almost

936 118 12
                                    

Petang itu, seorang pria dengan pakaian kasual berkaca mata hitam keluar dari kapal, memikul tas besar dipunggungnya. Ia baru saja tiba di pulau milik keluarga Haruno, yang kabarnya kini telah dibeli oleh keluarga hyuuga.

Pria itu tersenyum ramah kesekitarnya membuat beberapa gadis menjerit kecil karena kesopanannya.

Ia dengan gantlenya membantu seorang gadis bercepol dua yang tampak kesulitan membawa barang.

"ingin kerumah sakit juga?" tanya pria itu ramah disertai dengan senyum menawannya.

Sang gadis bercepol dua memerah seketika,  ia mengangguk pelan.

"aku bekerja disana... "gumamnya pelan karena malu yang luar biasa.

"wah kebetulan sekali! " pria itu tersenyum lebar.  "aku juga ada urusan disana.. "

"apa ada kerabat tuan yang dirawat disana? " tanya sang gadis bercepol dua antusias. 

Ia bekerja sebagai resepsionis di Rs. Haruno. Ia baru saja kembali dari izin cutinya. ia akan merasa senang jika dapat membantu pria tampan ini.

"begitulah... " sang pria melirik gadis bercepol dua yang telrihat antusias.

"siapa namanya? Siapa tahu aku dapat membantu! "

Pria itu tertawa, menepuk kepala gadis bercepol tua pelan.

"sayangnya itu rahasia. "

Sang gadis bercepol dua mengangguk, sebenarnya sedikit kecewa namun tetap merasa senang berada disamping sang pria tampan nan baik hati.  Tanpa ia tahu, bahwa latar belakang sang pria tampan yang ada disampingnya adalah seorang. pembunuh bayaran.

....

"inojin, minggu ini adalah minggu yang sangat penting. " lirih sasuke.

Ia mengenggam erat foto hinata ditangannya,  sebenarnya ia cukup takut bahwa ia gagal.  Namun, tidak ada jalan lain.  Ia harus berusaha,  ia harus mencoba, jika gagal maka ia hanya akan terus mencobanya lagi.

Seperti cintanya yang tidak akan pernah hilang,  begitu pun usahanya.

"paman." inojin menatap sasuke dengan pandangan... Yang dalam?

Sasuke mengusap kepala inojin,  menatap anak lelaki asing yang selama ini selalu membantunya.

Jujur saja... Sasuke mulai merasa menyayangi inojin.  Dan ia cukup sedih mengetahui fakta bahwa ia akan meninggalkan inojin, dan mungkin... Mereka tidak akan berjumpa dalam waktu yang lama karena sasuke berencana pindah ke luar negeri dengan identitas yang baru bersama hinata.

Hanya saja...  Ia tidak bisa membawa inojin seenaknya'kan? Inojin punya keluarganya disini,  ia punya seorang ayah yang harus ia jaga.

"inojin kau anak yang hebat." sasuke terkekeh melihat paras inojin yang seolah hendak menangis. "kau akan tumbuh hebat lebih dari paman. "

Inojin berdecih sinis,

"mana mungkin? " ucapnya parau, ia merutuki dirinya sendiri karena hampir mengeluarkan air mata.

Sasuke tersenyum tulus, merangkul inojin kedalam pelukannya,

"aku harap kau bertemu dengan hinata. " lirih sasuke.

Ya benar,  hinata pasti akan sangat menyukai inojin.  Hinata slalu menyukai anak-anak. Apalagi bocah secerdas anak ini?  Kesukaan hinata..

Tubuh mungil inojin bergetar,  ia sebisa mungkin tidak bersuara, namun sasuke dapat merasakan bahunya basah karena air mata.  Dan itu cukup bagi sasuke untuk merasakan perasaan inojin.

Mereka hanya terlanjur nyaman berada didekat satu sama lain. Sasuke tau... Ia masih punya seminggu lagi, tapi... Ia harus bergerak cepat untuk suatu alasan. 

Entahlah, firasatnya hanya mengatakan padanya bahwa ia harus bergerak cepat.

....


Menghela nafas dan menghempaskan dirinya di sofa, neji berusaha untuk tetap terjaga didepan laptopnya.

Perusahaan ayahnya terus berjalan meskipun sang pemiliknya kini tiada,  sebagai pewaris utama perusahaan hyuuga kini ia yang harus mengendalikan perusahaan besar itu.  Sendirian.

Neji melihat hinata,  memandang adiknya itu pilu. Neji berharap hinata bangun... Entahlah,  ia hanya merasa tidak siap menghadapi ini sendirian.  Jujur saja ia tidak sanggup.

Ayah dan adiknya dibunuh oleh seseorang, ia berusaha mengandalkan koneksinya untuk mencari orang itu.  Namun rasanya, ia tidak melakukan apapun yang cukup berarti.

Ia tidak dapat memikirkan musuh yang dimiliki keluarganya, mereka tidak pernah bermasalah dengan rekan bisnis ataupun lainnya. Mereka sebagai hyuuga sangat sopan dan menjunjung tinggi etika terhadap rekan, lalu...?  Siapa...?

Knock knock knock

"masuklah sus. " jawab neji acuh, ia kembali mengalihkan perhatiannya pada layar laptop dipangkuannya.

Pintu berdecit tanda seseorang masuk,  neji tidak terlalu memperhatikan karena perhatiannya benar-benar disita oleh pekerjaan yang seharusnya ditangani oleh ayahnya.

"tuan neji. " panggil seorang pria lembut.

Neji mengernyit, memandang seorang pria bermasker dengan rambut hitam dikuncir belakang ini heran.

'ia tidak pernah melihatnya. '

"kau pilih merah atau hitam?" tanya lelaki itu ramah.

Alis neji terangkat satu,  merasa sangat risih dan muak untuk dicandai saat ini.

Ia benar-benar tidak punya waktu senggang.

"pergilah! Kau membuatku kesal. "

Lelaki itu mengendikkan bahunya,  meletakkan obat dan tersenyum dari balik maskernya.

"oh ya tuan neji. " lelaki itu mengintip melalui celah pintu yang hampir menutup.

Neji memandang lelaki ini jengkel, perasaan risih yang membuatnya ingin menghardik.

Namun,

Ketika ia bertatapan dengan mata menyipit lelaki itu, ia menjadi bungkam. Kini yang ia rasakan adalah perasaan ngeri akan tatapan aneh sang lelaki misterius.

"jangan keluar kamar ini jika kau masih ingin hidup. " katanya lembut.

Namun suaranya sangat berbanding terbalik dengan tatapan matanya. Neji berdecih dan menutup pintu paksa.

Siapapun lelaki itu,  jelas ia adalah orang itu gila. Ia bahkan mampu membuat pria dewasa sepertinya merinding hanya dengan tatapan mata.



☀☀☀

A DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang