"Selamat Pagi anak-anak." Sapa Bu Sus dengan ramah sambil berjalan kearah mejanya. Meletakkan buku yang sedari tadi ia genggam lalu menatanya di atas meja. Siswa siswi serentak menjawab sapaan Bu Sus dengan sopan dan ramah pula.
"Apa kalian sudah tahu?" tanya Bu Sus sambil berdiri di sebelah mejanya.
"Beluuuum" koor anak-anak dengan nada panjang. Bu Sus tersenyum ramah kemudian menengok ke luar kelas. Tangannya melambai pada seseorang yang berdiri di luar kelas.
"Ayo masuk!" perintah Bu Sus kepada seseorang itu. Selang beberapa detik kemudian, siswi itu masuk dengan malu-malu. Kepalanya tertunduk sempurna membuat separuh wajah itu hampir tertutup oleh rambut panjangnya.
Sherly yang sedari tadi berusaha menahan tawa dengan menutup mulutnya akhirnya tidak tahan lagi, tawanya meledak melihat siswi yang masuk di kelasnya itu adalah Nino—mengenakan seragam perempuan yang dicobanya kemarin.
Cindy buru-buru menyikut tangan Sherly dan memelototinya. Membuat Sherly sadar dan segera menghentikan tawanya dengan kikikan kecil. Bu Sus menatap Sherly dengan heran, lalu kembali mengalihkan perhatiannya kepada siswi baru itu.
"Silakan perkenalkan dirimu." kata Bu Sus kepada Nino yang masih menundukan kepalanya. Menghembuskan napas panjang, Nino memberanikan diri menegakan kepalanya mengedarkan pandangannya ke seisi kelas.
"Nama saya Nana Alifah. Saya pindahan dari salah satu SMA di Jakarta, mohon kerjasamanya ya!" kata Nino dengan suara lembut. Meski suara Nino yang asli memang sudah nyaring seperti perempuan, tapi ia tetap memperhalus nada bicaranya. Para siswa tampak menatapnya dengan geli bahkan jijik karena seragam yang dikenakan Nana serba panjang dan longgar, seperti orang udik.
"Katanya sih pindahan dari Jakarta, tapi gayanya kayak orang desa!" ejek Evan diiringi dengan tawa keras dari siswa lain. Nino benar-benar merasa dibodohi. Ia menatap Fana, Cindy dan Sherly secara bergantian dengan sebal. Beruntung tawa riuh itu segera dihentikan oleh Bu Sus.
"Diam! Ibu tidak menyuruh kalian ribut seperti ini! Seharusnya kalian mendukung teman baru kalian ini agar dia merasa nyaman berada di sekolah kita, bukan mengejeknya!" bentak Bu Sus dengan nada tegas, mengedarkan pandangannya ke seluruh siswa siswi di kelas yang kemudian berakhir di bangku duduk kosong disebelah Fana.
"Nana, silakan kamu duduk di sebelah Fana." Nana tersenyum seakan semua berjalan sesuai rencana, lalu berjalan tanpa ragu duduk menyebelahi Fana. Fana sebenarnya juga ingin tertawa saat itu, tapi ia berusaha menahannya. Ia tak sanggup menatap Nino saat itu, takut sewaktu-waktu tawanya itu akan ikut meledak.
"Fana cantik, kamu jangan ketularan udik kayak Nana ya!" sindir Evan keras-keras sambil melirik sinis Nino. Siswa siswi lain ikut tertawa menanggapi ejekan Evan, terutama para cowok di kelas itu. Berusaha tidak menggubrisnya, Nino mulai menata buku pelajarannya di atas meja. Cindy yang sejak tadi diam sama sekali tidak menyukai ini, ia berdiri dan menuding Evan dengan sebalnya.
"Heh, bisa diem nggak sih! Aku doain kamu kena karma jatuh cinta sama Nana!" bentak Cindy. Disusul tawa siswa siswi lain.
"Uuuh takut." sahut Evan berpura-pura takut sambil memeluk dirinya sendiri. Sebelum Cindy semakin emosi, Bu Sus segera melerai mereka.
"Sudah, sudah! Jangan ribut lagi. Evan, kamu duduk dan Cindy kamu juga duduk! Kita lanjutkan materi yang kemarin belum selesai dibahas." lerai Bu Sus dengan tegas. Evan dan Cindy pun kembali duduk sambil menahan emosi mereka. Diam-diam Evan mengacungkan jari tengahnya kepada Cindy yang kemudian dibalas oleh acungan jari tengah Cindy juga.
Pelajaran pun berjalan dengan lancar setelah pertengkaran kecil antara Evan dan Cindy berakhir. Nino tampak sedikit kesusahan berusaha mengingat kembali pelajaran yang sebelumnya sudah pernah ia pelajari sebelum akhirnya berlarian dengan predikat 'pembunuh'. Fana yang menyadari raut wajah bingung Nino dengan senang hati ikut membantu Nino mengingat pelajaran kembali dan selalu menjawab pertanyaan Nino dengan sabar ketika ia mulai bingung.
---
Jam istirahat pun tiba. Seperti biasa, ketiga gadis cantik itu nongkrong di kantin. Tapi kali ini tidak hanya Fana, Cindy, dan Sherly melainkan ditambah Nino. Eh, maksudnya Nana. Vicky dan Anton yang sudah terbiasa ke kantin demi bertemu tiga gadis cantik itu heran melihat gadis lain bersama mereka.
"Hey girls, ini siapa?" tanya Anton sambil menatap Nino dengan aneh.
Penampilan Nino memang berbeda dengan gadis lain di sekolah ini, beruntung sekali Nino memiliki face yang luar biasa imut. Dia tampan sekaligus imut, berdandan layaknya seorang gadis tidak membuatnya seperti banci kaleng di jalanan. Ia justru tampak imut, apalagi terbantu dengan make-up tipis dan sedikit lipgloss sesuai dengan saran Fana. Badan Nino yang cukup tinggi juga tidak mencurigakan karena perawakan Nino itu agak kurus, ia justru tampak proposional bak model. Hanya saja, seragamnya benar-benar longgar dengan rok panjang. Seragamnya lah yang membuat Nana dipandang cupu oleh siswa siswi lainnya.
"Ini Nana, anak baru di kelas kami." jawab Fana dengan ramah, Nino tidak balik menyapa mereka. Kepalanya menunduk, merasa risih diamati oleh sesama jenisnya.
"Oh, anak 11 IPA-1 juga? Kenalin namaku Anton. Kakak kelas kamu." kata Anton sambil mengulurkan tangannya, berniat bersalaman. Tapi Nino ragu karena ia takut Anton menyadari tekstur tangannya yang kasar.
Alih-alih menerima uluran tangan itu, Nino justru menyatukan kedua telapak tangannya di depan dada, seperti budaya orang Arab yang bersalaman dengan lawan jenis. Seketika itu tawa Sherly hampir saja kembali lepas melihat ekspresi gondok Anton.
"Kalo aku Vicky, salam kenal ya!" kata Vicky menatap Nino menggoda. Nino tampak jijik, ia tidak habis pikir bagaimana jika akhirnya Vicky atau Anton mengetahui bahwa ia adalah seorang lelaki yang tengah diburu oleh polisi.
"Jadi sekarang udah nggak tiga bidadari dong, jadi empat bidadari." kata Anton bercanda, Sherly terkekeh menanggapi candaan Anton.
"Tapi diantara ke empat bidadari ini, cuma satu dong bidadari hatiku, yaitu Sherly." Sherly tampak kaget sekaligus malu mendengarnya. Disusul tawa Fana dan Cindy. Kedua tampak mendukung hubungan Anton dan Sherly.
"Oh iya Na, kalo aku boleh nanya. Kenapa sih kok kamu pake seragam serba panjang gitu? Kan jadi kelihatan aneh." tanya Vicky dengan penasaran. Nino kebingungan mencari alasan. Matanya melirik Fana mengisyaratkan pertolongan, sayangnya Fana hanya menggeleng. Pikirannya ikut blank.
"Ini...privacy." jawab Nino sekenanya. Sekilas Vicky menatapnya curiga, merasa ada sesuatu yang sangat aneh dalam diri Nana yang sebenarnya.
---
Ini Nino waktu lagi didandanin Fana 😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Nino is Nana | Jungwoo ✔
FanfictionCERITA DARI TAHUN 2011, BELUM DIREVISI "Sorry ya Pak Tua, meskipun profesi kita sama-sama penjahat disini, tapi kali ini aku nggak mau ada penyusup di rumah ini selain aku!" ucapnya pada pria yang sudah tak sadarkan diri itu dengan suara nyaring lay...