21

164 19 2
                                    

Nino merebahkan tubuhnya diatas meja rooftop. Matanya terpejam seraya menikmati panas mentari yang menusuk kulitnya. Nino menghembuskan napas panjang, merasa lelah dan kurang beristirahat. Mumpung Fana juga sedang ada kegiatan di sekolah, Nino berencana untuk beristirahat sebentar disini.

Ngomong-ngomong, ia juga sekalian mengembalikan motor Hyuck tadi. Tiba-tiba dering ponsel Nino berbunyi, sontak ia melebarkan matanya dan meraih ponsel itu. Dahinya mengernyit mendapati nomor asing yang menghubunginya. Seingat Nino, itu nomor baru dan hanya Fana yang tahu. Penasaran, langsung saja Nino membuka pesan itu.

LINE

+628231145xxx:
Hai, Nana.
Aku Vicky, boleh minta tolong sesuatu nggak?
Aku dapet nomer kamu dari Fana, fyi.

Ah rupanya Fana yang memberinya. Tanpa pikir panjang, Nino menyimpan nomor ponsel itu dan mengetikkan pesan balasan.

(no name):
Iya?

Vicky:
Aku mau nembak Fana lagi untuk yang kedua kalinya.
Harusnya sekarang aku ambil cake pesenanku di toko roti, tapi aku lagi persiapan olimpiade nih.

(no name):
Terus?

Vicky:
Mau kan ya kamu ambilin cake itu?
Udah dibayar kok.
Tinggal ambil aja.
Nanti aku share loc, terus habis itu kirim ke Taman Viandra ya?
Please. I beg you.
Nanti ku kasih upah deh, hehe.

(no name):
Oke.

Vicky:
Singkat banget si Na?
Cemburu?

(no name):
Eh?

Vicky:
Hehe. Kidding.
Mksdnya jgn cemburu aku sukany sm Fana.
Bkn km.

(no name):
G.

Vicky:
Thanks anyway
Good luck.

Nino mengernyitkan dahi membaca pesan Vicky yang kepedean itu. Sebenarnys ia cukup heran apakah Nino memang secantik itu sampai orang-orang tak menyadari penyamarannya?

Oh ya, soal cake itu tentu saja Nino tak berniat mengambilnys. Ia tidak terlalu bodoh untuk rela repot-repot menuruti permintaan Vicky. Tapi dari pesan itu dapat ditarik satu kesimpulan, yakni: sepulang sekolah nanti Vicky pasti mengajak Fana ke taman Viandra. Dan Nino cukup yakin Fana yang polos itu pasti mau tak mau menuruti ajakan Vicky.

Seakan tidak rela gadisnya bersama cowok lain, Nino meraih topi dan maskernya, bergegas menyusul kesana. Berencana menarik Fana pulang diam-diam.

Jarak antara kos Hyuck dan taman Viandra cukup jauh, turun dari angkutan umum pun Nino masih harus berjalan melewati jalanan menanjak nan berkelok. Jalan itu tidak boleh dilewati oleh kendaraan umum, karenanya itu Nino berjalan.

Satu, dua, tiga langkah Nino nikmati dengan tenang. Udara sejuk dan pepohonan yang menjulang di sisi-sisi jalanan berkelok itu membuat suasana semakin asri. Sesekali Nino tersenyum, membayangkan jika saat ini ia berjalan bersebelahan dengan Fana. Ia pasti tidak akan tahan untuk tidak menggenggam erat tangan Fana.

Mungkin karena siang hari, jalanan sekitar sini sangat sepi. Itu menguntungkan Nino, jadi ia tak perlu terlalu waspada. Merasa aman untuk sementara, sebelum akhirnya telinganya menangkap bunyi derap langkah kaki yang membarengi langkahnya. Nino cukup peka untuk hal-hal seperti itu karena pengalamannya dulu sebagai mata-mata kakak Juna.

Nino is Nana | Jungwoo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang