Jungkook dulu punya dua mantan pacar. Yang satu putus karena bosan, yang satu putus karena pacaran jarak jauh. Nah, Yerim itu pacar ketiga sekaligus pacar terakhir Jungkook. Statusnya jadi mantan pacar juga sih, tapi setelah menikah.
Suatu hari di kala dirinya dan Yerim dalam mode break alias hampir putus, Jungkook berusaha untuk menjadi laki-laki dewasa. Kalau dipikir ulang, kehilangan Yerim itu yang rugi justru dirinya sendiri.
Mari ditelaah.
Jungkook itu susah bangun pagi, Yerim setiap pagi akan menelepon memastikan kekasihnya itu tidak kesiangan berangkat kerja.
Jungkook itu suka makan, Yerim sanggup membuatkan masakan tiap kali laki-laki itu kelaparan.
Jungkook itu orangnya sering iseng, dan Yerim satu-satunya pacar yang tahan dengan keisengan dan sikap absurd Jungkook.
Jungkook itu paling muda di antara para sahabat, namun keputusannya berani menikah mudalah yang membuat Yerim salut. Meski baru dua tahun bekerja sudah percaya diri melamar. Anaknya sekarang dua pula, bahkan maunya bikin kesebelasan biar bisa jadi pelatih.
Lalu kalau Jungkook selalu penuh kekurangan, bagaimana dengan Yerim?
Jawabannya, tidak ada manusia yang sempurna.
Yerim itu jaga image-nya tinggi, kebalikan dengan Jungkook. Lalu lebih suka pasang muka sok acuh padahal butuh. Dan yang terakhir, Yerim tidak ada bakat selingkuh. Itulah kenapa Jungkook selalu merasa aman, meski sampai sekarang ada seseorang yang diingat tidak boleh berdua saja dengan calon istrinya itu.
Seperti siang itu, saat Jungkook memergoki Yerim sedang berdua dengan laki-laki yang tidak disukainya di sebuah restoran cepat saji.
Bergegas mendatangi, langkahnya dibuat tegap, penuh percaya diri.
"Hai, Sob."
Yerim langsung menoleh ke samping saat suara Jungkook terdengar, padahal ia dan pemuda itu dalam mode istirahat dalam tanda kutip.
"Jaehyun-ssi ya?"
"Iya." Melihat wajah ramah Jungkook sepertinya tidak tulus.
"Ini pacar saya." Jungkook menoleh pada Yerim, sementara wajah gadis itu mulai memerah.
"Saya tahu."
"Oke kalau sudah tahu," Jungkook masih tersenyum, "hari ini jadwal makan siang dengan keluarga calon mertua, saya bawa Yerim ya. Terima kasih sudah menjaga sebentar." Jungkook meraih lengan kanan Yerim.
"Katanya skip makan siang." Yerim protes.
"Mamamu tadi telepon, ayo menyusul." Jungkook tidak memaksa sih, tapi jemarinya sudah menggenggam telapak Yerim, takut si mungil melarikan diri.
"Serius Ibu meneleponmu?"
"Jeon Jungkook tidak pernah berkata asal."
Bukan tidak pernah, tapi sering. Yerim berdecak dalam hati.
"Oke, Sobat. Selamat makan, saya bawa Yerim sekarang."
Jangan ditanya seperti apa wajah kesal Jaehyun.
Mungkin benar, mengajak selingkuh Yerim serta menikung Jungkook memang sulit.
"Kenapa Yerim menyukainya ya? Aku kan lebih karismatik." Sesungguhnya Jung Jaehyun hanya sedang menghibur hatinya yang gagal kesekian kali mengambil hati Yerim.
..
"Besok lagi kalau mau kencan jangan di tempat umum."
"Siapa yang kencan?" Yerim menyangkal.
"Satu lagi, aku tidak suka kau dekat-dekat dengannya."
"Dia yang mau dekat, aku sih biasa saja."
"Aku tidak melarangmu punya banyak teman laki-laki, kecuali dia." Suara Jungkook cukup tenang tapi penuh penekanan. Rautnya berubah jadi serius. "Jangan diulang."
"Kenapa? Tidak pede ya?"
Jungkook menghentikan mobil ke tepi jalan. Setelah menetralkan perseneling, ditatapnya Yerim yang memasang wajah tanya.
"Katanya break, belum ada dua puluh empat jam kok sudah menyerah." Yerim berkata seolah Jungkook kalah.
"Breaknya dibatalkan."
"Katanya masih ngambek."
Jungkook menatap lekat Yerim, diulurkan tangan meraih tubuh kekasihnya itu meski susah karena seatbelt-nya tidak dilepas. "Kangen kamu, Kim Yerim."
"Bohong."
"Kangen sekali." Jungkook menempelkan bibir pada bahu Yerim. "Maaf ya." Dihirupnya aroma vanila yang melekat pada kemeja kerja Yerim.
"Tapi ini kan masih waktunya break."
"Kubilang sudah dibatalkan." Jungkook melepas pelukan. "Tidak ada break-break lagi."
"Ini masih jam istirahat, Jungkook-ssi. Istirahat, break."
"Ish!" Jungkook mencubit hidung Yerim. "Kemarin siapa yang minta dilamar?"
"Siapa? Kan oppa yang mau melamar."
"Kamu juga aslinya mau, Rim."
"Memang iya?"
"Ya iyalah, katanya break, cincin masih dipakai."
"Yang minta break kan oppa."
Jungkook kalah telak, kenapa Yerim selalu benar sih? "Bisa tidak kita lupakan kemarin malam?"
Yerim tertawa melihat wajah bersalah Jungkook. Kalau seperti ini, mana tega lihat mimik memelas kekasihnya. Yang ada juga gemas.
"Bisa bisa."
"Oke."
"Tapi ada syaratnya."
"Apa itu?"
"Biarkan aku sekali saja jalan dengan Jaehyun oppa." Yerim memasang wajah imut, ditampakkan satu telunjuk.
"Tidak boleh!"
"Loh eh, marah?"
"Tidak," Jungkook pasang senyum paling lebar, terpaksa.
"Berarti diijinkan?"
Jungkook menggeleng," setelah ini tidak perlu kembali ke kantor."
"Kok begitu?"
"Ayo kencan," Jungkook melajukan mobil ke arah jalan tol. Sementara Yerim masih mengomel dengan sikap asal sang kekasih.
"Aku bisa dipecat, oppa!"
Ann.
Laptop eror lagi padahal Mijil sudah setengah jadi. Ya sudahlah, mohon bersabar. Ini juga ngetik di ponsel.

KAMU SEDANG MEMBACA
Jeon Little
Humor[Tamat] "Papa sama Mama mau buat adek berapa buat Kakak?" Temukan serunya Mama Yerim menghadapi Si Sulung yang sifatnya 11/12 seperti Papa Jeon. Temukan pusingnya Papa Jeon mengasuh putra putri di usia muda. Mari membuat banyak pertanyaan bersama Ka...