10.Kehilangan

93 11 0
                                    

"Sesuatu yang hilang bisa di cari dan juga bisa diganti"

Lagi-lagi hari minggu, hari dimana Reina sangat bosan. Dia memang sudah memiliki pacar, namun tetap saja hari ini dia tak bisa pergi berkencan dengan Gino, karena ini hari dimana Gino dan teman-temannya harus berkumpul. Memang, Gino memprioritaskan Reina namun Gino juga tak mau solidaritasnya hilang. Reina tak mempermasalahkannya dan Reinapun tak ingin mengekang Gino.

Kini Reina berada di kamar tidurnya. Ia hanya menggeser-geser beranda di WA nya. Kegiatan itupun seketika berhenti karena seseorang dari bawah memanggilnya.
"Reinaaaaaa...... Cepet turun ada yang mau mama bicarain sama kamu." Teriak Karina, Ibu Reina.
"Iyaaa Maa... Tunggu...." Reina kembali berteriak.

Reina bergegas turun menuju ruang keluarganya. Disana sudah ada kedua orangtuanya yang sibuk memainkan ponselnya.
"Ada apa ma?" tanya Reina malas.
"Sini duduk sayang." bukannya menjawab Karina malah menyuruh Reina duduk. Reina menurut dan duduk di sebelah Ibunya.
"Ada yang mau Mama sama Papa omongin sama kamu." ucap Ibunya dengan nada suara yang sangat rendah.

Reina yang mendengarnya merasa heran.
"Apa Ma? Omongin aja."
"Jadi begini......"
"Apa Ma?"
"Ini....."
"Ayo bicara aja Ma."
"Mama sama Papa mau cerai." ucap Papanya. Reina menggeleng tak percaya, air matanya jatuh seketika. Ia tak menyangka akan menjadi seperti ini akhirnya. Dari SMP dulu Reina sudah kehilangan kasih sayang orang tuanya karena mereka sibuk bekerja, dan sekarang ia akan benar-benar kehilangan bukan hanya kasih sayang melainkan juga orang yang memberikan kasih sayang itu.

Reina menangis sejadi-jadinya. Ibunya yang melihatnya merasa iba dan langsung memeluknya.
"Maafin Mama ya sayang." ucap Ibunya menyesal.
"Percuma." lirih Reina.
"Jangan cengeng udah gede masih aja cengeng." ucap Papanya.
"Awalnya Mama gak setuju sama semua ini. Tapi, Papa kamu udah punya kekasih lagi jadi Mama terpaksa setuju." jelas Ibunya.
Mendengar perkataan Ibunya barusan, Reina langsung melepaskan pelukannya dan menatap Papanya dengan tatapan yang tajam.
"Jadi, semua ini papa yang salah. Kenapa pa? Kenapa papa lakuin ini sama keluarga kita. Kalo papa mau hancurin hidup, hancurin aja hidup papa jangan hidup kita pa. Papa jahat aku benci sama papa. Papa pergi dari rumah ini, jangan pernah temuin kita lagi." amuk Reina sambil mengusir papanya.
"Oke, baik papa akan pergi dari rumah ini. Jangan pernah cari papa." ucap Yuda sambil meninggalkan mantan istri dan anaknya.

Reina berlari menuju kamarnya, ia tak menyangka akan menjadi seperti ini. Papa yang dulu ia sayangi kini telah pergi dan memilih yang lain. Air matanya terus menetes, Reina sangat kecewa dan tak tahu harus berbuat apa.

📝

Pagi telah kembali, Fajar sudah menampakkan cahaya yang membuat seorang gadis membuka matanya. Reina tersadar bahwa kemarin adalah hari patah hatinya, hari yang membuatnya tak ingin lagi mengingatnya.

Reina beranjak dari kasurnya dan menuju ke kamar mandi. Setelah siap Reina duduk di depan meja riasnya, matanya membulat ketika melihat mata pandanya. Ini semua karena sedari kemarin Reina terus menangis sampai ia ketiduran.

Reina buru-buru turun ke bawah untuk sarapan. Tapi, tiba-tiba langkahnya terhenti karena ponselnya berbunyi, menandakan seseorang mengirimkan pesan untuknya. Dan benar saja Gino mengirimkan pesan untuknya.

Gino: Na, maaf ya hari ini gue gak bisa jemput. Ada urusan mendadak.

Reina hanya membacanya, Reina tidak marah pada Gino, ia bisa berangkat sendiri. Reina tidak jadi sarapan karena tidak ada tanda-tanda ibunya ada di rumah. Setelah kejadian kemarin Reina langsung pergi kekamarnya tanpa berbicara kepada ibunya.

Rintik HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang