jiwa mereka."





"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
DIVERGENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang