16.Seperti Dulu Lagi

63 10 1
                                    

"Terimakasih telah kembali menjadi seseorang yang dulu aku kenal"



Pagi ini Reina bangun dengan semangat, karena kemarin malam Gino mengajaknya pergi hari ini. Reina turun kebawah dengan pakaian yang sudah rapi, sesekali ia tersenyum karena hubungannya dengan Gino yang sudah kembali membaik. Bi Minah yang melihat Reina menggelengkan kepala karena bingung.
"Kemaren-kemaren galau terus sekarang senyum-senyum sendiri, aduhh jadi inget pas muda dulu." ucap Bi Minah.
Pak Joko yang mendengarnya merasa lucu dan menertawakan bi Minah. Bi Minah yang merasa di tertawakan oleh Pak Joko merasa jengkel pada pak Joko.
"Heh Joko! Ai kamu kenapa? Ketawa-ketawa gak jelas gitu. Kamu ngetawain saya ya Joko."
"Ehhh ai kamu meni geer pisan atuh."
"Terus kenapa atuh kamu ketawa kalo bukan ngetawain saya?"
"Ini saya mah lagi ngetawain lalet nabrak pintu tuh jatoh dia kasian." jawab pak Joko ngawur.
"Ahh ngawur kamu mah."
"Ehh ya udah kalo gak percaya mah." Pak Joko pergi meninggalkan Bi Minah yang sedang membereskan makanan.




Reina yang melihat mereka berdua bertengkar hanya tertawa. Ternyata tak harus dengan keluarga aslinya ia harus bahagia, tapi dengan keluarga yang seperti ini pun ia merasa bahagia yang sangat. Reina duduk di kursinya untuk sarapan, namun kegiatannya terhenti ketika terdengar suara klakson yang sepertinya ada di depan rumahnya.
"Gino" batin Reina, kemudian Reina tersenyum.


Reina bangun dari duduknya dan hendak pergi namun suara bi Minah yang bertanya padanya menghentikan langkahnya itu.
"Non, mau kemana? Di makan dulu atuh sarapannya."
"Enggak ah bi aku buru-buru nanti aja siapin makan malem ya bii. Aku pergi dulu bi."
"Yaudah atuh Non, hati-hati di jalan ya."
"Iya bi makasih." Reina pergi ke luar untuk menemui Gino.


Reina tersenyum ketika melihat kekasihnya itu. Gino kembali tersenyum pada Reina.
"Udah siap?" tanya Gino
"Udah."
"Yaudah yuk."
"Iya." sepanjang perjalanan mereka selalu mengobrolkan hal-hal yang tidak penting yang membuat mereka bahagia. Akhirnya Gino dan Reina telah sampai di tempat yang mereka tuju, yaitu rumah pohon yang dibuat oleh Gino untuk Reina.
"Masih sama ya Na?"
"Iya No."
"Jangan seperti kemarin lagi ya Na."
"Jangan buat gue cemburu lagi ya No."
"Sorry ya."
"Iya."
"Mau ikut gue gak?"
"Kemana? Ke rumah mama?"
"Bukan."
"Terus kemana?"
"Makan, gue laper." Gino tertawa.
"Ish dasar kirain kemana."
"Yaudah yuk." Gino menarik lengan Reina, akhirnya Reina mengikuti langkah Gino.



Kini mereka sudah berada di cafe, ini kali pertama mereka pergi ke cafe berdua.
"Ada yang bisa saya bantu? Silahkan mau pesan apa?" ucap seorang pelayan cafe.
"Mau pesen apa Na?"
"Spageti aja."
"Yaudah samain aja ya mba."
"Iya mas, silahkan ditunggu pesanannya."
Gino tersenyum ke arah Reina, Reina bingung karena Gino tersenyum seperti itu.
"Kenapa?"
"Ada yang kurang."
"Apanya?" bukannya menjawab Gino malah melambaikan tangan kepada seorang pelayan cafe tersebut.
"Iya Mas ada yang perlu saya bantu?"
"Saya mau pesen jus Jeruk dua ya mba."
"Baik mas, silahkan ditunggu."
Reina membulatkan matanya, kenapa ia bisa sampai lupa tidak memesan minumannya.
"Gue sayang sama lo Na."
"Gue tau."
"Tapi lo gak sayang sama gue."
"Maksudnya?"
"Iya, gue sayang sama lo makannya gue pesenin minum biar lo gak tersedak, tapi lo gak sayang sama gue soalnya lo gak pesenin gue minum."
"Ya ampun, kirain apaan. Abisnya gue lupa No."
"Lo tau gak?"
"Nggak."
"Ya iya lah gue kan belum kasih tau lo."
"Makanya kasih tau apa."
"Dulu banyak banget yang suka sama gue, sampe gue pusing karena setiap gue ngelewat atau keluar rumah pun selalu di kerubungi cewek-cewek."
"Terus?"
"Ya, lo harus bangga punya cowok kaya gue. Gue selalu nolak cewek tapi kali ini gue yang ngejar lo Na."
"Dasar orang aneh." keduanyapun tertawa.


Jika dikatakan beruntung, Reina memang beruntung karena memiliki Gino, tapi Gino yang lebih beruntung karena hanya dia yang bisa mencairkan hatinya Reina.
"No, kita sama-sama beruntung."
"Kenapa?"
"Dengan kita bisa saling memilikipun kita beruntung, karena diluaran sana banyak pasangan yang saling mencintai namun mereka tak bisa bersama."
"Na?"
"Apa?"
"Sejak kapan lo jadi puitis gini?" Gino tertawa
"Ihh Gino nyebelin banget sih lo."
"Gak papa Na gue nyebelin, kan biar lo kangen sama gue kalo gue gak ada."
"Iya No, iya."
Mereka terus berbincang-bincang, dan memakan pesanan mereka. Matahari telah menenggelamkan dirinya. Malam sudah hampir larut, Gino dan Reina bergegas untuk pulang.



📝

Wahhh mereka semakin romantis aja nih, ditambah lelucon Gino yang membuat Reina selalu tertawa membuat mereka semakin dekat. Ikutin terus kelanjutannya😁 happy reading❤

Rintik HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang