a game (3)

812 111 25
                                    

Neji berlari ketempat dimana 'sesuatu' yang dilihatnya itu tidak akan menemukannya.

Ketakutan itu membuatnya sejenak melupakan tentang keluarganya. Pemikiran itu hilang begitu saja ketika ia menatap wajah pria bercat putih dengan sebuah pisau didepan kamarnya.

Tatapan pria itu... Itu adalah tatapan seorang iblis yang datang dari neraka.  Ia menyeringai, seperti tersenyum sangat senang yang mengerikan.

Pria itu adalah mimpi buruk! Dengan instingnya sendiri ia menyakini bahwa ia adalah korban yang amat dinantikan.

Pulau kecil ini sialnya tidak banyak penduduk. Orang yang tinggal disini hanyalah mereka para mantan selebriti tua yang ingin rehat dari masa kerjanya. Sisanya hanyalah pengunjung yang tak banyak, karna tempat ini adalah pulau pribadi dan hanya beberapa orang yang mendapatkan izin dan dari sang pemilik.

Semenjak pulau ini dibeli oleh hyuuga, neji secara resmi memberhentikan para pengunjung datang. Beberapa yang tinggal disini pun telah ditetapkan aturan prabayar dan ini mengakibatkan pulau ini menjadi sangat sepi.

Kemana ia harus minta tolong?

Para detektif!

Neji membelok, berlari menuju penginapan kecil yang dulunya dibangun oleh keluarga haruno.

Ia harus pergi ke tempat teraman, ia harus berada ditempat yang banyak orang.  Dengan begitu rasa takut ini tidak akan merasukinya terlalu banyak.

....

Sasuke telah memastikan pintu kamar terkunci dengan aman. Sangat aman.  Jika ada seseorang yang mencoba masuk, sinyal keamanan otomatis akan ditangkap oleh smartphone sasuke sebagai sebuah peringatan.

Maka, ia berlari menuju tempat inojin berada.  Berlari mati-matian dengan rasa khawatir bahwa inojin tidak akan melakukan hal bodoh lainnya.

Sasuke tiba tidak lebih dari 10 menit, ia melihat inojin memeluk lututnya diluar rumah sembari menangis terisak-isak.

"inojin! " sasuke memeluk inojin dengan erat. 

Inojin sempat terkejut, tapi ia hanya dapat menangis saat ini.  Ia tidak mampu berkata-kata. Ia sudah tidak sanggup...

"kau baik-baik saja... Tidak apa-apa.... " lirih sasuke berulangkali.

Inojin balas memeluknya, terhanyut dalam perasaan luka dan sakit yang paling dasar.

"ayah... "  inojin melepaskan pelukannya, menarik tangan sasuke kedalam rumah.

Sasuke tercengang ditempatnya, merasa sangat mual melihat darah bersimbah kemana-mana.

"inojin keluar, aku akan membereskannya. "

Suara tegas dari sasuke membuat inojin menurutinya, bocah itu masih menangis,  tapi ia duduk diluar membawa perasaannya yang hancur dan hanyut dalam tangisannya.

Sasuke mengernyit, tidak  terlalu menyukai apa yang dilihatnya.

"sial ini... Mengerikan. "

Dengan sangat hati-hati,  sasuke melakukan pembersihan, memberesi mayat sai terlebih dahulu kemudian membersihkan darah yang bercecer kemana-mana.

30 menit kemudian, sasuke selesai membersihkan tempat itu. Ia telah menutupi sai dengan sebuah kain, berniat untuk memakamkan sai dengan layak.

"inojin... " panggil sasuke,

Inojin mendongak, tangisnya telah berhenti namun, pandangan inojin seakan kosong.

Sasuke menghampiri inojin, duduk disebelah anak itu dan merangkulnya.

"inojin... Paman akan menjagamu. " bisik sasuke, mencium pucuk kepala inojin.

Inojin tidak menjawab, namun ia mengangguk dan kembali meneteskan air mata.

Ini memang terlalu sulit untuk bocah sepertinya.

....

"kau apa??? " sakura hampir menjerit karena rasa kesalnya.

Ia baru saja dikabari oleh pria yang disewanya bahwa bocah yang seharusnya mati itu... Sama sekali tidak tersentuh.

"kenapa? " tanya naruto yang ikut-ikutan merasa penasaran atas respon
Tidak menyenangkan dari sakura.

Sesuatu mestilah terjadi...

"kau! Apa kau tidak bisa melakukan suatu hal kecil ini dengan benar?! "

Sakura mengabaikan naruto dan itu membuat naruto gelisah. Apa yang sebenarnya terjadi?

"setiap pembunuh mempunyai prinsip."

Suara pembunuh itu untuk pertama kali terdengar tidak ramah. Suara sebenarnya dari sisi psikopat lelaki ini membuat sakura merinding.

"anak kecil itu mungkin bahkan lebih menderita dari kematiannya sendiri. "

Sakura menjauhkan telponnya, jantungnya berdebar aneh karena rasa takut.  Semacam kewaspadaan tersendiri yang mengerikan.

"kau... Pasti punya rencana'kan? "

"sakura ada apa?? " desak naruto yang kehilangan akal sehatnya karena rasa penasaran ini.

Sakura memberi kode pada naruto agar diam. Situasi ini sangat berbahaya, tidak pernah terpikirkan olehnya, bahwa lelaki ini bisa saja membunuhnya.

"selamat malam nona, aku sedang memburu. "


Dan panggilan tertutup. Sakura membanting telponnya disofa, kemudia terduduk lemas dan tak berdaya.

"apa yang terjadi?!"

Sakura memijit pelipisnya pelan. Semua omong kosong ini membuatnya pening.

"inojin tidak mati. " lirih sakura, ia mecengkram bahu naruto ketika teringat bahwa sasuke sama sekali tidak keluar kamar.

"hei! Kau menyakitiku ttaebayo!"

Sakura bangkit berdiri, menuju kamar sasuke dan mengetuk pintu itu.

"sasuke-kun! " panggil sakura.

Hening. Tidak ada jawaban. Firasat sakura menjadi sangat tidak nyaman. Ia mendekati pintu dengan perlahan,  Mengetuk dengan irama lambat.


"sasuke?" panggil sakura sekali lagi.

Masih hening, kenop pintu seolah mempermainkannya, mengundangnya untuk membuka pintu itu dengan tangannya sendiri.

"apa yang kau lakukan ttaebayo?"

Naruto menghampiri dan menarik sakura menjauh.

"sasuke pergi sedari tadi." jelas naruto.

"kenapa mencariku? "




....




A DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang