Aku sendiri
Tapi aku tak akan pernah merasa seperti itu,
Karena aku tahu,
Cinta kekasihku akan slalu menemaniku,
Dimanapun aku berada....
Langkah kakiku terus menapak dengan cepat, berjalan kemana kakinku melangkah. Aku harus mencari. Kemana? Kemana aku harus mencarinya? Aku tidak tahu? Tapi aku harus mencari. Kekasihku diluar sana, tapi aku tidak tahu dimana?
Dipulau inikah? Atau ditokyokah? Atau dinegeri lain? Ini membuatku gila! Hinata ada diluar sana, disuatu tempat! Tapi dimana??
Apakah hinata ketakutan sekarang? Apakah ia sendirian? Apa yang terjadi padanya? Bukankah...bukan ia telah tiada? Tapi ia menungguku untuk menemukannya, berarti...dia masih hidup. Hyuuga sialan itu pasti menyembunyikannya, iya, benar. Mereka pasti memanipulasi pemakaman itu untuk membuatku percaya bahwa hinata telah tiada.
Hinataku...
Kekasihku...
Dia mungkin sendirian ditengah kejamnya dunia ini..."sasuke!!"
Aku menoleh kebelakang, ternyata naruto dan sakura masih mengekoriku. Aku mendengus, mereka sama sekali tidak percaya dengan ceritaku tentang mimpi itu, aku tidak butuh orang-orang seperti mereka untuk membantuku.
"sasuke, hentikan ttaebayo...kau...setiap kau bangun dari mimpi semacam itu kau...kau semakin sakit sasuke!" naruto mencengkram tanganku erat, namun ku lepas paksa cengkramannya, perkataannya membuatku muak. Mereka tidak tahu apa-apa! Mereka tidak mengerti!
"sasuke-kun, hinata-san telah tiada...lepaskan dia..." mata sakura berkaca-kaca menatapku, sarat kesedihan dan kasihan tertera jelas dalam setiap kata-nya.apa maksud dari tatapan itu? Apa mereka berpikir aku gila? Sakit?
Brengsek!
"cukup!!!" aku hampir berteriak, hal yang tak akan pernah aku lakukan jika bukan bersangkut paut dengan hinata.
Aku benar-benar tak butuh mereka, jika mereka tidak ingin menolongku itu tidak apa-apa! Hanya jangan pernah menghalangiku! Aku tahu apa yang sedang aku lakukan!! Demi tuhan! Aku benar-benar membenci orang-orang ini.
"sasuke-kun...kami...kami ingin membantumu." suara sakura bergetar, wajahnya menyiratkan rasa takut.
Aku tersenyum sinis, membantu? Membantu katanya? Ini yang disebut membantu? Mereka bukannya membantuku! Mereka menghalangiku!
"sasuke....itu hanya mimpi..." kata naruto lirih.
Bagi kalian itu mimpi, bagi siapapun itu hanya mimpi. Bunga tidur mereka bilang. Tapi bagiku, itu segalanya...
"begini saja, kalian pulanglah. Aku akan mencari." tengahku kemudian, aku mulai muak. Emosiku memuncak dan aku tidak tahu apakah aku masih sanggup menahannya.
"sasuke-kun! Tunggu!!" sakura menarik lenganku, namun begitu mudah ku tepis.
"oi teme! Dengarkan kami ttaebayo!!!"
Buakkk
Aku tanpa sengaja menabrak anak kecil, anak itu jatuh dan kertas-kertas yang dipegangnya berhamburan dijalan. Sial! Karena terlalu emosi aku malah tidak berhati-hati. Jika saja hinata ada disini, dia pasti akan mengomeliku. Tanpa sadar aku malah menyunggingkan senyum tipis dan mulai membantu anak kecil itu membereskan kertas-kertas sketsanya yang berhamburan.
"maaf, kakak tidak sengaja." kataku kaku, ah sebenarnya aku tidak terbiasa dengan kata maaf, apalagi membantu orang. Tapi, ketika wajah hinata yang terlintas dibenakku. Entah mengapa aku jadi orang yang baik seperti ini. Haha...lihatlah aku hinata...hanya karena dirimu aku dapat melakukan hal-hal yang bukan seperti diriku ini.
"eh? Tidak kak... Aku juga tidak sengaja menabrak kakak.hehehe." bocah lelaki yang berumur sekitar 11 tahun itu nyengir, cengiran bodoh yang mirip naruto.
Aku bergumam tidak jelas, lalu ketika memungut kertas-kertas itu pandanganku terpaku. Kertas kertas yang berhamburan itu berisikan sketsa wajah perempuan yang berbeda-beda. Dan salah satunya membuat kepala ku terhantam, mataku hanya dapat terfokus pada sosok sketsa perempuan itu.
Sosok perempuan yang tertidur lelap dengan selang infus, perempuan itu terlihat tidur dengan nyenyak sekali. Matanya terpejam namun seakan-akan, ia menatapmu. Rambutnya tergerai agak memberantakan namun justru memberika kesan estetik yang indah. Cantik sekali...
"dimana perempuan ini?!" seruku pada anak kecil itu, ia tersudut, balas menatapku dengan ketakutan.
Sial...ini tidak membantu. Aku memijit pelipisku, lalu menarik nafas pelan dan menghembuskannya.
"wanita yang berada disektsamu ini, dimana ia sekarang?" kali ini aku berusaha untuk tenang, karena aku sadar, kekerasan tidak menyelesaikan segalanya...
Anak itu mengangguk lalu menunjuk bangunan besar satu-satunya dipulau ini.
"aku mengambar kakak ini dengan mengintipnya, tapi ia tinggal disitu. Sudah sejak lama sekali."
Aku mematung ditempatku, hah...semuanya tidak dapat ku cerna begitu saja. Tanpa sadar aku berlari menuju Rumah sakit milik keluarga sakura, gedung yang tadi ditunjukkan oleh anak itu. Apa benar? Hinata berada disana? Saat ini? Benarkah?
Aku tidak bisa menjelaskan berbagai.macam perasaan yang kurasakan saar ini. Semuanya...gila...aku aku harus bertemu hinata! Hinata! Tunggu aku!.aku akan menjemputmu! Kita akan pulang!!!
Aku tidak akan membiarkan mereka memisahkan kita lagi!!!
....
"apa itu benar-benar hinata?"
ucap naruto ragu, ia mengambil sketsa yang tadi dipegang sasuke.
"kau pernah bertemu dengannya'kan? Apa itu benar-benar dia?" desak sakura pada naruto, sejenak ia merasa takut. Takut jika perempuan yang ada di sketsa itu benar-benar hinata.
Naruto mengamati lebih dalam sketsa hitam putih yang nampak belum terselesaikn itu, alisnya bertautan, berusaha mencocokkan kemiripan hinata yang asli dengan sketsa ini.
"kakak ini benar-benar bernama hinata kok!" belas sang bocah, ia mengambil balik sketsanya dengan wajah masam. "aku mendengar kakaknya memanggilnya 'hinata!' "
Sakura dan naruto saling berpandang-pandangan, masih seolah tidak mempercayainya. Jadi hinata masih hidup selama ini? Mimpi yang sasuke alami benar-benar nyata????
"katakan padaku dimana tepatnya kamar yang dihuni hinata!" sergah sakura panik. Gawat ini gawat, jika sasuke yang menemukan hinata duluan. Maka...ia...ia harus bagaimana?
"apa-apaan...." cetus bocah itu tidak terima, ia malah kabur dan berlari meninggalkan sakura dan naruto.
Mereka berdua saling berpandang-pandangan cemas. Sasuke masih amat sulit melupakan hinata. Dan jika apa yang dikatakan bocah itu benar, maka... Itu adalah sebuah masalah untuk mereka berdua.
....
KAMU SEDANG MEMBACA
A Dream
RomanceJika ia memang telah mati lalu... Mengapa ia slalu datang dimimpiku?