Aku mencintainya.
Aku menyayanginya.
Aku merindukannya.
...Hinata, aku hanyalah orang yang mencintaimu...
Jangan tanya secinta apa aku padamu, karena tulisanku tak akan berkesudahan untuk menjelaskan secinta apa aku padamu.Mengapa? Aku bertanya mengapa?
Aku tidak tahu jawabanya...apalagi kau.Mereka menyuruhku untuk mengikhlaskanmu, tapi... Tidak semudah itu' bukan?
Hinata, jika rindu bisa dijelaskan dengan kata maka seribu tahun pun tak cukup untukku buat menjabarkan kerinduanku. Kau tahu' bukan?
Sudah sering ku bilang, tanpamu aku...ya aku bukan apa-apa.Tolong kekasihmu ini hinata,
Jika kau tidak mengizinkan aku untuk bersedih atas kepergianmu , maka izinkan untuk menyusulmu...
Aku benar-benar tak sanggup...
*sasuke.
🍒🍒🍒
Naruto membersihkan kertas-kertas yang memenuhi ruang tengah dengan sabar, sejak sasuke mulai bermimpi hinata seminggu yang lalu, temannya itu mulai berubah menjadi sosok puitis yang bergelumung dengan kata-kata yang dituliskan mewakilkan kerinduannya.
"aah... Sasuke benar-benar keterlaluan ttaebayo!" naruto mendumal sambil memungut kertas-kertas yang diremas asal lalu dibuang tak arah hingga berhamburan.
Sebuah kertas jatuh dihadapannya, kertas yang masih rapi dengan permukaan mulus namun penuh dengan coretan tinta hitam.
Hinata....
Aku mencintaimu...
Kumohon kembalilah...Naruto meremas kertas itu pelan, menyedihkan...apa yang terjadi pada sasuke terlalu menyedihkan. Sebagai seorang Sahabat naruto sangat ingin melakukan sesuatu, sakit melihat temanmu terus bersedih, hidup bagaikan robot tanpa perasaan dan kosong. Sasuke terlalu sempurna untuk hancur.
Jika ia mampu menghidupkan hinata, tentu ia akan sangat senang hati menghidupkan hinata. Namun, ia bukan tuhan, bukan pula siapa pun. Ia hanya lelaki sederhana, terlahir yatim piatu. Dia tak mampu berbuat apapun, yang hanya ia lakukan adalah menyemangati temannya. Karena jika sasuke sakit begitupun ia.
🌹🌹🌹
"sasuke-kun...!" seru gadis bersurai peach semangat, tangannya melambai-lambai diudara dengan cepat.
Aku memandang sakura datar, 2 bulan sejak hinata pergi dariku, aku belum bisa dan belum sanggup melupakannya. Dihatiku hanya ada hinata, siapapun tahu itu. Termasuk sakura, gadis yang ku kencani berkat desakan naruto dan teman yang lainnya.
Dia mungkin tahu aku menjalani ini karena terpaksa, jangankan untuk berkomitmen memberi rasa saja tak mungkin bisa ku lakukan. Segenap rasa, pikiran, jiwa dan ragaku adalah hinata dan tak ada yang bisa merebut hinata dari diriku. Karena dia adalah diriku.
"sasuke-kun!" sakura menubruk tubuhku dengan sengaja, memeluk lenganku dengan manja dan memberiku senyuman terbaiknya. Hanya saja, apa yang dilakukannya tidak membuatku tertarik.
"apa kita bisa berkencan hari ini?" matanya memandangku berbinar-binar, benar-benar berharap bahwa aku akan menyetujui segenap jadwal yang dibuatnya.
Haaah... Sial. Aku hanya ingin pulang, aku ingin menatap foto hinata dikamarku, aku ingin tidur. Sejak hari dimana aku memimpikan hinata, tidur adalah kegiatan favoritku. Namun malang, hinata tak pernah lagi muncul bahkan didalam mimpiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Dream
RomanceJika ia memang telah mati lalu... Mengapa ia slalu datang dimimpiku?