20.Bingung

62 10 1
                                    

"Tak selamanya masalalu itu baik"

Pagi ini Reina bangun dengan keadaan yang hancur, semalaman Gino tak mengabarinya. Reina bingung, apakah Gino marah karena kejadian kemarin? Ataukah memang dia sedang sibuk dengan urusan yang lain? Ahh rasanya Reina ingin menjerit sekencang-kencangnya karena semua ini.
"Gino.... " lirihnya sambil memejamkan matanya. Seketika Reina ingat bahwa dirinya harus pergi ke sekolah, meskipun keadaannya sangat kacau namun ia tak ingin meninggalkan pelajarannya hanya karena hal seperti ini. Reina bangun dan bersiap untuk pergi ke sekolah.

📝

Di sekolah, Reina sangat tak fokus mendengarkan gurunya yang sedang menerangkan pelajaran, karena lagi-lagi ia teringat akan Gino. Bagaimana kabarnya hari ini? Apa dia bahagia? Atau dia sedang bersedih sama dengannya?

Reina merasa ia sudah tak konsen untuk belajar, oleh karena itu ia meminta izin kepada gurunya untuk pergi ke kamar mandi. Tapi, bukannya ke kamar mandi, Reina malah berbelok menuju rooftop.
"Gino... " lirih Reina sembari menundukkan kepala di atas lututnya. Air mata Reina terjatuh di pipinya, ia tak kuasa menahannya. Semarah apa Gino padanya? Sebesar apa kesalahan yang dibuat Reina kemarin?
"Apa aku harus cari Gino?" ucapnya dalam hati.
"Ya, aku harus cari Gino." Reina berdiri dan bergegas menuju kelas Gino, Ia tak peduli sekarang sedang jam pelajaran atau tidak, yang terpenting sekarang adalah hubungannya.

Reina menuruni tangga dengan semangat, ia bergegas menuju kelas Gino. Setelah berada di depan kelas Gino, Reina meminta izin pada guru yang sedang mengajar di kelas tersebut untuk berbicara sebentar dengan Gino. Namun, hasilnya nihil. Gino tak ada di kelasnya, teman-temannya mengatakan bahwa Gino tak bersekolah hari ini. Kemana dia? Ada apa sebenarnya?

Reina bergegas keluar dari sekolah untuk pergi ke rumah Gino, ia takut terjadi apa-apa kepada Gino. Tak peduli seberapa marah Gino kepadanya, yang terpenting Gino baik-baik saja. Reina meminta izin keluar pada Pak satpam yang sedang bertugas. Meski sedikit sulit, tapi akhirnya Reina di izinkan oleh Pak satpam.

📝

Sesampainya Reina di rumah Gino, ia langsung mengetuk-ngetuk pintunya dan tak ada jawaban sama sekali. Ia bingung harus kemana lagi mencari Gino, dimana Gino berada? Reina ingat bahwa Gino mempunyai dua rumah, yaitu rumah ayahnya dan rumah ibunya, jika tidak ada di rumah ayahnya, maka Gino sekarang mungkin berada di rumah ibunya. Reina kembali melajukan motornya menuju rumah ibunya Gino, sesampainya disana, ia melihat rumah tersebut sepi seperti tak ada kehidupan di dalamnya. Reina pergi ke rumah pohon pemberian Gino untuknya itu. Dan hasilnya masih tetap sama, tak ada Gino disana.
"No, kamu dimana? Aku cari-cari kamu dari kemarin, aku udah coba telefon kamu, tapi kamu gak pernah jawab." ucap Reina dengan air mata yang deras.
"Gino, maaf."

Reina pergi dari rumah pohon tersebut. Namun ia tak kembali ke sekolah, melainkan ia malah pergi ke danau untuk menenangkan dirinya. Ia menundukan kepalanya sambil memejamkan matanya, berharap Gino datang.
"Reina... "
Reina membuka matanya mendengar suara tersebut.
"Gino... " ucap Reina. Reina membalikkan badannya melihat orang yang memanggilnya tersebut sambil tersenyum. Tapi seketika senyum di wajahnya hilang karena ternyata orang yang memanggilnya adalah
"Vito? Lo ngapain disini?"
Dan ya, yang memanggilnya tersebut adalah Vito bukan Gino.
"Lo yang ngapain disini? Bukannya sekolah malah keluyuran gak jelas." ucap Vito membalikan perkataan Reina.
"Gue... Gue.... "
"Udah ayo cepet balik ke sekolah!"
"Lo tau gue disini dari mana?"
"Gak penting. Ayo pergi." Vito menarik lengan Reina.
"Vito. Dari mana lo tau gue disini dari siapa?"
"Na, sebenarnya, gue ngikutin lo dari tadi."
Reina mengerutkan keningnya tidak percaya.
"Buat apa? Vit inget, kita hanya masalalu yang gak mungkin bisa bersatu lagi, semuanya memang bisa di perbaiki namun semua itu pasti gak bakal sama lagi."
"Tapi Na, gue cuma mau ngelindungin lo, gue gak mau lo kenapa napa."
"Gue kenapa? Gue baik-baik aja Vit, bahkan setelah kita berpisah gue jadi lebih baik."
"Na..."
"Cukup, gue pikir lo udah berubah, ternyata sama aja." Reina pergi dari danau tersebut meninggalkan Vito sendirian.


📝

Reina memang pergi dari tempat tersebut, namun bukan ke sekolah, tapi ke rumahnya. Ia tak peduli dengan tas dan buku-bukunya yang masih tertinggal di sana. Tujuannya hanyalah untuk menenangkan dirinya.

Sesampainya di rumah, Reina tak melihat ada kehidupan disana, ia tak melihat Bi Minah, ataupun Pak Joko.
"Bi... Bibi.... " teriaknya memanggil bi Minah.
"Pak Joko..... "
"Semua orang kemana sih? Ada apa sebenarnya? Kenapa semua orang ninggalin aku." air mata Reina turun dengan deras. Ia berlari menuju kamar tidurnya dan ketika Ia membuka pintu kamarnya,semua orang ada di sana, dan
"HAPPY BIRTHDAY REINA."
reina membulatkan matanya saat semua orang memberi ucapan selamat ulang tahun kepadanya. Apakah benar ini hari ulang tahunnya? Ia saja sampai tidak ingat, ah ini semua karena ia fokus mencari Gino.

Air mata Reina mengalir dengan deras, ia bingung harus apa sekarang, perasaannya campur aduk, tak bisa di artikan.
"Happy Birthday My Dear, Wish You All The Best." sambil membawa kue Gino memeluk Reina dengan penuh kasih sayang. Reina menangis sejadi-jadinya di pelukan Gino, ia kecewa pada Gino.
"Lo jahat No, lo jahat sama gue, gue benci sama lo. Lo pergi ninggalin gue sendirian No, lo gak punya hati, gue benci sama lo." Reina memaki-maki Gino, melampiaskan semua kekecewaannya.
"Udah-udah jangan marah-marah terus, ayo tiup dulu lilinnya." Ucap Gino mengalihkan pembicaraan. Reina meniup lilin tersebut sambil berharap keinginannya bisa tercapai.

Semua orang yang ada di kamar Reina menyalami Reina sambil mengucapkan selamat ulang tahun pada reina. Dan akhirnya Reina dan Gino di berikan waktu berdua untuk mengobrolkan kejadian yang sebenarnya.
"Na?"
"Apa?"
"Sorry, aku gak bermaksud ngilang, sebenernya aku udah ngerencanain ini sama semua orang, maaf ya Na, mungkin aku keterlaluan, tapi hanya ini yang aku bisa. Aku bukan tipe orang yang pandai buat bikin kejutan, kamu tau kan aku orangnya gimana. Sekarang terserah kamu, mau maafin aku atau nggak." jelas Gino
"No, gue benci sama lo." ucap Reina.
"Tapi rasa sayang gue lebih besar daripada kebencian itu. Lo hebat, bikin gue bingung, lo hebat bikin gue kesel, lo hebat No. Gue udah maafin lo No, lo tenang aja." sambung Reina.
"Makasih Na."
"Iya No."
gino memeluk Reina erat bertanda bahwa ia sangat menyayangi Reina, menandakan bahwa ia tak ingin kehilangan gadis yang sedang dipeluknya saat ini.

📝

Wah wah,, halo-halo guys, maaf nih baru update lagii😅
Ikutin terus ya ceritanya😉

Rintik HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang