Nafas neji memburu, rasa sesak didada dan kepalanya yang berputar membuatnya memuntahkan makan siangnya.
Ia tiba di tempat tujuannya,
Dimana para detektif itu berada, tempat dimana para detektif yang ia datangkan dari tokyo terbunuh.
Neji memalingkan wajahnya, tidak sanggup melihat darah dan organ dalam tercecer dimana-mana.
Ini...
Bagaikan sebuah skema... Sebuah pemburuan.
Usai memuntahkan makan siangnya, neji melangkah mundur pelan, perlahan-lahan memutar tubuhnya hendak beranjak pergi.
Tapi... Sosok bayangan tak sengaja terlihat melalui sudut matanya ketika ia berputar.
Sosok dengan wajah bercat putih dan tangan yang berlumuran darah.
Setiap detik terasa 1 tahun lamanya.
Kaki neji bergetar, tidak dapat digerakkan meski ia begitu ingin menyelamatkan dirinya.
Ia memaki-maki dirinya sendiri, bagaimana bisa ia hanya diam seperti seorang gadis dengan kaki bergetar seperti ini.
Ia harus pergi.
Ia harus bisa mengerakkan kakinya.
"ooh hyuuga yang malang... " suara lembut mengisi kesunyian.
"aku sama sekali tidak membenci kalian~"
Langkah kaki terdengar mendekat dari punggung neji.
"mengapa ia menyuruhku membunuhmu?"
Langkah kaki terhenti, meskipun ini adalah sebuah kesempatan untuk neji melarikan diri, tubuhnya membeku seolah disihir mantra.
"padahal aku sudah muak membunuh. "
Suara lembut menjadi suara datar yang menggetarkan jiwa.
"aku tidak bisa disuruh.... " kekehan lirih terdengar.
Keringat neji entah sejak kapan telah membasahi kameja yang ia kenakan. Rasanya, seperti aura dingin mencekam membuatmu berkeringat dingin.
"....aku akan membunuh tanpa henti seperti ini. "
"he-hentikan." sahut neji bersusah payah mengeluarkan keberanian.
"hmmm? Kenapa? " tanya pria itu, derap langkahnya mendekat.
Neji dapat merasakan nafas pria pembunuh ini berderu tepat dilehernya.
Rasa mengerikan yang terkumpul didalam benaknya menguatkan keberaniannya.
Neji melayangkan sikutnya tepat mengenai wajah sang pembunuh. Neji tidak menyia-yiakan kesempatan yang ia punya.
Ketika sang pembunuh tertunduk menahan sakit, neji menggunakan kedua tangannya untuk membantai punggung pembunuh.
Setelah itu, neji membawa kakinya melangkah jauh. Berlari cepat seperti orang gila tanpa arah dengan nafas terengah-engah.
.....
"sasu... "
Suara sakura tertahan, target yang seharusnya mati hari ini berada disebelah sasuke dengan tenang.
Mata bocah itu kelihatan sembab, dan matanya tidak memandangnya judes seperti biasanya.
Tapi, bagi wanita dengan hati busuk sepertinya. Apa yang menimpa inojin tidak cukup.
Bocah sialan penganggu ini harusnya mati!
"kenapa kalian berdiri didepan kamarku?! " sergah sasuke yang mulai merasa marah melihat sekumpulan orang tidak berguna seakan hendak mancampuri privasinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Dream
RomanceJika ia memang telah mati lalu... Mengapa ia slalu datang dimimpiku?