12

152 18 2
                                    

Entah karena apa Fana merasa pagi ini benar-benar dingin. Matanya terasa berat dan panas, kepalanya masih sedikit pusing sejak semalam. Tangannya meraih rambut palsu untuk dipasangkan pada Nino, tapi Nino menolak. Ia mengambil alih rambut palsu itu dan memasangnya sendiri.

"Nggak usah, aku udah bisa." Katanya.

"Bagus lah, jadi nggak ngrepotin mulu." Fana bercanda. Sebenarnya Fana kagum melihat Nino yang cepat tanggap.

Selain merasa kedinginan hingga sedikit menggigil, Fana juga merasakan keanehan lain saat memasuki kelasnya. Itu karena Cindy, Sherly dan Kesya tampak sedang asyik mengobrol di meja pojok kelas. Tentu saja aneh karena seingat Fana, Kesya itu tidak menyukainya. Meski tidak pernah terucap secara langsung, tapi Fana bisa merasakannya dari tatapan sinis Kesya dan ucapan ketusnya dulu saat mereka masih kelas sepuluh.

 Meski tidak pernah terucap secara langsung, tapi Fana bisa merasakannya dari tatapan sinis Kesya dan ucapan ketusnya dulu saat mereka masih kelas sepuluh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Kesya & Cindy)

Keanehan itu berlanjut saat jam istirahat tiba, Fana berjalan menuju lokernya. Berencana mengambil beberapa buku untuk mata pelajaran nanti. Jangan tanya dimana Cindy dan Sherly, mereka masih marah dan secara terang-terangan menatap Fana dengan penuh kebencian.

Fana mengernyitkan dahi mendapati kunci lokernya yang rusak, seperti dirusak dengan sengaja. Begitu tangannya membuka pintu loker, ribuan sampah plastik dan kertas keluar dari loker Fana. Tidak ribuan juga sih, intinya banyak sekali sampah memenuhi loker Fana.

Fana terperangah melihat pemandangan ini. Pertanyaan awal dibenaknya adalah, siapa si brengsek yang mengerjainya ini? Beruntung itu hanya sampah kering, jadi Fana hanya tinggal memunguti sampah itu dan membuangnya di tong sampah. Iya, memungutinya sendirian. Siswa siswi lain yang melihat hanya diam menatap heran.

Belum selesai kesialan Fana yang memunguti sampah itu, tiba-tiba ada benda keras membentur kepalanya. Itu adalah telur. Fana menghela napas kasar, berniat berbalik ke belakang melihat siapa pelaku dibalik semua ini hingga telur kedua berhasil mendarat di keningnya. Sontak membuat tawa para gadis itu pecah.

Sebenarnya Fana tak mau mempercayai ini, tapi itu benar-benar Cindy dan teman barunya—Kesya—yang melemparinya telur. Sherly juga ada disana, menampakkan cengiran kuda yang sebenarnya lucu tapi sungguh menyebalkan bagi Fana saat ini. Ketiga gadis itu kemudian mendekati Fana. Sekantung plastik tepung berhasil mengguyur tubuh Fana, ia bahkan benar-benar tidak melihat tepung itu sebelumnya. Jika saja ia tahu, ia pasti sudah menghindar. Ah, rupanya tepung itu sengaja disembunyikan dibalik punggung Sherly.

"Kalian ngapain sih?" tanya Fana masih dengan sabar.

"Surprise ulang tahun kamu." Jawab Cindy dengan nada bicara yang luar biasa menyebalkan. Membuat Fana benar-benar muak.

Bohong. Ini jelas bukan hari ulang tahun Fana. Ia yakin sepenuhnya bahwa Cindy sedang membullynya sekarang. Saat ini Fana benar-benar ingin melempar Cindy keluar gedung sekolah, tapi tahan dulu Fana... Ingat, Cindy adalah anak dari pemilik sekolah ini. Fana yakin 200% siswa siswi lain hanya diam menyaksikan karena mereka takut dengan status Cindy. Tak ingin terlibat pertengkaran lebih jauh lagi, terlebih jika itu nantinya akan membuat Fana berurusan dengan ruang BP, akhirnya Fana pasrah. Lagipula ia sedang tidak fit. Kepalanya yang pusing sejak semalam jadi semakin sakit karena lemparan telur tadi.

Nino is Nana | Jungwoo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang