22

273 22 4
                                    

Song recommendation by Jung Seung Hwan - Wind 😭

Dua hari Fana tidak masuk sekolah. Menghabiskan waktunya di kamar, mengurung diri dalam selimut dengan mata yang selalu sembab. Seolah tak peduli dengan perlombaan Olimpiade Kimia yang semakin dekat, Fana tetap keras kepala. Ia tak mau berbicara atau bertemu siapapun. Kemarin ia mendengar suara bel pintu yang berbunyi, tapi Fana tak perduli. Ia tidak beranjak sedikit pun. Untuk apa? Paling itu bukan Papa atau Kakaknya yang datang. Mereka terlalu sibuk pada urusannya masing-masing. Masa bodoh, Fana hanya sendiri sekarang. Tidak memiliki siapa-siapa. Bahkan teman sekalipun.

Fana begitu merindukan Nino

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Fana begitu merindukan Nino. Wajahnya, aroma tubuhnya, sentuhan lembutnya, cengiran jahilnya. Semuanya. Bodoh, selama ini mereka bahkan tak pernah sempat berfoto. Fana mulai menangis lagi. Tangannya meraih koran Meteor di atas nakas, menatap lekat-lekat foto Nino disana. Kemudian ia meraih gunting di laci, dan memotong foto itu. Menempelkan foto itu di pojok bingkai foto Fana di atas nakas. Fana tersenyum getir menatap foto itu. Hanya itu yang ia punya.

Ini masih sangat pagi dan bel itu berbunyi lagi hari ini. Tentu saja Fana mengabaikannya, selama berpuluh-puluh menit tak kunjung selesai. Fana berdecak, siapa orang keras kepala yang terus membunyikan bel rumahnya sampai berpuluh-puluh menit lamanya? Tidak mungkin Nino kan? Fana merasa bodoh karena terus saja berharap jika Nino ada disini. Hampir satu jam, bel itu tak kunjung diam.

Akhirnya dengan berat hati, diiringi oleh segala macam umpatan dalam hati Fana, ia beranjak membukakan pintu rumahnya. Tentu saja bukan Nino, itu Vicky. Fana jadi menyesali tindakan sia-sianya yang memilih membukakan pintu itu daripada bertahan di kamarnya. Fana baru saja hendak menutup pintunya lagi tapi dicegah oleh Vicky.

 Fana baru saja hendak menutup pintunya lagi tapi dicegah oleh Vicky

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tunggu! Dengerin aku, ayo kita berkunjung ke Nino." Ajak Vicky, membuat hati Fana mencelos dan matanya seperti sudah secara otomatis menumpahkan air mata bilamana mendengar atau bahkan mengingat Nino.

Diamnya Fana menjadikan kesempatan bagi Vicky untuk membuka lebar pintu rumah itu, dan menyeret Fana ke kamar. Memaksanya untuk bersiap-siap. Fana tak punya pilihan lain, ia mencuci wajahnya yang kumal itu, menyikat giginya dan kemudian langsung berganti pakaian. Hanya butuh sepuluh menit untuk melakukan itu semua.

Nino is Nana | Jungwoo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang