12.Bahagia&Kecewa

70 9 0
                                    

"Terimakasih karena selalu membuatku jatuh cinta setiap harinya"



📝

Malam ini Reina sangat senang karena Gino mengajaknya pergi ke rooftop tadi siang, ditambah dia sekarang mempunyai teman baru yaitu Amel. Reina tak henti-hentinya tersenyum, sampai ponsel nya berbunyi menandakan seseorang mengirimkan pesan kepadanya.


Reina melihat notif di layar ponselnya yang bertuliskan Si Manusia Aneh❤. Seketika senyum di wajah Reina mengembang karena Gino mengirimkan pesan untuknya.
Manusia aneh: "Na lagi apa?"
Reina:"Kepo banget, mau ngapainsi?"
Manusia aneh:"Lagi apa Na? Kalo di tanya itu jawab dong."
Reina:"Berisik ah."
Manusia aneh:"Na? Lo gak kangen apa sama gue?"
Reina:"Kangen? Sama lo? Ogah."
Manusia aneh:"Ko lo jahat sih Na."
Reina:"Gino, gue gak perlu ngungkapin ke lo kalo gue kangen, toh lo pasti udah tau kan gue akan selalu kangen sama lo."
Manusia aneh:"Iya Na iya maaf, gue mau ngomong serius boleh?"
Reina:"Ngomong aja kali No, kaya ke siapa aja."
Reina heran melihat Gino mengirimkan balasan seperti itu, sebenarnya apa yang ingin ia bicarakan?



Sedetik kemudian ponselnya kembali berbunyi, Reina langsung membuka chatnya bersama Gino.
Manusia aneh:"Lo ko cantik banget sih gue jadi sayang deh sama lo, lo pake jampi-jampi apaan Na? Lo melet gue kan ya? 😂"
Balasan dari Gino membuat Reina kesal dan marah karena seringkali Gino seperti ini padanya.


Namun, Gino selalu membuatnya tersenyum bahkan tertawa sampai perutnya terasa sakit. Gino tak pernah membuatnya sedih, meskipun pernah mungkin hanya sebentar dan langsung membuatnya kembali tersenyum. Tingkahnya yang kocak dan aneh akan selalu membuat Reina senang dan rindu padanya.



📝

Hari ini Reina berangkat bareng dengan Gino. Karena tiba-tiba Gino sudah berada di ruang tamunya saat Ia sedang menuruni anak tangga di rumahnya. Gino kocak, Gino aneh, Gino selalu membuat lengkungan di bibir Reina mengembang, dan Gino selalu penuh dengan kejutan.


Reina beruntung memiliki Gino, Reina bahagia karena dapat bersatu dengan Gino. Reina tak ingin kehilangan Gino, ia tak ingin merasakan kehilangan untuk kesekian kalinya, Gino sangat berharga untuk Reina, Reina sangat ingin menjaga hubungannya itu dengan Gino, ia tak ingin membuat cinta di antara keduanya hilang begitu saja.
"Na, kenapa bengong?" Reina terkejut karena pertanyaan Gino barusan.
"Ehh, enggak ko."
"Beneran?"
"Iya No."
"Yaudah."
"Iya."
"Na?"
"Apa lagi No?"
"Lo masih betah duduk di motor gue?"
Reina tersadar dan turun sambil menahan malu karena sedari tadi ia masih duduk di atas motor Gino padahal sudah dati tadi juga mereka sampai di parkiran sekolah.
"Ehh iya sorry."
"Udah gak usah malu." Gino tertawa karena melihat pipi Reina yang sedari tadi sudah berwarna merah karena malu.
"Yaudah yuk ke kelas." Gino menyodorkan tangannya bermaksud ingin bergandengan dengan Reina, Namun bukannya meraih tangan Gino Reina malah berjalan terlebih dahulu tanpa memikirkan Gino.

Gino yang melihatnya menggelengkan kepala dan langsung menyusul Reina yang sudah berada jauh di depannya.
"Naa.. Tungguin gue dong."
"Ko lo ninggalin gue sih." sambung Gino sambil mengatur nafasnya.
"Abisnya lo sih nyebelin."
"Ya maaf deh, gak bakalan ngulangin lagi deh gue janji."
"Iya ah berisik, cepetan jalan."
Saat Reina dan Gino ingin memasuki kelas Reina Gino menubruk seseorang yang ada di depannya dan merangkulnya seperti adengan romantis di ftv-ftv.



BRUKK....
AAAAA.....
Mata Reina membulat ketika melihat Gino serangkul seorang perempuan yang tak lain adalah Amel sahabat barunya itu. Gino langsung melepaskan rangkulannya ketika ia tersadar bahwa Reina ada di sampingnya.
"Sorry kak, aku gak hati-hati tadi."
Gino hanya menatap wanita itu dengan tatapan tajam.


Gino langsung merangkulkan tangannya di atas bahu Reina dan mengajaknya masuk ke dalam kelas. Irene yang melihat kejadian tersebut hanya menggelengkan kepala.
"Na, sorry." ucap Gino
"Iya No, itu kecelakaan ko gak papa." Reina tersenyum
"Kamu gak marah?"
Reina membulatkan mata ketika mendengar Gino menyebutnya dengan sebutan Aku-Kamu.
"Nggak No, tenang aja."
"Makasih ya Na."
"Iya, udah kamu ke kelas aja takut ada guru."
"Yaudah aku pergi ya Na."
Reina mengangguk dan tersenyum.



Reina memperhatikan Gino yang berjalan menjauh darinya. Ia takut jika Gino akan pergi nantinya, ia tak ingin Kehilangan Gino, hatinya sangat berat jika harus melepaskan Gino.


Irene yang melihat Reina dengan mata yang berkaca-kaca langsung memeluk Reina. Reina yang merasa dirinya di peluk oleh seseorang malah terus menangis sejadi-jadinya.
"Nangis Na, terus, tumpahin air mata lo disini, gue ngerasain apa yang lo rasa saat ini."
"Makasih Ren."
Irene melepaskan pelukannya dan mengangguk sambil tersenyum ke arah Reina.



📝

Bel pulang pun berbunyi, Reina menunggu Gino keluar dari kelasnya. Kini ia berada di koridor depan kelasnya Gino. Reina duduk sambil memainkan ponselnya. Reina menoleh ke arah pintu saat terdengar suara bising dari arah pintu tersebut.


Reina membulatkan matanya terkejut ketika Seorang wanita menggandeng tangan Gino dan menyenderkan kepalanya di bahu Gino. Entah siapa itu, Reina tak mengenalinya dan Reina tak pernah melihatnya sama sekali.


Gino yang melihat Reina sedang memperhatikannya langsung memaksa wanita tersebut melepaskan pegangannya dan langsung berlari menghampiri Reina, namun sayang Reina malah berlari terlebih dahulu, menjauhi Gino.


Entah kenapa rasanya sangat sakit, seperti ada sesuatu yang terpatahkan namun tak berwujud, sakit namun tak berdarah. Tak terasa air mata Reina berjatuhan, Reina terus berlari menuju gerbang sekolah, entah ia akan melakukan apa, Reina bingung karena ia tak pernah pulang seperti ini, biasanya ia membawa motornya atau Gino yang mengantarkannya pulang.



Reina bingung namun sebisa-bisa Reina terus berlari karena takut Gino akan mengejarnya dalam keadaan seperti ini. Reina takut ia akan tambah merasakan sakit ketika melihat pacarnya itu. Baru saja tadi pagi ia merasakan kebahagiaan karena Gino, sekarang ia harus merasakan kecewa yang sangat mendalam.


Reina berpikir, terserah semua orang akan berkata apa terhadapnya tapi yang pasti ini kehidupannya dan ia yang merasakannya, ia yang tahu bagaimana sakitnya di kecewakan. Mungkin hanya hal sepele namun Reina mempunyai perasaan juga, tidak ada wanita yang rela melihat kekasihnya bersama dengan wanita lain, walaupun hanya teman.


📝


Hari mulai menjelang malam, Reina belum pulang ke rumahnya meskipun dari tadi Bi Minah dan Pak Joko selalu menghubunginya namun Reina tak menganggapnya. Yang ia pikirkan saat ini adalah kejadian tadi, saat Gino dan wanita tadi bergandengan.


Pikirannya kacau dan hatinya tak karuan semuanya campur aduk, Reina sangatt sakit karena Gino membuat hatinya patah untuk pertama kalinya.
"Lo jahat No gue benci sama lo."
Kini Reina berada di rumah pohon pemberian Gino.


Reina menangis tersedu-sedu, air matanya tak ada henti-hentinya. Reina menundukan kepalanya dan memeluk lututnya. Ia terus menerus menangis, ia pikir Gino tak akan mengecewakannya, bahkan ia pikir Gino akan mengejarnya saat ini, namun kenyataannya tidak.



📝

Setelah tenang, Reina pulang ke rumahnya di bawah guyuran sang hujan. Ia masuk ke rumah dengan pakaian yang sangat basah. Menurutnya hujan adalah yang terbaik.

Terimakasih Tuhan karena telah menurunkan hujan, dan terimakasih Hujan karena telah membuat Reina tenang.

📝

Wahhh gemesss bangettt nih😆 ayo ayo dibaca terus😉

Rintik HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang