direction

1K 122 11
                                    

.

.

Sasuke...

Tentu saja sasuke menoleh,  menghampiri kekasihnya dengan riang dan memeluk kekasihnya hingga tubuh mungil itu terangkat.

Rasa rindu sasuke menggelora,  membuatnya sangat bahagia bertemu lagi dengan hinata.

Hinata tertawa bahagia kala sasuke memeluknya sambil berputar-putar.  Suasana pun seakan berubah menjadi romansa karena kebahagiaan yang mereka punya.

"sasuke-kun!!!  Aku sangat merindukanmu!!! " teriak hinata histeris,  ia segera menyembut kata-katanya dengan pelukan erat pada sasuke.

Sasuke tersenyum lebar balas memeluk hinata dengan erat.  Rasanya... Bibirnya tak ingin berhenti tersenyum,  tapi air matanya mendesak ingin keluar.

Untuk sesaat mereka berdua hanya berpelukan. Rasa sayang dan rindu itu menyelimuti mereka dalam kubah cinta.

Apa yang telah terjadi...

Apa yang telah mereka alami...

Itu terlupakan.

Saat ini mereka bertemu,  tidak ada yang perlu mereka khawatirkan. Mereka telah bertemu,  mereka berpelukan, mereka saling membagi kehangatan, yang lain adalah yang lain.  Saat ini adalah waktunya bagi mereka untuk menikmati kesempatan.

Tidak ada yang lebih berharga dari ini.  Tidak ada yang dapat menganggu kehangatan yang saling mereka berikan.
Tidak seorang pun...

"hinata aku merindukanmu... Aku menyayangimu,  aku mencintaimu, dan akan slalu begitu.... "

Air mata dan senyuman saling bertempur dan beradu.

Hinata mengangguk, dan terus mengangguk, suaranya serak dan ia tidak mampu berkata-kata.

Biarlah air mata yang menjawab kesedihan dan penantian dan biarlah sebuah senyuman yang tak henti menjawab kebahagiaan.

Tidak sangup lagi...

Menahan semuanya.

Biarlah waktu yang akan menjawabnya.

....


Keesokan paginya,  aku terbangun. Sangat menyesal telah terbangun.  Mengapa aku harus terbangun?  Aku sama sekali tidak keberatan harus tinggal dialam mimpi itu?

Asal ada hinata maka aku akan baik-baik saja.  Ya... Baik-baik saja.

Aku mengambil hp-ku,  mengecup layar yang berwalpaperkan foto hinata.  Mengatakan padanya betapa aku mencintainya dan betapa aku merindukan kehadirannya.

Ini memang telah menjadi rutinitas yang aku lakukan sejak berpacaran dengan hinata.  Aku slalu menelponnya pada pagi hari,  mengatakan betapa indahnya perasaan yang aku rasakan saat aku bersamanya. Dan ia suaranya saat menjawab kata-kataku adalah penyemangatku untuk menjalani hari.

Sudah kubilang bukan?

Hinata adalah candu bagiku.

Aku mencintainya, maksudku jika ada orang lain yang mengatakan itu maka kata itu tidak seberapa dibandingkan aku yang menyebutnya.

Mereka mungkin akan menyerah dalam posisiku, orang mengatakan bahwa aku harus melupakannya namun, sesungguhnya tidak akan pernah bagiku untuk melupakan hinata.

"sasuke-kun? " panggil sakura dari luar kamar.

Aku membuka pintu dan memandangnya dengan malas.

"ada apa? "

Sakura tersenyum,  aku slalu heran dengan sakura.  Apa ia tidak pernah lelah untuk tersenyum?  Ia slalu melakukannya. Itu membuatku lelah melihatnya.

"naruto menyiapkan sarapan untuk kita. "

Aku mengangguk, well aku harus membasuh wajah dan gosok gigi terlebih dulu.

Lagipula,  sebentar lagi inojin akan datang.  Dan aku punya tugas untuk kami jalankan.

"tunggu sebentar."

"tunggu! "

Aku beru saja akan menutup pintu jika saja tangan sakura tidak menghalangi.

"aku bisa membereskan kamarmu. " tawarnya.

Aku menengok kebelakang,  ya... Sisa-sisa rakitan alat penyadapku masih belum selesai.  Lagipula sakura tidak curiga dengan barang-barangku karena itu terlihat sangat normal.  Dan aku meletakkannya di tempat yang aman.

"asal kau tak membuang barangku sedikit pun. " jawabku acuh.  Ya, lagipula lumayan.  Aku tidak meminta bantuannya kok,  ia yang menawarkan bantuannya padaku.

Siapa juga yang tidak ingin ditolong?

Sakura mengangguk dengan bersemangat,  sementara aku dikamar mandi. Aku tidak tahu apa yang dilakukan,  tapi jika ternyata sakura masih mengharapkanku dan melakukan itu untuk menarik perhatianku maka itu tentu sia-sia.

Karena seharusnya ia tahu,  kenal dengan ku maka tentu ia tahu. Betapa sebenarnya aku mencintai hinata. Gadisku tidak akan pernah tergantikan.

Aku mulai membersihkan diri dan melupakan soal sakura. Sekitar 5 menit kemudian kulihat sakura masih berkutat dengan plastik sampah.  Gadis itu benar-benar tidak tahu cara bersih-bersih.

Aku mengendikkan bahu dan tidak berniat untuk menolongnya, lagipula.. Aku tidak memintanya melakukan itu bukan?.

Aku mendahuluinya dan duduk di meja makan dan segera menyantap apa yang disajikan.

"mana sakura-chan? " tanya naruto,

Aku tidak menjawab,  tak lama dari sakura keluar dengan plastik sampah.  Bergabung dengan kami dan mulai berbicara dengan naruto. Sedangkan aku?  Aku tidak peduli.  Aku memfokuskan pendengaranku dengan earphone ditelingaku. Itu membuatku mendengar suara-suara dari rumah sakit.

Inojin berhasil melakukan apa yang ku perintahkan. Bocah itu memang pandai seperti yang ku harapkan. Pendengaranku menajam seiring dengan kacaunya kebisingan dirumah sakit.

"sasuke-kun?  Kau Pandiam sekali? " tanya sakura padaku.

Aku berusaha mengabaikannya.  Ada sebuah percakapan yang menarik perhatianku.


"ada yang salah dengan pasien itu. "

"pasien dari kalangan konglomerat yang selalu diributkan dokter?"

"iya...entah bagaimana itu bisa terjadi tapi pasien itu ...."

"OI SASUKE!"

Suara keras naruto membuat kalimat yang akan suster itu ucapkan menjadi tidak terdengar.

Padahal... Itu sedikit lagi.

Aku tidak mengatakan apapun, aku menyodorkan piring yang telah bersih dan masuk kekamar.

Aku harus begitu jika tidak ingin menonjok naruto. 

Ada informasi mengenai tubuh hinata!  Yang mereka bicarakan pastilah hinata!  Mereka bahkan tidak berani menyebutkan nama pasien mereka,  itu pasti hinata!

Ada sesuatu yang telah terjadi dan para dokter itu tidak berani mengatakannya pada para hyuuga.  Sesuatu yang besar telah terjadi...

Dan tentu aku harus tau itu!






....

A DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang