Chapter 14. Lapisan Alibi

7.5K 1K 109
                                    


Chapter 14LAPISAN ALIBI

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 14
LAPISAN ALIBI




Gwen tak mengerti kenapa Rafe tiba-tiba jadi posesif. Ah, Rafe memang posesif tapi saat ini, lebih dari pada itu.

Semenjak sepulangnya Gwen dari Rumah Sakit lima hari yang lalu, Rafe jadi lebih cerewet. Gwen tak diperbolehkan keluar rumah sama sekali. Sedangkan ia sendiri –Rafe, maksudnya, masih meneruskan pekerjaannya di rumah. Dengan ia yang tak lepas memerhatikan Gwen meski matanya tertuju fokus pada layar laptop.

Gwen merengut. Bosan.

Sedari tadi ia hanya duduk berselonjor di sofa panjang ruang kerja Rafe dengan ponsel yang tak lepas dari tangan. Membaca beberapa artikel baru tentang kembalinya ia ataupun melihat-lihat perkembangan fashion –tadinya. Ya, sejak tiga jam yang lalu setelah ia dan Rafe selesai makan siang. Gwen dibiarkan begitu saja meski pada kenyataannya ia hanya boleh berbaring di sofa itu. Dalam pengawasan Rafe.

Jadwal rehearsal selanjutnya adalah besok. Dan anehnya, Benjamin sama sekali tak mengangkat panggilan ataupun membalas pesan-pesannya. Padahal Gwen ingin tahu apa yang terjadi sebenarnya mengenai dua hari yang lalu.

Oh, mendadak kepalanya pusing mengingat kejadian tersebut. Menampung satu nyawa lain di dalam dirinya membuat Gwen jadi lebih sensitif. Lebih mudah perasa dan banyak pikiran. Ia baru tahu betapa melelahkannya saat hamil. Padahal, ia sama sekali tak pernah mengidam sejak terakhir kali merasa mual dengan seafood. Minta ini-itu pun tidak.

Apa benar ia sedang mengandung?

"Bosan ya?"

"Hmm?"

Rafe terkekeh. 

Tunggu, sejak kapan Rafe sudah duduk di sini?

"Geser."

Kening Gwen mengerut. "Geser kemana? Kau tak lihat aku sudah mepet ke pinggir sofa ini?"

Bukannya menjawab, Rafe malah terkekeh lagi. Justru kini ia malah ikut membaringkan diri setelah duduk di tepi. Memeluk Gwen erat di mana mereka sedang ada di sofa standar. Cukup sempit mengingat badan Rafe itu berisi. Ya. Berisi dengan otot-otot kekarnya.

Gwen mencebik. "Kau kenapa sih? Pergi sana. Sofa ini sudah sempit, jangan tambah menyempit!"

"Kenapa? Di ranjang juga kita seperti ini."

"Ck," Gwen berhela, mengalah. Berdebat dengan Rafe itu percuma.

"Gwen..." panggil Rafe pelan.

Gwen hanya bergumam dalam posisinya.

DIVERGENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang