Chapter 20. Iblis dan Monster

5.8K 989 166
                                    


Chapter 20IBLIS DAN MONSTER

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 20
IBLIS DAN MONSTER




Rafe memelankan laju mobilnya setibanya ia di depan gerbang besi pembatas pengamanan depan pelabuhan. Tanpa menolehkan pandangan pada seorang penjaga kekar yang mencondongkan tubuh dan mengetuk kaca jendelanya, ia sedang memperhitungkan.

"Perlihatkan identitasmu," kata penjaga itu. Rahang yang menghiasi wajah tanpa ekspresinya itu tampak keras. Selaras dengan otot-otot tubuhnya yang menyembul di balik kaos polo hitamnya.

Rafe menyambar kartu akses yang diberikan Austin tadi. Membuka kaca jendela sebelum menyerahkan kartu itu sembari menoleh singkat. Lalu Rafe kembali menatap lurus ke depan. Ekor matanya menelisik keadaan.

Tidak mungkin penjaga itu hanya sendirian. Setidaknya, pasti ada satu lagi yang berjaga bersamanya di gerbang depan ini. Kecuali kalau penjaga yang tengah mengecek kartu aksesnya saat ini memang orang unggulan yang terpilih atau penjaga lain sedang berkeliling.

Rafe melirik ke arah pos penjagaan. Di mana sebuah layar pc yang terbagi enam sedang menunjukkan pergerakan gambar yang berbeda. Rafe memerlukan rekaman cctv beberapa waktu sebelumnya agar ia tahu ke mana mobil yang membawa Gwen perginya.

Pelabuhan Genova terlalu luas. Ada ratusan bahkan ribuan box kontainer yang mengisi hampir setengah lahan. Dan akan butuh waktu berjam-jam kalau Rafe memeriksanya satu persatu. Terlalu bodoh dan lambat. Ia tak tahu apa yang terjadi pada Gwen jika ia mengulur waktu lebih lama.

Kini, Rafe menoleh pada penjaga itu. Ia sedang melakukan panggilan sejak beberapa menit yang lalu. Dan dalam beberapa menit itu, tak sekali dua kali penjaga itu menatapnya tajam. Seakan sedang memeriksa Rafe beserta isi mobil yang Rafe kendarai lewat sorotnya.

Rafe tak punya senjata. Ah, ia tak suka menggunakan senjata. Akan terlalu banyak menimbulkan bekas dan jejak. Maka dari itu ia mengandalkan fisiknya jika sedang berada dalam bahaya. Seperti sekarang.

"Maaf. Akses kartumu tidak berlaku karena kau bukan pemilik asli kartu ini. Silakan meninggalkan tempat ini segera."

Alih-alih menjawab, Rafe mengeratkan genggaman jemarinya pada stir kemudi. Tanpa menolehkan pandangannya juga. Ia sedang menunggu.

Dan ketika penjaga itu kembali mencondongkan tubuhnya hendak berbicara lagi, dengan sigap Rafe menyikut wajah itu kuat hingga penjaga itu terhuyung ke belakang. Lalu Rafe membuka pintu mobilnya untuk mendepak tubuh kekar itu sebelum ia mencuatkan diri dari mobilnya. Melayangkan beberapa tinju serta tendangan setelahnya.

"Brengsek!" umpat penjaga itu. Ia meludahi darah yang menggumpal di dalam mulutnya tanpa mengalihkan iris tajamnya pada Rafe. Dan tak dibiarkan mengulur waktu lebih lama, ia juga sudah melayangkan pukulannya. Tapi Rafe berhasil mengelak dan membalikkan serangan telak.

DIVERGENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang