a game

931 108 23
                                    

Inojin membelalakan mata, berdiri dengan gestur tubuh shock. Tidak mengeluarkan kata atas apa yang sedang dilihatnya.

Respon yang diberikannya murni karena rasa keheran dan ketidakpercayaan yang besar.  Sesuatu yang mampu membuat anak cerdas sepertinya ternganga dan diam seperti orang bodoh.

"hei!  Kau harus memberikan aku pujian!"  sasuke memukul pelan kepa inojin mengagetkan inojin dari rasa kagetnya sendiri, sungguh membingunkan.

"nii-san... " inojin memandang sasuke dan sosok itu secara bergantian.

Kau mulai mengerti apa yang terjadi' kan?

"ya... Itu hinata! " sorak sasuke riang.

Inojin mengusap-usap wajahnya sekali lagi. 

Bagaimana bisa?

"bagaimana paman tahu paman neji tidak ada disana?"

Rasa penasaran inojin mulai membuncah, tatapan ingin tahunya membuat sasuka agak ngeri.

Inojin serasa menuntutnya secara emplisit.

Jadi,  sasuke menceritakan asal mula rencananya dan bagaimana ia menculik hinata.

Sasuke mengetahui bahwa neji akan keluar dari kamar rawat hinata berkat alat penyadap yang diletakkan inojin dijendela kamar hinata.

Lalu ia hanya merancang ide yang tepat,  agar aksinya berjalan mulus tanpa disadari oleh siapapun.

Dan bagian tersulitnya adalah saat sasuke harus membuat asap buatan itu.

Bagaimanapun juga, sasuke sangat bersyukur ia tidak melupakan pelajaran kimia.

Itu benar-benar membantu.

"tapi bagaimana bisa....??  Hanya begitu saja...??? "

Sekali lagi sasuke memukul kepala inojin karena bocah itu seolah mengharapkan ia akan gagal.

"hei! Kau ini benar-benar bocah menyebalkan! "

Inojin tersenyum bodoh menanggapi kalimat sasuke.  Ia berjalan perlahan mendekati hinata yang terbaring lemah ditempat tidur.

"bagaiman paman membawa kekasih paman masuk tanpa ketahuan dua orang itu? "

Sasuke tersenyum, mendekati inojin.  Menepuk pelan surai baby blonde dan memandang hinata dengan tatapan sendu yang amat menyentuh.

"saat aku membawa hinata kesini... Aku hanya berpikir pada akhirnya aku bertemu dengannya. "

Inojin mendongak, merasa rasa bahagia dan sedih dari sasuke tersampaikan juga untuknya.

"aku tidak berpikir apapun,  aku hanya ingin membawanya pulang. " sasuke berjongkok, meraih tangan hinata dan mengecupnya lembut.

"aku tidak peduli jika naruto atau sakura melihatku... Tuhan sedang berbaik hati...  Karena hari ini rencana ku berjalan mulus. Sakura ataupun naruto tidak melihatku ataupun menyadari keberadaan hinata disini.

Sasuke meletakkan tangan hinata dengan sangat hati-hati. Lalu ia memandang inojin.

"maukah kau membantuku inojin? "

Inojin mengangguk tanpa ragu,  well,  mereka telah sejauh ini.  Perjuangan ini harus dituntaskan sampai akhir.

"menginaplah disini... "tatapan sasuke melunak. "bantu aku menjaga hinata dari naruto dan sakura."



.....



"aku tidak mau tahu!" ancam sakura tajam ditelpon. 

Sedang rekan kejahatan bejatnya, naruto. Merasa sangat kebingungan dengan apa yang terjadi, yang dilakukannya saat ini hanya berjalan kesana kemari ditempat yang sama.

"kau harus menemukan hinata!  Karena tugas utamamu adalah membunuhnya! " suara sakura mengecil namun tidak dengan intonasinya.

Matanya melirik kearah ruang tamu, berharap sasuke tidak muncul tiba-tiba disana.

"nona... Kau terlalu khawatir. "

Pembunuh itu terkekeh lalu kemudian bergumam tidak jelas.  Sepertinya ia sedang menyelidiki sesuatu.

"kau harus melakukan sesuatu untuk itu! "

"ya ya ya. Aku sedang mengintai neji dan penyelidikannya. Calm down baby, aku akan membunuh hinata-hinata yang kau bicarakan itu. "

Sakura berharap bahwa pembunuh bayaran ini dapat dipercaya.  Hanya saja,  ia takut jika sasuke mendengar kabar ini maka ia akan ikut mencari hinata.

Dan itu tidak ada dalam rencana.

"sakura! " panggil naruto.

Sebenarnya itu adalah kode,  untuk menyadarkan sakura bahwa inojin sedang berjalan keluar rumah untuk pulang.

Sakura diam, memperhatikan inojin yang keluar dari kamar sasuke dengan raut wajah yang gembira.

Ia berdecih sinis.

"hey, bisakah aku minta tambahan atas kejadian ini? "

Mata sakura memicing memperhatikan inojin mulai berjalan agak jauh dari rumah.

"bunuh satu orang lagi. "


....


Sasuke tersenyum gembira menanggapi pesan yang baru saja masuk dari temannya.

Hugo akan mendaratkan pesawat pribadinya esok hari,  tepatnya pada larut malam.

Mempermudah ia dan hugo untuk pergi dari pulau ini tanpa diketahui siapapun.

Sasuke menghempaskan diri disebelah hinata, memandang hinata yang tertidur dengan cantik.

"kau masih sama dan tidak pernah berubah. " lirih sasuke.

Sunyi...

Hanya suara dentingan detik-detik jarum jam yang meramaikan suasana malam itu.

"aku... Sangat merindukanmu
hinata..." suara baritone itu mulai menyerak.

"hinata aku tahu kau mendengarku... "

Sasuke mendekat.

Menatap hinata lebih dekat agar ia mampu merekam wajah dari orang yang paling ia cintai diotaknya.

"hinata.... Aku tahu kau disana... Aku selalu tahu... " lelehan air mata tidak dapat ditahan.

Rasa sakit, penderitaan dan ketidakberartian yang sasuke alami terputar ulang.

Memberitahunya, mengatakan padanya.

Bahwa,

Semua itu tidak sia-sia.


"orang-orang bertanya padaku,  dimana kau... Kemudian mereka mengatakan padaku,  milikilah keberanian."

Sasuke berhenti.

Membiarkan air matanya mengalir, membawa semua penderitaan itu keluar. Karena semua itu telah usai, telah selesai.


"aku berusaha.... Aku selalu percaya.  Aku disini untukmu.... Tolong... "

Sasuke memeluk hinata,  membiarkan tangisnya membasahi pundak hinata.

"aku disini hinata.... "

Lirihan sasuke mengecil.

"bukalah matamu... "




.....

A DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang