18.Paling Mengerti

67 9 5
                                    

"Terimakasih karena selalu mengertikanku"

Pagi ini Reina berangkat ke sekolah dengan Gino, Gino merasa heran karena wajah Reina sangat pucat dan tak bersemangat, entah apa yang sedang ia pikirkan dan entah ada masalah apa sehingga membuat Reina terlihat sangat kacau, padahal kemarin malam saat Gino mengajak Reina jalan Reina baik-baik saja, tapi berbeda dengan sekarang.
"Na? Kamu kenapa? Sakit?" Gino bertanya, namun tak ada jawaban sedikitpun dari Reina.
"Na!"
"Ehh,, kenapa?" tanya Reina kaget.
"Kamu kenapa? Sakit?"
"Enggak ko aku baik-baik aja."
"Mana ada orang baik-baik aja pucet gitu, terus ngelamun lagi."
"Beneran No, aku gak apa-apa."
"Gamau cerita nih?"
"Ihh Gino bukan gitu."
"Terus gimana?"
"Nanti aku cerita deh di sekolah."
"Yaudah, jangan ngelamun lagi, nanti kesambet aku yang repot." Gino berusaha menghibur Reina. Reina yang mendengarnya hanya tertawa kecil.


Setelah sampai di sekolah, Gino mengajak Reina ke rooftop terlebih dahulu.
"No, bisa nanti aja gak? Takut telat."
"Udah gak apa-apa, tenang ada aku."
"Tapi No?"
"Na..."
"Yaudah." Reina menurut.
Sesampainya di rooftop Gino langsung menatap Reina dengan tatapan penasaran. Awalnya Reina tak ingin cerita pada siapapun karena ini masalahnya, tapi Ia pikir tak ada salahnya Ia berbicara pada Gino.
"Jadi apa?" Gino membuka percakapan.
"Jadi gini, aku lagi ada masalah sama Irene."
"Masalahnya apa?"
"Salah paham sih sebenernya."
"Karena apa?"
"Amel."
"Kenapa dia?"
"Irene gak suka sama Amel, tapi kenapa coba Irene harus gak suka sama Amel, padahalkan bagus kalo kita punya temen baru."
"Tapi Na, mungkin Irene punya alasan tertentu, gak mungkin kan Irene tiba-tiba gak suka sama Amel."
"Iya sih No, tapi Irene seharusnya gak kaya gitu."
"Na, semua orang berbeda-beda, semua orang punya pikiran berbeda-beda juga, jadi apapun yang kamu anggap salah belum tentu di anggap salah juga sama Irene." jelas Gino.


Perkataan Gino benar, tidak semua orang harus mengikuti apa yang Reina pikirkan dan rasakan.
"Jadi aku harus apa No?"
"Ikutin kata hati kamu, ingat perkataan aku yang tadi ya!"
"Iya No."
"Tapi kamu gak usah ko jauhin Amel, jangan juga jauhin Irene." Reina hanya mengangguk mendengarkan perkataan Gino barusan. Setelah selesai berbincang-bincang, mereka berdua turun dari rooftop menuju ke kelas, Gino tak langsung pergi ke kelasnya karena akan mengantarkan Reina dulu ke kelasnya.


Reina masuk ke kelas dengan hati tak tenang, pikirannya terus berputar-putar tentang masalahnya dengan Irene. Irene yang Melihat Reina masuk ke kelas langsung pindah ke bangku belakang karena tidak ingin duduk bersebelahan dengan Reina. Reina yang melihatnya hanya tersenyum sedangkan hatinya seperti terbelah oleh belati.

Ternyata benar, lebih baik di tinggal kekasih daripada di tinggal sahabat terkasih. Ketika di tinggal kekasih, kamu masih memiliki sahabat-sahabatmu, tapi ketika sahabatmu yang meninggalkanmu pada siapa kamu akan bercerita tentang kekasihmu itu?

📝

Bel istirahat berbunyi, Reina melihat Irene jalan terlebih dahulu untuk keluar dari kelas, entah akan pergi kemana, namun Reina tak mengikutinya karena takut hatinya akan sakit bila ia melihat kegiatan Irene saat ini. Menurutnya untuk saat ini mereka memang harus saling menjauh, karena ketika bersatu bisa saja mereka akan saling menyakiti satu sama lain.
"Rein, ko bengong? Mau ke kantin gak?" tanya Amel mengagetkan.
"Ehh, mmmm lo duluan aja ya Mel, gue ada janji sama Kak Gino." jawab Reina berbohong, padahal Ia tak punya janji apapun dengan Gino.
"Ohh yaudah deh, gue duluan ya." Amel pergi meninggalkan Reina di dalam Kelas.


Reina kini bingung dengan semuanya, sekarang Ia harus kemana? Apakah pergi menemui Gino? Atau diam di kelas dengan rasa yang akan membosankan? Ahh rasanya pusing sekali. Akhirnya Reina memutuskan untuk pergi menemui Gino, setelah di cari-cari ternyata Gino dan teman-temannya sedang ada di koridor bawah yang dekat dengan lapangan basket. Reina menghampiri Gino dan kedua temannya.
"Kaya ada yang kurang? Satu orang lagi kemana?" tanya Reina pada Gino. Ya memang kini Julio sedang tidak ada bersama mereka.
"Iya nih gak tau Julio pergi kemana dia."
"Ohh emang gak bareng?"
"Nggak, tadi buru-buru gitu keluar." jelas Gino. Mendengar perkataan Gino barusan Reina mengingat kejadian yang sama persis yang dilakukan oleh Irene.
"Kalian gak ke kantin?"
"Nggak, katanya ngirit uang jajan, supaya bisa pacaran." jawab Gino ngasal.
"Emang iya kak?" tanya Reina pada Dave dan Radit.
"Enggak lah, keliatan kere banget kita." jawab Dave. Semuanyapun tertawa mendengar perkataan Dave barusan.


Reina tak peduli Ia akan di cap nakal oleh orang lain karena kini Ia bergabung dengan para laki-laki. Karena ternyata inilah yang akan menghibur dirinya.
"Gak laper Na?"
"Enggak, udah makan tadi pagi."
"Ya udah deh kalo udah."
"Iya."
Ketika sedang asik berbincang-bincang dengan para mostwanted di SMA Garuda, tak lama kemudian terdengar seperti suara murid yang sedang ribut. Reina, Gino dan teman-temannya mencari sumber suara tersebut. Dan ternyata benar saja, disana terlihat Amel yang sedang bertengkar dengan Sandra, meakipun Amel tak melawan namun Sandra terus saja memarahi Amel, entah karena apa mereka ini bisa ribut.



Reina yang melihatnya sontak langsung melerai keributan tersebut.
"STOP!"
"Jangan ikut campur!" ucap Sandra dengan nada marah.
"Gue akan ikut campur kalo lo terus cari keributan disini."
"Lo berani sama gue?"
"Bukan tentang berani atau nggak, tapi ini tentang keadilan."
"Adil? Maksudlo apa? Anak ini butuh keadilan?"
"Semua orang punya hak untuk di perlakukan dengan adil."
"Enggak dengan dia. Lo gak bakal ngerti, udah jangan ikut campur."
"Gue bilang gue akan terus ikut campur kalo lo terus cari keributan."
"Lo bolot apa gimana sih? Lo ngerti gue bilang apa?" tanpa aba-aba Sandra langsung menampar Reina di hadapan semua orang yang sedang melihat keributan tersebut termasuk Gino. Gino yang tak terima Reina di perlakukan seperti itu langsung memarahi Sandra.
"SANDRA!" semua orang sontak melihat ke arah Gino.
"Jangan jadi cewek kasar."
"Tapi No, kamu liat sendiri dia ikut campur urusan aku."
"Jangan banyak alesan."
"Dengerin aku No."
"Berisik!"
"No."
"Semuanya bubar!" Gino melerai perdebatan dan mencoba membubarkan semua orang yang ada di sekitar sana.
"Ikut gue." bukannya menarik Reina, Gino malah menarik lengan Sandra.
"Kemana No?"
"Ikut gue ke ruangan BK sekarang juga."
"Tapi No, apa salah gue?"
"Banyak." Gino menyerahkan Sandra kepada Pak Cipto sang guru BK.




Gino langsung pergi dan menemui Reina yang sedari tadi kesakitan karena tamparan Sandra.
"Na? Kamu gak apa-apa?"
"Iya." Reina sebal kepada Gino karena Gino menarik lengan Sandra tadi.
"Sorry Na, aku tadi bawa Sandra ke ruang BK."
"Iya."
"Kita ke UKS yuk, biar aku obatin."
"Gak usah No, gak apa-apa ko."
"Beneran?"
"Iya." Sebenarnya Reina ingin menangis, andaikan saja kini Ia sedang tidak ada masalah dengan Irene pasti Ia akan merasa terlindungi karena Irene ada di sampingnya.


📝

Wahh semakin rumit aja ini cerita😁 ikutin terus kelanjutannya ya guys😍 HappyReading❤

Rintik HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang