Inojin berjalan dengan sangat santai, seperti yang biasa ia lakukan ketika hendak melukis gadis cantik secara diam-diam.Seperti yang sasuke perkirakan, lelaki berambut panjang yang kerap dipanggil neji itu datang.
Beberapa suster menyapanya dengan ramah, dan ia pun membalas. Langkahnya lebar dan dipercepat, meskipun wajahnya terlihat tenang namun gestur tubuhnya terlihat gelisah.
Inojin lagi-lagi mengagumi kemampuan berpikir sasuke, semua ini sesuai dengan perkiraan sasuke. Bagaimana mungkin ia memprediksi semua ini dengan tepat?
Rasa kagum inojin semakin bertambah kian hari pada paman jeniusnya itu.
Beberapa lelaki asing menatapnya sekilas, tiap kali ia merasa diperhatikan ia akan berceloteh seperti bocah seusianya. Menganggu suster lain hingga suster itu merasa gemas dan mengoceh dirinya. Dan tatapan beberapa orang itu akan lenyap seketika, menurut pamannya orang-orang itu adalah bodyguard yang bertugas mengawasi kedatangan sasuke.
tapi mereka tidak pernah tahu, bukan sasuke yang sebenarnya yang harus mereka waspadai berada di rumah sakit kecil ini.
"inojin tetap berjalan dengan natural, jangan terlihat terburu-buru, bernafaslah dengan tenang. Jika kau terlihat normal mereka tidak akan mencurigaimu, cobalah untuk melukis interior rumah sakit. "
Suara sasuke mengalun kedalam gendang telinganya melalui penyadap yang ia sembunyikan didaun telinga.
Inojin melakukan apa yang disarankan sasuke, ia berpura-pura mengukur dan mengambar, tentunya dengan langkah kaki yang tetap dibawa pelan untuk mengikuti neji.
Yang ia takutkan adalah bahwa ia akan kehilangan neji begitu sampai di perempatan lorong rumah sakit.
"inojin, melangkahlah. Mereka terlihat mencurigai orang lain disana. "
Inojin mengangguk dan segera berlari kecil menyusuli neji yang semakin jauh dari pandangannya.
Untungnya ia berhasil mengikuti neji, tanpa dicurigai sedikit pun oleh empunya. Inojin duduk dideretan kursi tunggu dan berpura-pura menggambar membelakangi neji meski terkadang melirik-lirik neji melalui kaca yang dipegangnya.
"ayolah... " bisik inojin pada dirinya sendiri, ia terus mengawasi neji yang berjalan seolah tak pernah sampai tujuan.
"inojin tenanglah... Kita masih punya 5 hari lagi. Kita semakin dekat hari kian hari. Jangan terlalu memaksakan dirimu sendiri. "
Meskipun sasuke mengatakan hal. Seperti itu... Inojin tidak rela menyia-nyiakan kesempatan ini. Mereka sangat dekat... Kemarin ia gagal karena kehilangan neji ditengah jalan, tapi kali ini tidak akan lagi.
Dari kaca kecilnya inojin dapat melihat neji menoleh kanan dan kiri, memastikan bahwa tidak ada orang yang dikenalnya berada disini. Hanya ada beberapa orang disini, ia, neji dan seorang kakek tua yang dibantu oleh suster diujung sana.
Inojin berusaha berakting sebaik mungkin, menggoreskan pensilnya seakan-akan menggambar dengan serius.
Neji memperhatikan sejenak dari Kejauhan disana, nafas inojin memburu ketika mata neji memicing melihatnya.
"inojin? Kau baik-baik saja??? "
"ayolah... " bisik inojin pada dirinya sendiri.
Beberapa saat kemudian neji mengendikkan bahu dan masuk kedalam salah satu kamar rawat.
Tangan inojin seketika melemas, ia merasa letih, ketegangan ini sungguh menguras tenaganya.
"paman! Aku menemukannya!" inojin menahan luapan emosinya yang begitu amat gembira. "aku tahu di kamar mana kekasih kakak disembunyikan. "
.....
Hiashi mimijit kepalanya yang serasa hampir pecah. Ia telah usai bersiap-siap dan akan segera berangkat ke pulau tempat dimana hinata dirawat. Hanya saja kabar yang diterimanya beberapa hari yang lalu membuatnya akan gila.
Putrinya hamil?!
Ia tidak tahu harus seperti apa menanggapi itu! Masalahnya... Bayi itu telah terlalu besar untuk diaborsikan.
Hiashi tentu tahu siapa ayah dari anak haram yang sedang dikandung putrinya. Wajah bajingan yang sangat dibencinya itu langsung terbayang dibenaknya kala dokter tsunade mengatakan kabar ini padanya.
Ia ingin sekali....
Menangkap sasuke dan memukul lelaki jahanam yang telah menodai putrinya itu sepuasnya. Amarahnya meluap-luap dan tak terbendung.
Hiashi mengepalkan tangannya membayangkan wajah tampan itu babak belur dan berdarah-darah.
"tuan mari kita berangkat ke bandara."
Hiashi melirik supirnya hari ini, ia tidak ingat pernah mempekerjakan lelaki tinggi berambut hitam ini.
"maaf tuan ada yang salah? " tanya pria asing ini tersenyum ramah.
Hiashi lagi-lagi memijit kapalanya, masalah hinata mulai membuatnya cukup kelelahan hingga melupakan beberapa hal.
Satu hal yang hanya dipikirkan oleh hiashi adalah bagaimana cara menyingkirkan bayi yang ada diperut hinata.
"tuan hiashi yang terhormat."
Hiashi menoleh dan menatap nanar seketika. Sebuah pistol dicondongkan kehadapannya dan tepat mengarah ke kepalanya.
Hiashi melirik sekitarnya dan melihat supir pribadinya yang dikenalnya tergeletak tak sadarkan diri didalam mobil.
"aku diperintahkan untuk membunuhmu. " pria asing itu sama sekali tidak menyeramkan, ia terlihat tampan dan sangat ramah.
Namun itu adalah kekuatan terbesarnya.
Hiashi tidak sempat mengatakan kata, pelatuk pistol itu keburu ditarik dan pelurunya menembus kepalanya begitu cepat dan panas...
"hiashi hyuuga, hanabi hyuuga,mereka telah tewas. " kata sang pria asing. "siapa selanjutnya?"
....
KAMU SEDANG MEMBACA
A Dream
RomanceJika ia memang telah mati lalu... Mengapa ia slalu datang dimimpiku?