make it right

1.1K 136 10
                                    

Malam itu,  mereka bersenang-senang berdua.  Sasuke begitu bahagia,  ia sulit mengatakan pada inojin bahwa ia benar-benar berterima kasih. Sasuke rasa,  kalimat terima kasih saja tidak cukup  perasaannya pada inojin.

Namun inojin sudah keburu tahu,  ia tahu meskipun sasuke hanya mengucapkan kata terima kasih dengan air mata yang mengalir. Sasuke benar-benar berterima kasih padanya.

"aku tidak menyangka... " lirih sasuke berulang kali. 

Hal ini tentu sedikit menguncangnya,  pasalnya...  Ia kira ia bahkan tidak akan pernah bertemu hinata lagi.  Namun kini!!!  Ia akan segera bertemu dengan kekasihnya.

"oh ayolah paman!  Pizzanya keburu dingin! " protes inojin pada sasuke yang masih saja termenung mengulang kata seperti orang bodoh.

Tok tok tok

"masuk! " seru inojin mewakili sasuke yang masih tersenyum lebar ditempatnya dengan pandangan... Yang err....

Pintu dibuka dan muncullah sakura, inojin menghela nafas.  Melanjutkan makannya ketika mengetahui siapa yang datang.  Lagipula ia lebih berminat pada pizza, taco,  hamburger,  hot dog, dan cola yang dipesan sasuke. Ia berusaha memikirkan cara efektif untuk memakan ini semua.

"mm... Sasuke-kun mengadakan pesta? " sakura mendekat, bersusah payah menghindari makanan-makanan yang berserakan ini. 

Sasuke mengerjab beberapa kali sebelum menyadari sakura entah sejak kapan berada dikamarnya.  Karna ia sedang sangat bahagia hari ini,  maka ia akan melupakan kemarahannya pada sakura yang masuk tanpa izin.

"apa katamu?" tanya sasuke ramah sembari tersenyum.

Hati sakura bagaikan ditusuk oleh panah cupid melihat sasuke untuk pertama kalinya berbicara dengannya dengan senyuman.

Apa ia pada akhirnya...  Membalas cintaku???

Wajah sakura seketika memerah memikirkannya.  Ia menggeleng-gelengkan kepala memfokuskan diri.

"apa sasuke-kun sedang berpesta? " tanya sakura tak kalah memamerkan senyum manisnya.

Sasuke mengangguk masih saja terus tersenyum lebar. Ia hanya sangat bahagia, hingga rasanya ia tidak peduli lagi dengan pandangan orang lain terhadapnya.

"kau kenapa ke sini? " tanya sasuke balik.

Sakura hampir melupakan tujuan utamanya karena terlalu terlena dengan senyum sasuke.

"apa kau telah mendengarnya sasuke-kun?" suara sakura yang dibuat-buat lembut membuat inojin hampir tersedak.

Ia tahu betul suara asli sakura terdengar seperti apa.

" mendengar apa? " sasuke berusaha memikirkan sesuatu,  apakah seharusnya ada sesuatu yang harus ia ketahui?

Sakura menghidupkan tv dan memilih saluran berita. Presenter cantik itu sibuk menerangkan sebuah kasus yang membuat tokyo gempar.

"korban adalah pengusaha sukses ditokyo, hiashi hyuuga, ia ditemukan tewas dengan kepala tertembak dihalaman rumahnya dan anehnya juga,  putri bungsunya hanabi hyuuga ditemukan dengan kasus serupa dikamarnya. "

Mendadak suasana kamar menjadi tidak sama lagi. Sasuke yang tadinya tersenyum kini beganti ekspresi menjadi begitu shock.

Apa-apaan ini?

Disaat seperti ini,  terjadi pembunuhan tidak terduga. 

Sasuke melirik inojin pada saat itu inojin juga menatapnya.

'apa sesuatu akan ikut berubah juga? '



....



Neji memeluk adiknya, rasa sedih membuatnya terpuruk. Ia kehilangan ayah dan adiknya begitu cepat,  apa yang telah terjadi secara beruntun ini membuatnya hampir kehilangan akal sehat.

"hinata..." lirih neji sendu,  ia mengusap wajah adiknya yang tampak kurus hari kian hari.

"apa yang harus aku lakukan.... Aku sudah tidak tahu lagi harus berbuat apa. "


Neji kembali menundukkan kepalanya, ia bingung,  ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Kematian ayah dan adiknya terasa seperti mimpi. Tiba-tiba saja...  Mereka hidup lalu menghilang dari dunia ini seperti peluru yang menembus otak mereka dalam sekejab.


"neji,  aku turut berduka cita untukmu." kata dokter tsunade pelan,  ia menepuk bahu neji bermaksud untuk menguatkan.


Neji menghapus air matanya, menganggukan kepala atas dukungan yang diberikan dokter tsunade.

Dokter tsunade menghela nafas, didalam benaknya terbersit sebuah kalimat yang sangat ingin disarankan olehnya.


"kurasa, akan lebih baik jika kau memberitahu ayah dari anak yang dikandung adikmu. " dokter tsunade berdehem pelan, menantikan neji menanggapi kata-katanya.



Neji menggeleng, walaupun apa yang disarankan oleh dokter tsunade sebenarnya sangat berguna dalam kondisi seperti ini.

Namun...

Jika ia melakukannya, bagaimana dengan pesan dan kebencian ayahnya pada uchiha itu.

Tidak.  Tidak akan pernah!

Jika ia dan hinata yang tersisa serta bayi itu,  maka neji akan menerimanya. Ia akan mengurusnya,  membesarkan bayi itu seperti anggota keluarganya. 

Uchihia itu tidak akan pernah menemukan mereka. Ia tidak akan pernah bertemu dengan anaknya, tidak akan.  Neji akan memastikan itu dengan mata kepalanya sendiri sepanjang ia hidup.




"mengapa kalian hyuuga sangat egois? " dokter tsunade mendesah frustasi, ia pikir bahwa neji akan berbeda dari ayahnya. Ternyata... Buah jatuh tak jauh dari pohonnya.

"permisi? "

"kenapa kalian begitu bersikeras memisahkan hinata dengan kekasihnya?  Bahkan kalian tidak memikirkan perasaan hinata dan bayinya?  Sebenarnya apa yang kalian pikirkan?  Kalian mungkin bahagia dengan ini, tapi bagaimana dengan hinata??? Dengan bayinya??  Apa hinata senang melahirkan bayi tanpa ayah atau bayinya senang terlahir tanpa ayah?"

Dokter tsunade menatap tajam pada neji.



"seandainya itu terjadi padamu,  seandainya kau di posisi kekasih adikmu, bagaimana perasaanmu?"


Neji terdiam kaku, ia tidak sanggup menjawab pertanyaan sederhana dari dokter tsunade.



"neji, pikirkan terlebih dahulu. "


Kemudian dokter tsunade berbalik dan keluar dari kamar rawat hinata dengan emosi yang menggebu-gebu, kekonyolan keluarga hyuuga itu hanya membuatnya marah dan sedih karena tidak dapat melakukan apapun.

Orang egois-lah yang menyebabkan pemderitaan dalam dunia ini dan bukan orang bersalah.




....

A DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang