1

664 45 11
                                        

Hari ini adalah hari minggu. Seperti biasa, Cindy dan Sherly menginap dirumah Fana. Mereka bertiga adalah sahabat yang memiliki hobi yang sama, yaitu jalan-jalan. Meskipun sebenarnya ketiganya hanya sering berjalan-jalan ke mall. Setiap malam minggu, Cindy dan Sherly memang sering menginap di rumah Fana karena rumahnya selalu sepi dan kamarnya cukup besar untuk menampung mereka berdua.

Pagi itu, Cindy membaca koran Meteor yang sebelumnya tak penah ia baca. Biasanya Cindy hanya senang membaca novel-novel koleksi Edo—kakak Fana, yang tersusun rapi di rak buku ruang tengah. Tapi karena ia sedang bosan, Cindy iseng mengambil koran-koran yang tergantung rapi di rak khusus untuk koran. Edo memang serapi itu, ia senang membaca dan mengkoleksi buku-buku mulai dari buku literasi, novel, hingga koran langganannya setiap hari.

"Eh girls, liat deh, ada cowok cakep!" kata Cindy kepada teman-temannya. Ia terus memandangi foto wajah pemuda yang tersenyum tipis dengan hidung mancung, rahang oval dan alis tebal yang nyaris tertutup rambut yang jatuh dikeningnya. Fana dan Sherly pun ikut mengamati foto itu.

"Wah bener Cin, cakep banget ya? Sayang banget kalo kayak begini jadi penjahat, harusnya dia bisa aja jadi model-model gitu." komentar Sherly yang segera ditanggapi dengan anggukan setuju dari Cindy.

"Kalo dilihat dari tampangnya sih dia emang cakep, tapi dia kan buronan polisi—jadi agak serem ngebayanginnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kalo dilihat dari tampangnya sih dia emang cakep, tapi dia kan buronan polisi—jadi agak serem ngebayanginnya." Ujar Fana bergidik ngeri. Mengabaikan pendapat Fana, Sherly dan Cindy justru terus memandangi foto pemuda itu.

"Aku sih nggak masalah. Mau dia buron, psikopat, atau koruptor itu kan terserah dia mau pilih profesi yang mana. Yang penting kan tampangnya!" sergah Cindy sambil mengelus-elus foto pemuda bertampang polos itu.

Fana mencebik mendengar respon temannya itu, tapi ia maklum saja karena Cindy memang sedikit gesrek jika mulai membahas cowok. Bagi Cindy, paras tampan adalah fokus utamanya.

Sebenarnya Fana juga mengakui jika dari segi wajah, pemuda itu memang tidak pantas menjadi seorang penjahat karena wajahnya polos seperti orang yang tak berdosa. Tapi bukankah biasanya tampilan itu bisa menipu? Apalagi mengingat fakta bahwa ia adalah pembunuh yang sedang dicari polisi, tentu ia sangat ahli dalam menutupi identitasnya tersebut dengan muka polosnya.

"Jadi namanya Nino ya? Wah..." lanjut Cindy yang masih saja penasaran membaca berita tentang pemuda itu.

"Daripada kalian liatin foto buronan itu terus, mendingan kita shopping aja yuk!" ajak Fana berusaha mengalihkan perhatian kedua temannya. Sherly langsung setuju dengan ajakan Fana, tetapi Cindy harus berpikir dua kali untuk menyetujui ajakan Fana karena foto pemuda buronan itu sepertinya telah membutakan matanya sebelum akhirnya Fana menarik paksa koran itu dan menyeret Cindy untuk bergegas.




---





Hari-hari ketiga sahabat itu sering dihabiskan dengan shopping dan ngecengin cowok di mall. Meski sebenarnya hanya Cindy satu-satunya yang sangat excited ketika melihat cowok ganteng di mall, Sherly sih masih sedikit polos dan hanya iya-iya saja ketika melihat Cindy yang kalang kabut ketika melihat cowok ganteng lewat, ia sebenarnya lebih tertarik melihat baju maupun kosmetik terbaru atau diskon.

Nino is Nana | Jungwoo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang