9.Kejutan

118 11 0
                                    

"Orang aneh penuh kejutan"

Kini Reina tengah bersiap karena akan pergi berkencan dengan Gino. Ia terus melihat dirinya di cermin sambil sesekali tersenyum. Dia membayangkan betapa bahagianya ia ketika sedang berkencan nanti. Reina terkejut karena seseorang mengetuk pintu kamarnya.
"Siapa?" selalu saja kata itu yang terlontar ketika seseorang mengetuk pintu kamarnya.
"Ini Bibi Non."
"Masuk aja bi."
Wanita paruh baya itu membuka pintu dan masuk ke dalam kamar tidur Reina.
"Kenapa Bi?"
"Itu di bawah sudah ada Den Gino." mendengar pernyataan Bi Minah Reina langsung tersenyum dan merapihkan kembali rambutnya.
"Yaudah Bibi turun duluan aja nanti aku nyusul." jelas Reina semangat.
"Yaudah Non, Bibi turun ya."
Reina hanya mengangguk seraya mengiyakan perkataan Bi Minah.

Reina bergegas turun dari kamar tidurnya untuk menemui kekasihnya. Dan benar saja, orang yang ia sayangi sudah ada di ruang tamu rumahnya. Seketika senyum mengembang di wajahnya.

Gino yang melihatnya kembali tersenyum dan langsung menghampiri Reina.
"Udah siap?" tanya Gino.
"Udah." jawab Reina sambil terus tersenyum.
"Na?"
"Kenapa?" Reina masih tersenyum.
"Gue takut."
"Kenapa takut?" tanya Reina heran.
"Gue takut, lo dari tadi mandangin gue terus sambil senyum-senyum sendiri gitu, Na lo masih waras kan?" pertanyaan Gino membuat Reina memajukan bibirnya sebal.
"Lo pikir gue gila." ucap Reina sebal.
"Hehe... Maaf deh maaf."
"Au ah terang."
"Au ah gelap Na." Gino membenarkan
"Terserah gue." ucap Reina.
"Ngambek nih pacar gue."
"Berisik ah, jadi jalan gak sih? Kalo ngga gue masuk lagi." ucap Reina sambil berbalik.
"Ehhh jangan." tahan Gino. Gino menuntun Reina menuju motornya dan naik ke motornya.

Udara di Jakarta kini terasa sangat dingin di tambah angin malam yang membuat Reina sangat kedinginan. Gino yang merasa Reina kedinginan hanya tertawa.
"Kalo mau peluk, ya peluk aja." sindir Gino.
"Apaan sih." ucap Reina malu.
"Kalo dingin, terus mau meluk ya peluk aja, gak usah sungkan kali, lo lupa ya gue kan udah jadi pacar lo." jelas Gino.
"Ngga No, apaan sih."
"Udah gue ngerasain ko." Gino menarik tangan Reina dan melingkarkan tangannya pada pinggang Gino.

Reina hanya malu sambil sesekali dia tersenyum sendiri. Gino yang melihat Reina tersenyum dari kaca spion ikut tersenyum. Memang benar pacaran menggunakan motor lebih menyenangkan daripada menggunakan mobil.

📝

Kini Reina dan Gino sudah berada di rumah pohon yang Gino buat dulu. Disana masih terpampang foto-foto Reina yang sekarang sudah bertambah dengan foro-foto mereka berdua. Dan mungkin akan seterusnya begitu.
"Na?"
Reina menoleh ke arah Gino.
"Apa?"
"Makasih ya."
"Buat?"
"Semuanya."
"Makasih kembali." Reina melemparkan senyum manisnya pada kekasihnya itu. Gino yang melihatnya kembali tersenyum.

Seketika suasana menjadi hangat, sangat hangat.
"Na, lo mau?"
"Mau apa?"
"Ikut gue yuk."
Reina mengerutkan keningnya heran, kemana Gino akan membawanya pergi? Dan kenapa Gino menjadi sosok yang sangat lembut, bahkan Gino tak melontarkan gombalan recehnya, atau lelucon garinynya itu.
"Kemana?"
"Ayo." Gino menarik tangan Reina.

📝

Kini mereka sudah berada di depan gerbang sebuah rumah, rumah siapa? Dan mengapa Gino mengajak Reina kesini? Apakah ini ada hubungannya dengan hubungan mereka berdua? Atau ini adalah rumah untuk mereka berdua nanti? Ah tidak mungkin rasanya, mereka saja belum lulus dari sekolah.

"Rumah siapa?" tanya Reina
"Ayo masuk."
Reina mengikuti langkah Gino untuk masuk ke dalam rumah tersebut.
"Assalamu'alaikum."
Reina hanya menunggu dan heran, sebenarnya rumah siapa yang sedang dikunjunginya, dan mengapa Gino mengajaknya kesini.

"Assalamu'alaikum." ucapan salam Gino yang lagi-lagi tak di jawab oleh si penghuni rumah.
"No, gak ada orang kali."
"Masih ada kesempatan sekali lagi Na."
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam." jawab seseorang dari dalam rumah.

Pintu rumah tersebut terbuka dan menampilkan wanita paruh baya yang masih sangat terlihat cantik.
"Ma." ucap Gino sambil menyalami Ibunya tersebut.
Reina masih terkejut karena Gino mengajaknya ke rumahnya, tanpa memberitahu terlebih dahulu.
"Ehh iya ma kenalin ini Reina pacar Gino." ucap Gino memperkenalkan Reina.
"Hallo, Susi mamanya Gino." ucap Ibu Gino ramah.
"Hai tante, aku Reina."
"Ehh ayo-ayo masuk." ucap Ibu Gino mempersilahkan.
"Iya tante."
"Ayo Na." ajak Gino. Bukannya menemani Reina duduk Gino malah pergi entah kemana.

Reina merasa canggung pada ibunya Gino, mungkin karena ini pertama kalinya mereka bertemu.
"Ohh iya, mau minum apa?" tawar Susi pada Reina.
"Ngga usah tante."
"Gak papa, ayo mau minum apa? Biar tante buatin." paksa Susi.
"Apa aja tante, Reina suka ko." Reina tersenyum canggung.
"Yaudah tante buatin dulu ya, kamu tunggu disini nanti Gino juga kesini ko."
Reina hanya mengangguk mengiyakan perkataan Susi tadi.

Kini Reina sendirian di Ruang tamu rumah Gino. Reina tidak tahu harus berbuat apa sekarang ini. Tiba-tiba lampu rumah tersebut mati, entah karena apa tapi kelihatannya lampu rumah tetangga tidak mati. Reina ketakutan, ya Dia memiliki pobia kegelapan. Reina sangat ketakutan, dan tidak ada tanda-tanda orang menghampirinya.

Tak bisa menahannya, air mata Reinapun turun begitu deras. Seketika bibirnya kelu untuk berbicara. Kini ia hanya merintih ketakutan sendirian dirumah tersebut.
"No, lo dimana gue takut." batin Reina.
Mereka jahat, mereka meninggalkan Reina sendirian.

Tak lama kemudian, semuanya kembali terang dan menampakkan seorang wanita paruh baya dan seorang laki-laki dengan boneka dan bunga di tangannya membuat Reina semakin menangis.

Keduanya terkejut melihat pipi Reina yang basah mungkin karena air mata yang sudah membasahinya sedari tadi.
"Na." Gino langsung memeluk Reina untuk menenangkan Reina.
"Lo jahat." rintih Reina.
"Maaf Na." ucap Gino merasa bersalah.
"Lo ninggalin gue."
"Ngga Na, gue gak akan ninggalin lo."
"Tapi nyatanya lo udah ninggalin gue."
"Maaf Na, gue gatau harus bikin kejutan kaya apa buat lo, gue gapernah bikin kejutan sebelumnya, makanya gue bingung, gue gatau harus apa biar lo selalu senang."
"Jangan tinggalin gue. Itu yang buat gue seneng No."
Gino memeluk erat Reina, untuk memberikan kekuatan pada gadisnya itu.

Ibu Gino yang melihatnya sangat merasakan perasaan keduanya.
"Reina, maafin Gino sama tante ya."
Reina melepas pelukannya dan mengangguk ke arah Susi.
"Reina kenapa nangis?" Susi mengelus rambut Reina.
"Reina takut kegelapan tante."
"Ohhh, jadi gara-gara mati lampu tadi, gue kira lo terkejut karena suprise dari gue." ucap Gino
"Hus... Gino.."
"Iya ma maaf, maaf ya Na."
"Iya, maaf juga ya Tante, No, gara-gara aku semuanya kacau."
"Enggak papa ko sayang." ucap Susi sambil memeluk Reina.

📝

Kini Reina dan Gino sedang berada di atas motor Gino, sedari tadi Reina diam dan tak berbicara sedikitpun. Gino yang merasakannya sangat merasa heran.
"Na? Lo baik-baik aja kan?"
"Iya."
"Beneran?"
"Iya."
Gino menghentikan motornya di tepi jalan. Reina yang melihatnya bingung karena bukan berhenti di rumahnya Gino malah berhenti di tepi danau. Apa mungkin Gino mengiranya siluman ikan?

Gino turun dari motornya dan Reina mengikutinya.
"Ayo ikut."
"Kemana?"
"Tuh." Gino menunjuk ke arah Danau.
"Nah ini." Gino memberikan beberapa kerikil pada Reina.
"Buat apa?" Reina mengerutkan keningnya heran.
"Ini itu, cara gue buat nenangin diri sama balikin mood gue, cobain deh."
"Caranya?"
"Lempar aja batunya ke danau, kalo mau sambil teriak juga boleh ko."
"Di lempar? Teriak?"
"Iya."
"Kalo ada yang ketimpuk gimana? Terus kalo ada yang komplen karena kebisingan sama suara gue gimana?"
"Gabakalan Na. Udah coba aja."
"Aaaaaaaaaaaaaaaaa......." Reina berteriak sambil melemparkan batunya.
"Gimana udah balik lagi mood nya?"
"Iya, makasih ya No."
"Iya." Gino tersenyum karena gadisnya itu sudah tak marah lagi padanya.


📝

Wahhh, suprise nya gagal guys, yang pobia kegelapan siapa nihh? Samaan sama Reina😅
Terus baca ya,, Insha Allah bikin greget😆

Rintik HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang