Better listen to this song by Park Shin Hye - Story 🎧🔊
Sudah tiga hari Fana tidak mendengar kabar dari Nino. Bisa membayangkan bagaimana keadaan Fana sekarang? Ia baik-baik saja secara fisik, tapi hatinya hancur. Moodnya kacau. Di sekolah ia jadi sangat pendiam dan ketika malam ia mulai menangis. Beberapa spekulasi terburuk muncul dalam benaknya.
Setiap hari ia tidak pernah melewatkan satu berita pun, hanya untuk memastikan bahwa Nino tidak tertangkap polisi. Entah lah, meskipun Fana tidak tahu bagaimana asal usul cowok itu dan bagaimana mulanya ia menjadi seorang pembunuh, tapi yang jelas saat ini Fana rindu. Berharap masih memiliki kesempatan untuk bertemu dengannya.
Oh Tuhan, bisakah aku melihatnya sekarang? Aku bisa mati merindukannya.
Lima menit kemudian...
Dasar Nino bajingan gila! Seenaknya dia menyelinap masuk di rumah ini, memaksaku untuk membantunya bersembunyi, dan sekarang tanpa rasa terima kasih dia pergi!
Lima menit kemudian...
Apa Nino punya sosial media? Apa dia punya teman yang sekiranya bisa ku tanyai? Kenapa aku tidak tahu apa-apa tentangnya?
Lima menit kemudian...
Jika aku bertemu dengannya lagi, aku bersumpah akan memukulnya dan melemparnya dengan tanganku sendiri!
Tidak ada yang mengerti perasaan Fana saat ini. Pun dengan Edo yang bahkan tidak menyadari tingkah gila adiknya saat malam. Fana terus beringsut ke dalam selimutnya, kadang ia melempar selimutnya ke bawah saat merasa gerah. Kemudian jika ia mulai menangis lagi, selimutnya dipungut dan beringsut kembali.
Jangan tanya bagaimana penampilannya, setiap pagi Fana menyempatkan diri untuk mengompres matanya yang puffy dengan handuk yang dibasahi air es. Sekarang pukul Sembilan, Fana yakin Edo sudah tidur karena ia baru saja pulang pukul delapan tadi. Sepertinya kuliah itu sangat melelahkan ya? Ditambah pagi harinya Edo harus bekerja.
Ceritanya semenjak Fana sakit, Edo jadi sering pulang ke rumah meski hanya saat weekend. Dan ini hari jumat, artinya besok Edo tidak kuliah jadi ia pulang ke rumah. Kembali ke topik, Fana masih terus membenamkan tubuhnya ke dalam selimut. Tanpa suara. Tanpa pergerakan. Padahal matanya masih terbuka lebar, belum siap untuk tidur. Samar-samar ia mendengar grusak grusuk di kamarnya, atau lebih tepatnya di jendela kamarnya. Tidak penasaran, Fana menganggap itu hanya gangguan angin lewat. Tidak takut juga, karena Fana tidak percaya dengan hantu.
"Aku tahu kamu belum tidur." Fana melebarkan matanya. Kali ini ia yakin itu adalah suara manusia. Dengan cepat ia menyingkap selimutnya dan mendapati Nino yang duduk di ambang jendela kamarnya, dengan sebelah kaki yang di tekuk keatas.
"Hi, sweetie." Sapa Nino dengan wajah tanpa dosa. Hampir menangis, Fana langsung terbang ke arah Nino dan memeluknya. Membuat Nino mengaduh karena hampir terlempar keluar jendela.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nino is Nana | Jungwoo ✔
FanfictionCERITA DARI TAHUN 2011, BELUM DIREVISI "Sorry ya Pak Tua, meskipun profesi kita sama-sama penjahat disini, tapi kali ini aku nggak mau ada penyusup di rumah ini selain aku!" ucapnya pada pria yang sudah tak sadarkan diri itu dengan suara nyaring lay...