24.Gagal Move On

77 9 0
                                    

"Kau yang memutuskan kau juga yang harus melepaskan"

Pagi ini Reina berangkat dengan bersemangat, kali ini Ia tak lagi bersedih karena hubungannya yang telah berakhir dengan Gino. Putus dengan Gino, tidak membuat Reina yang dingin kembali, melainkan Ia sangat aktif. Bahkan keaktifannya sangat melebihi batas.

Pagi ini Reina mendatangi kelasnya dengan tak biasa. Biasanya Reina menggunakan rok di bawah lutut sekarang sebaliknya. Biasanya Reina tidak menggunakan apapun ke sekolahnya sekarang Ia mempoles wajahnya menggunakan make up yang tidak cukup tebal.

Entah apa yang ada di pikiran Reina, tapi yang pasti kali ini Ia akan merubah penampilannya. Ia tak ingin bodoh seperti dulu, hanya karena hubungannya dengan Gino berakhir. Toh jika Reina terpuruk pun itu hubungannya tak akan kembali lagi.

"Rein?" tanya Irene pada Reina dengan wajah kaget.
"Hmmmmm."
"Ini beneran lo?" Irene kembali bertanya, kali ini sambil mengelilingi tubuh Reina.
"Lo kenapa sih?"
"Lo beda banget hari ini. Lo cantik."
"Jadi cuma hari ini gue cantik? Kemarin-kemarin nggak?"
"Ihh bukan gitu maksudnya, hari ini lo beda banget. Lebih cantik."
"Haha... Iya gue tau ko."

"Lo gk kemasukan Jin kan?" tanya Irene ngawur.
"Ya nggak lahh gila."
"Ya kali aja lo kemasukan jin terus lo jadi keaya gini."
"Ngaco lo ah. Udah awas-awas gue mau duduk." Reina menggeser dan menduduki bangkunya.


Irene tersenyum, sahabatnya sudah berubah. Ia bukan Reina yang dulu lagi, ia bukan Reina yang dinginnya minta ampun lagi. Ini adalah Reina yang sesungguhnya, Reina yang ceria, dan bahagia.
"Gue sayang sama lo Rein, semoga lo tetep kaya gini selamanya." Irene memeluk Reina.
"Iya Ren, gue lebih sayang sama lo." Reina kembali memeluk Irene.
"Gue yang lebih sayang sama lo Rein."
"Iya Ren, gue yang lebih sayang sama lo."


Ketika keduanya sedang berpelukan terdengar suara teriakkan dari luar kelas mereka. Keduanya saling melepas pelukannya dan langsung berlari menuju luar. Gino.... Vito..... Reina membulatkan matanya saat mengetahui kedua mantannya sedang berkelahi di lapangan.


Matanya menoleh ke belakang saat mendengar teman-temannya berbicara
"Lo tau gak mereka berdua bertengkar gara-gara cewek yang ada di depan kita ini." bisik seorang siswi pada temannya yang terdengar oleh Reina. Irene yang mendengarnya juga menoleh kebelakang.


Reina hendak pergi menembus keramaian di tengah lapangan. Tetapi langkahnya terhenti karena seseorang menariknya.
"Kak Julio? Kenapa?" tanya Reina heran
"Gino marah sama Vito. Dia kayanya masih suka sama lo. Dia ngelampiasinnya sama Vito. Dia masih pikir kalau Vito yang buat hubungan lo sama dia selesai."
"Gue gak bisa diemin ini semua kak. Gue harus samperin mereka. Gue gak mau mereka berantem gara-gara gue." Reina kembali melangkahkan kakinya menuju lapangan.

Reina berdiri di tengah lapangan dengan tidak mengucapkan sepatah katapun. Gino yang sempat melihatnya langsung memberhentikan serangannya. Vito yang tak lagi di serang merasa heran dan mengalihkan pandangannya pada Reina. Vito menghampiri Reina, Gino yang melihatnya membulatkan matanya terkejut.


"Na, dia mulai duluan." adu Vito. Gino yang merasa di omongkan langsung mendekati Reina.
"Na." lirih Gino. Reina hanya mengangkat satu alisnya.
"Sorry." ucap Gino lembut.
"Kenapa?" tanya Reina.
"Sorry."
"Kenapa harus bertengkar? Gak ada cara lain?" air mata Reina terjatuh.
"Ini semua salah gue. Sorry. Benar kata Vito ini semua gue yang mulai."
"Lo tau ini salah, tapi kenapa lo lakuin semuanya?" air mata Reina kian mengalir deras.

"Sorry Na, gue gak tahan sama semua ini. Gue masih sayang sama lo. Gue masih mau jagain lo. Gue masih mau jadi miliklo."
"Shit." ucap Vito yang tak di hiraukan oleh keduanya.
"Lo harusnya mikir, lo yang mutusin gue, lo juga yang seharusnya ngikhlasin gue."
"Gue nyesel Na, Gue bener-bener gak bisa jauhin lo."
"No! Jangan jadi pengecut. Lo udah putusin semuanya."
"Gue gak peduli Na. Yang penting gue sayang sama lo."


"Udah tau Reina udah move on dia masih ngejar-ngejar aja. Dasar cowok." Vito berbicara sendiri.
"Lo juga cowok ya, lo lupa?" ucap Gino meledek.
"Stop. Bisa gak sih? Kalian berdua gak mempermaluin gue? Bisa?" Air mata Reina yang sudah surut kembali terjatuh.
"Gino!" semua mata teralihkan pada seseorang yang berbicara tersebut.
"Aduhh. Kena lagi gue." Gino mengaduh.
"Kamu ini, senang sekali mencari kesalahan. Saya capek tau gak ngurusin kamu." ucap Pak Cipto.


"Na gue harus pergi dulu, lo jangan deket-deket sama dia!" Gino menyerahkan diri pada pak Cipto. Reina bingung melihat Gino yang menjadi seperti dulu lagi, kembali menjadi seorang badboy yang entah akan menjadi apa.




📝

Ko kaya agak ngawur ya😁 baca terus ya guys jangan lupa vomen nya ❤❤

Rintik HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang