"Nino!" panggil Fana sambil menutup pintu kamarnya keras-keras. Nino terkejut mendengar dentuman pintu yang ditutup keras, begitu juga dengan Cindy dan Sherly.
"Kamu kenapa Fan? Kok marah gitu?" tanya Sherly penasaran. Fana tak menghiraukannya dan tetap menatap Nino dengan marah.
"Kamu bilang katanya kamu bisa sembunyi dari Bibi, tapi nyatanya tadi pagi Bibi liat kamu sedang keluar lewat jendela kamar aku! Maksud kamu apa sih No? Gimana bisa kamu seceroboh itu?!" bentak Fana yang terdengar menakutkan. Nino tidak menyangka gadis cantik seperti Fana juga bisa marah dan membentaknya.
"Aku nggak tahu kalo separah itu." jawabnya Nino dengan santai, berhasil membuat Fana semakin naik pitam.
"Mendingan kamu pergi sekarang juga! Pergi dari rumah aku dan jangan kembali lagi!" bentak Fana. Cindy yang mengetahui emosi sahabatnya itu segera menghampiri Fana, mengusap bahu sahabatnya itu agar sedikit tenang.
"Ssht, nanti kalo kamu teriak-teriak gini Bibi justru tahu, Fana." kata Cindy. Nino hanya diam dengan raut muka tak terbaca, manik matanya menatap Fana yang bersungut-sungut.
"Aku nggak akan pergi Fana, aku akan tetap disini!" sahut Nino keras kepala.
"Jadi kamu bakal terus nyusahin aku gitu?!"
"Udah Fan, jangan marah gitu dong. Pasti ada jalan keluar lain, jangan main usir baby Nino sembarangan." bujuk Cindy kembali. Sherly yang sedari tadi diam mulai berpikir mencari jalan keluar. Fana merotasikan bola matanya, menatap kesal teman-temannya yang terlihat membela Nino. Maksudnya, kenapa meraka justru bertindak seolah Nino bukanlah orang yang berbahaya? Tidakkah mereka sadar bahwa orang yang mereka bela itu adalah pembunuh?
Suasana hening sejenak, sebelum akhirnya Sherly mulai membuka suara.
"Postur tubuh Nino kecil, suaranya lembut dan nyaring kayak cewek, wajahnya cakep dan imut secara bersamaan—" kata Sherly tiba-tiba dengan tatapan blo'onnya.
"Aku tahu jalan keluarnya!" pekik Sherly bersemangat. Jika saja mereka sedang dalam dunia kartun, sudah dipastikan saat ini diatas kepala Sherly ada lampu besar yang bersinar menyiratkan ide cemerlang.
"Apa Sher?" tanya Cindy penasaran.
"Nino harus ikut sekolah sama kita sebagai Nana!" jawabnya masih dengan sok misterius.
"Maksud kamu?" tanya Nino dengan curiga.
"Iya aku tahu, aku paham. Benar kata Sherly No, kamu harus menyamar sebagai cewek biar orang-orang tidak mengenali kamu!" jawab Cindy penuh semangat. Fana yang mulanya masih terbakar emosi kemudian mulai tertarik pada percakapan teman-temannya.
"Iya juga sih, aku setuju! Besok aku bakal daftarin kamu di sekolahku, jadi kamu nggak perlu sembunyi dari Bibi dan Kak Edo" katanya. Nino menatap Fana dengan mulut terbuka, seolah tak percaya pada apa yang baru saja ia dengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nino is Nana | Jungwoo ✔
FanfictionCERITA DARI TAHUN 2011, BELUM DIREVISI "Sorry ya Pak Tua, meskipun profesi kita sama-sama penjahat disini, tapi kali ini aku nggak mau ada penyusup di rumah ini selain aku!" ucapnya pada pria yang sudah tak sadarkan diri itu dengan suara nyaring lay...