17.Hari Persahabatan

73 10 1
                                    

"Prioritas tak akan mengalahkan solidaritas"

Hari ini adalah hari jadi persahabatan Reina dan Irene, terlihat lebay mungkin namun mereka sengaja ingin membuat kenangan yang indah tentang persahabatan mereka ini. Ketika hari persahabatan mereka biasanya akan menginap dan mengobrolkan hal-hal yang asik menurut mereka.

Kini Reina dan Irene sedang berada di kelasnya dan sedang membicarakan tentang acara yang akan mereka laksanakan malam ini.
"Na? Gak nyangka ya lo udah sebelas tahun nemenin gue." ya mereka memang sudah berteman sejak mereka duduk di bangku SD dulu.
"Iya Ren gue sayang banget sama lo, cuma lo yang ngertiin gue."
"Iya Na, lo juga selalu ngertiin gue."
Ketika mereka sedang asik membicarakan persahabatannya, Amel si anak baru itu mengacaukan semuanya dengan mengalihkan pembicaraan antara keduanya.
"Ehh ke kantin yuk aku laper."
"Pergi aja sendiri." jawab Irene malas.
"Ren.." ucap Reina.
"Tapi Na."
"Gak boleh gitu."
"Gak apa-apa ko Na, Irene mungkin gak mau sahabatan sama gue."
"Enggak ko Mel, dia suka sama lo, dia mau jadi sahabat lo iya kan Ren?"
"Gue pergi dulu Na."
"Tapi Ren."
Irene tak mendengarkan Reina, karena menurutnya tak seharusnya Reina seperti itu terhadapnya. Ia memang tak suka kepada Amel, karena menurutnya Amel itu adalah seseorang yang akan merusak kehidupan Reina.

Irene bersedih karena sahabatnya itu membuat dirinya marah. Kini ia berada di taman belakang sekolahnya. Dari tadi, Irene merasa ada yang memperhatikan dirinya dari kejauhan. Irene bingung siapa orang tersebut, dan untuk apa dia memperhatikan Irene. Irene merasa orang itu mendekat kearahnya, dan Irene terkejut karena orang itu memegang pundak Irene, Irene terbangun dari duduknya dan langsung menengok ke arah tersebut dan ternyata
"Kak Julio." ya orang yang dari tadi memperhatikannya adalah Julio, kakak kelasnya sekaligus sahabat dari pacar sahabatnya itu.
"Sorry gue buat lo kaget ya?"
"Enggak ko kak. Ada apa kak?"
"Enggak, gue cuma bingung aja, wajahlo kaya sedih gitu, jadi gue kesini. Ada apa? Siapa tau lo mau cerita sama gue?"
"Kakak tau kan Amel?"
"Iya terus?"
"Sebenarnya dari awal dia muncul di sekolah ini aku gak suka sama dia."
"Gak suka kenapa? Pasti ada alesannya dong?"
"Dari awal aku liat dia, kaya ada sesuatu gitu yang dia sembunyiin dari aku sama Reina."
"Sama sih."
"Maksudnya?"
"Pas gue liat dia juga kaya ada sesuatu."
"Beneran kak?"
"Iya."
"Kalo gitu, gimana kalo kita sama-sama cari tahu tentang dia?"
"Boleh juga sih."
"Yaudah deal ya kak?"
"Iya."
Seketika mereka menjadi akrab, dan entah apa tujuan Julio mendekati Irene apakah dia mencintai Irene? Atau dia hanya ingin sekedar kenal saja?"

📝

Malam ini Reina dan Irene tak jadi merayakan hari persahabatannya karena kejadian tadi siang yang membuat Irene menjadi kesal kepadanya.
"Gue jahat ya Ren sama lo." ucap Reina berbicara sendiri.
"Gue ngerasa kalo gue bukan sahabat yang baik, gue sahabat yang paling jahat yang pernah ada. Sorry Ren."
Reina menenggelamkan kepalanya ke dalam bantal di kamar tidurnya.

Ketika itu pula seseorang mengetuk pintu kamarnya. Reina beranjak bangun dengan malas, dan membuka pintu tersebut.
"Ada apa Bi?"
"Itu Non, di bawah ada den Gino."
"Gino?"
"Iya Non."
"Yaudah aku nemuin Gino dulu ya Bi, bibi tolong buatin minum."
"Iya Non siap."
Reina merasa heran, untuk apa Gino datang ke rumahnya, padahal dia tak membuat janji dengannya, dan Gino pun tak mengabarinya terlebih dahulu.

Reina turun dari kamarnya dan benar saja Gino sudah ada di ruang tamunya.
"Ada apa No?"
"Ehh udah ada, enggak Na, gue cuma kangen sama lo hehe."
"Masa iya kangen sampe dateng kesini, malem-malem lagi."
"Beneran Na ihh."
"Yaudah iya, becanda juga."
"Pergi yuk."
"Kemana?"
"Kemana aja yang penting sama lo."
"Ish mulai."
"Gak papa kali."
"Iya deh."
Tanpa mengganti bajunya, Reina langsung di tarik oleh Gino dan langsung menaiki motornya.

Kini mereka sudah sampai di sebuah tempat yang sangat asing bagi Reina.
"No? Ini tempat apa?"
"Baca aja."
"Panti Asuhan" batin Reina
"Kenapa lo ajak gue kesini?" tanya Reina
"Lo tau gak?"
"Apa?"
"Gue dulu pernah gak jemput lo beberapa hari, sebenarnya gue dateng terlambat karena gue pergi kesini dulu."
"Kenapa lo dateng kesini? Lo kan bukan dari panti asuhan."
"Lo salah Na, dulu gue sempet kabur pas gue tau nyokap sama bokap gue pisah, dan gue di temuin sama Bu Ira, yang punya panti ini."
Reina menatap mata Gino dengan mata yang berkaca-kaca, ia tak menyangka ternyata masih mending ia dengan anak-anak broken home yang lainnya.

Gino yang melihat mata Reina yang berkaca-kaca langsung memeluknya.
"Jangan nangis Na, gue ngajak lo kesini bukan buat lo nangis, bukan juga buat lo ngasihanin gue, gue ngajak lo kesini buat kenalan sama anak-anak disini."
"Iya No, maaf." lirih Reina.
Malam telah larut, Gino harus mengantarkan Reina pulang ke rumahnya sebelum jam sepuluh malam.

Gino tersenyum kepada Reina, Reinapun membalas senyumannya. "Makasih ya No, karena lo gue belajar banyak hal."
"Iya Na, sama-sama. Masuk sana, cepet tidur."
"Iya No, hati-hati ya."
"Selalu."
Betapa beruntungnya Reina, meskipun banyak hal yang membuat hidupnya berat untuk dijalani, namun selalu saja ada orang-orang yang membuatnya kembali tersenyum dan melanjutkan hidupnya.

📝

Wahh,, gimana nih persahabatan Reina sama Irene ya? Apakah akan kembali? Atau malah sebalinya? Ikutin terus ceritanya biar gak penasaran😆❤

Rintik HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang