11.Teman baru

90 10 0
                                    

"Teman baru memang perlu tapi teman lama adalah yang terpenting"

Pagi ini Reina pergi ke sekolah dengan sangat malas, bukan karena ada pelajaran yang tak di sukainya tapi karena kejadian kemarin yang masih membuat hatinya kacau.

Lagi-lagi Gino tak menjemputnya, entah karena apa. Tapi Reina tak mempermasalahkannya karena Reina tidak ingin menyusahkan walaupun dia sudah menjadi pacarnya sekarang. Reina berhenti di depan gerbang sekolahnya, ia terus memandangi tulisan SMA Garuda yang terpampang di atas gerbang sekolah tersebut.

Reina memikirkan sesuatu tentang sekolah tersebut. Reina melanjutkan perjalanannya menuju parkiran sekolahnya. Dia memarkirkan motornya dengan rapi. Reina berjalan menuju kelasnya dengan tak ada semangat sedikitpun. Reina hanya berjalan dengan  menunduk, hatinya masih kacau, andaikan dia bisa tidak sekolah untuk hari ini ia pasti akan melakukannya.

Ia memasuki kelasnya dan duduk di bangkunya. Irene yang melihat Reina dengan wajah yang sangat tak bisa di artikan itu hanya heran.
"Rein? Lo kenapa? Pagi-pagi itu muka udah di tekuk." ucap Irene
"Gue gak papa ko Ren."
"Ya ampun Rein, kalo mau bohong yang kreatif dong."
"Maksud lo?"
"Iyalah, kalo mau ngomong gak papa muka lo harus kaya biasanya dong, masa muka lo ditekuk gitu tapi lo ngomongnya gak papa, ahh gak kreatif."
"Dasar lo."
"Ehh iya lo pasti masih sedih gara-gara kejadian kemaren itu ya, udah jangan di pikirin terus, anggap aja mereka baik-baik aja, terus anggap aja mereka lagi sibuk kerja kaya biasanya."
Benar apa yang di katakan Irene, biasanya Reina juga selalu ditinggal oleh kedua orang tuanya jadi, walaupun kedua orang tuanya berpisahpun dia seharusnya sudah siap karena Reina sudah terbiasa di tinggal oleh mereka.

Irene bingung melihat Reina yang sesudah mendengar perkataannya itu langsung bengong, Irene merasa bersalah karena mungkin saja perkataannya barusan membuat Reina sakit.
"Rein, gue keterlaluan ya? Sorry." ucap Irene dengan raut wajah bersalah.
"Ehhh apaan? Kenapa lo jadi minta maaf sama gue? Perkataan lo bener ko Ren."
"Beneran lo gak marah sama gue?"
"Iya Ren lo tenang aja."
"Makasih ya Rein." Irene memeluk erat Reina.
"Ren, tetep jadi sahabat gue ya, jangan pergi tinggalin gue kaya bokap sama nyokap gue, lo yang terbaik Ren, gue gak mau kehilangan lo." ucap Reina
"Iya Rein, lo tenang aja, sebisa gue, gue bakalan tetep ada di samping lo kapanpun lo butuh gue, gue pasti ada, kalo lo ada sesuatu lo dateng ke gue jangan sungkan-sungkan ya." ucap Irene yang membuat Reina tenang.

Kedua sahabat tersebut saling menyayangi satu sama lain, bagi mereka, mereka berdua itu sudah menjadi saudara, jadi mereka akan selalu ada kapanpun dan dimanapun salah satunya membutuhkan. Percakapan Reina dan Irene terpotong karena Pak Sandi memasuki kelasnya.

Mereka semua heran melihat Pak Sandi masuk dengan seorang wanita cantik.
"Oke anak-anak, mungkin kalian heran dengan seseorang yang bersama dengan saya ini, ini adalah teman baru kalian, ayo Amel kenalkan diri kamu."
"Baik Pak." ucap amel
"Perkenalkan nama aku Putri Amelia, panggil aja Amel, aku pindahan dari SMA Samudra, aku harap teman-teman semua bisa menerima aku menjadi teman kalian semua." sambung Amel.
"Oke Amel silahkan duduk."

📝

Bel istirahatpun berbunyi kini teman Reina bertambah menjadi satu yaitu Amel. Mereka bertiga jalan menyusuri koridor untuk menuju kantin. Di tengah perjalanan semua siswa yang melihat mereka kompak memperhatikan Amel si anak baru itu.

Irene yang menyadarinya merasa tidak nyaman. Dia berbisik pada Reina, namun Reina tak mendengarkannya dan tetap saja berjalan. Mereka berhenti di salah satu meja yang kosong.
"Rein, mau pesen apa?"
"Samain aja Ren."
"Yaudah tunggu ya gue pesen dulu." Irene berbalik untuk pergi memesan, namun langkahnya terhenti karena mendengar perkataan Reina.
"Ren, Amel gak di tawarin?"
"Pesen aja sendiri." ucap Irene jutek.

Reina yang mendengarnya heran, baru sekarang Irene seperti ini, ada apa dengan Irene kenapa dia tiba-tiba berubah, padahal baru tadi pagi mereka saling sayang.
"Udah gak apa-apa Rein biar aku aja yang pesen." ucap Amel
"Udah biar aku aja yang pesenin ya Mel, lagian kan kamu belum tau jajanan disini apa aja." jelas Reina.
"Gapapa nih?"
"Iya Mel, kamu mau pesen apa?"
"Apa aja terserah kamu Rein."
"Yaudah aku pesenin dulu ya."

📝

Reina kembali ke meja terlebih dahulu, sambil membawa nampan yang berisi pesanan Amel.
"Nah ini pesenan kamu Mel."
"Makasih ya Rein, jadi ngerepotin."
"Udah gak papa."
Irene kembali ke meja dan duduk di samping Reina.
"Ini Rein." ucap Irene
"Iya Ren makasih ya."
"Iya."

Ketika mereka sedang asik menyantap makanannya tiba-tiba Gino dan kawan-kawan menghampiri meja Reina.
"Na, lagi makan?" tanya Gino aneh.
"Punya mata kan?" ucap Reina
"Ish gitu aja ngambek."
"Iya maaf."
Gino menertawakan Reina karena barusan dia memasukan sambal ke dalam mangkuk makanan Reina, sehingga membuat Reina kepedesan.
"Ihhh Gino jaill gila dasar manusia aneh."
"Ampun-ampun nih minum." Gino tetap tertawa.

Disisi lain Amel terus memperhatikan Gino. Tak lama seseorang membuatnya tak fokus lagi.
"Hai cantik, anak baru ya?" ucap Dave
"Iya." Amel tersenyum
"Pantesan abang Dave baru liat bidadari di sekolah ini."
"Hehe, bisa aja."
"Ampun dah, punya sahabat receh bangett." sindir Radit.
"Sirik aja lo." Dave menoyor kepala Radit.

Berbeda dengan ketiga sahabatnya, Julio hanya diam sambil sesekali melirik ke arah Irene. Irene yang merasakannya merasa malu dan heran. Keseruan mereka semua terhenti karena bel masuk telah berbunyi.

📝

Sepulang sekolah, Gino mengajak Reina pergi ke rooftop untuk berbincang-bincang sebentar. Sebenarnya Gino ingin membicarakan sesuatu dan memberitahukan sesuatu kepada Reina, namun ia rasa ini bukan waktu yang tepat untuk itu.

Kini mereka sedang ada di rooftop sekolah mereka. Reina hanya tersenyum sambil sesekali melirik ke arah Gino.
"Kenapa Na?"
"Nggak."
"Bohong."
"Yaudah kalo gak percaya."
"Abisnya dari tadi lo liatin gue terus."
"Geer banget si pacar gue."
"Emang kenyataannya kaya gitu juga."
"Engga ish Gino nyebelin."
"Iya deh iya."
Mereka berdua terus berbincang di rooftop tersebut membicarakan hal sepele yang membuat keduanya merasa senang.

"Na, pulang yuk. Udah sore."
"Iya udah sore ya, yaudah yuk."
"Sorry ya gue gak bisa nganter lo pulang."
"Iya No gak papa, lagian gue juga bawa motor ko."
"Yaudah hati-hati ya."
"Iya, hati-hati juga ya No."
Reina pulang terlebih dahulu, karena Kata Gino ia harus melihat Reina pergi dengan aman dan tidak kenapa-napa. 

📝

Aduhh guys butuh inspirasi, ini otak udah butek kek gini guys, tapi kalian tetep semangat ya bacanya, kalopun ada kesalahan kata atau apa komen aja langsung.😉
Terimakasih😍

Rintik HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang