too away

932 108 4
                                    


"aah ya ya uangnya baru masuk. "

Sakura tersenyum lebar,

"kau tahu'kan?  Selanjutnya siapa targetmu? "

Pria diujung sana yang berbicara dengannya melalui telepon genggam itu terkekeh. Suaranya terdengar halus dan ramah untuk seorang bajingan pembunuh bayaran.

"tentu saja.  Aku akan sampai ke pulau sore hari ini. "

suara mesin atm berdengung hingga terdengar melalui telepon genggam sakura.

"pokoknya,  minggu ini neji hyuuga dan hinata hyuuga harus kau bereskan. " sakura tersenyum licik, bayangan hinata mati dengan kepala berlubang membuatnya antusias.

"kau sangat tidak sabaran nona. "

pria itu tertawa halus.  Suaranya sangat enak untuk didengar,  ia terdengar seperti pria sopan dan ramah yang selalu membantu orang disekitarnya.

Tapi faktanya, orang ini adalah mesin pembunuh. Orang paling berbahaya dan menyeramkan yang pernah hidup. Menyamar dengan sempurna dan membunuh tanpa suara. Itulah dia yang sengguhnya, keramahannya hanyalah sebuah topeng yang menipu semua orang disekitarnya.


"aku akan membunuh mereka dengan sangat cepat dan licin."

Sakura tertawa, kesenangan membayangkan pembunuhan ini membuatnya terlalu bersemangat.

"jadikan itu lama dan menyakitkan. Aku akan membayarmu dua kali lipat. "

Dalam bayangannya,  arwah hinata melayang-layang meminta belas kasih dan menangis melihat tubuhnya hancur tak berbentuk.


"oke!  Senang berbisnis denganmu nona. " balas pria itu dengan nada suara yang terdengar sangat menyenangkan.




Sakura menutup panggilan terlebih dulu,  dengan senyum lebarnya ia menghempaskan diri disofa.


"oh astaga... Aku sungguh tidak sabar ini menjadi nyata! " seru sakura kegirangan.

Naruto menghirup kopinya dengan tenang,  ia ikut senang. Akhirnya hinata mati juga.

"haruskah kita merayakannya setelah ini? " usul naruto ceria.


Sakura tampak berpikir sejenak. Dari dulu,  ia sangat penasaran.  Mengapa naruto sangat membenci hinata?  Atau itu hanya karena... Keluarga hyuuga memperlakukan sasuke dengan buruk?  Hanya itu?

Itu tidak cukup dijadikan alasan untuk naruto benci hingga ingin membunuh.


"kenapa kau sangat membenci hinata? " tanya sakura dipenuhi rasa penasarannya.

Naruto tertawa lebar,  ia tidak pernah menceritakan ini pada siapapun termasuk sasuke.


"kau sungguh-sungguh ingin tahu?" naruto balas bertanya dengan nada suara sarkas.  "ini cerita yang menjijikan. "

Sakura melongo,  kemudian mengangguk. Apa yang telah terjadi antara keduanya?

" alasan pertama, sasuke mencintainya, benar-benar sialnya mencintai gadis biasa yang pemalu dan bagiku tak ada daya tariknya sama sekali. " naruto menghirup kopinya lagi dengan elegan.

Sementara sakura masih mendengarkan dengan ingin tahu. Alisnya bertautan memikirkan alasan yang dikemukakan oleh naruto.

"kedua, ia mempergoki ku sedang memainkan my ass  sembari bergumam nama sasuke dan menghirup aroma kaosnya. "


Sakura berdenyit,  fuck itu sangat menjijikan.

Naruto terkekeh melihat reaksi sakura yang teramat jujur. Ia tahu itu menjijikan,  hanya saja hinata yang waktu itu melihatnya seperti itu....  Tatapannya...



"ketiga,  aku tidak suka ia yang pura-pura tidak melihat itu dan berjalan Melewatiku dengan senyum naif dan wajah bodohnya. Ia bahkan tidak mengadu pada sasuke,  kebodohan dan hati malaikatnya itu membuatku jijik. "



Giliran sakura yang tertawa,


"jadi kau tak suka hinata karena itu? "

Naruto mengangguk dengan santai,  dan melanjutkan acara minum kopinya.


"ya...  She's fucking bitch. " desis Sakura tajam.




.....





"sial" desah sasuke,  ia berjalan gontai menuju sebuah cafe bersama inojin dengan sebuah ipad di tangannya yang telah tersambung dengan kamera kecil pengintai dijendela kamar rawat hinata.

Inojin berjalan didekat sasuke juga memperhatikan ipad itu dengan seksama.  Ia tahu betul apa yang membuat sasuke kesal.


"paman itu tampaknya tidak akan pergi dari sisi kekasih paman ya?"


Sasuke menggaruk kepalanya dengan uring-uringan.  Ia tahu ini akan terjadi,  pembunuhan itu pasti membuatnya waspada 10 kali lipat.

Sasuke berdecih,  kenapa juga hiashi  harus mati seperti itu.  Walaupun pria itu kejam padanya,  tapi ia tahu ia hanya ingin melindungi hinata dari klan macam dirinya. Ia ingin melawan hiashi dengan adil, tidak seperti ini.  Tua bangka itu bahkan telah mati sebelum ia menunjukkan kegigihannya pada hinata.



"pesan apa tuan? " sapa pelayan cafe yang mendekati tempat duduk sasuke dan inojin dengan senyum yang lebar.

"1 milkshake strawberry,  2 cheese cake, salad buah dan sayur serta espresso. " jawab sasuke tanpa mengalihkan perhatiannya pada ipad yang dipegangnya.  "inojin kau ingin yang lain? "

"pancake!!" seru inojin bersemangat.  Inilah yang ia suka dari sasuke, pemuda satu ini sama sekali tidak pelit dan begitu murah hati.

Saat bersama sasuke,  inojin merasa seperti anak orang kaya yang selalu menyantap makanan berkelas. Bukannya ia tidak pernah makan makanan seperti ini.  Hanya saja pekerjaan ayahnya adalah seorang pelukis yang terkadang....  Ya... Lukisannya diminati dan tidak.  Walaupun jika terjual uangnya sangat banyak dan... Menggoda untuk dihabiskan.

Sasuke sibuk mencatat dibuku kecilnya jam-jam tertentu dimana suster masuk dan neji keluar. Tapi... Tidak seperti harapannya,  neji selalu berada dikamar termenung dan entahlah.

Mungkin ini sulit untuknya,  ayah dan adik bungsunya meninggal dan ia...  Sendiri berjuang untuk mengamankan hinata darinya.

Sasuke tersenyum pilu,

Ia hanya merasa kasihan dengan neji.  Karena, ia sangat yakin.  Hinata akan bersamanya,  ia akan membawa hinata pulang ke tokyo bersamanya dan menikahinya.

Dengan atau tanpa persetujuan hyuuga tidak menjadi masalah.





....

A DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang