Satu

1K 25 0
                                    

Seluruh siswa yang tengah berkumpul di lobi sekolah, mulai berhamburan ketika kepala sekolah mengatakan melalui pengeras suara bahwa pengumuman pembagian kelas sudah terpampang di mading lantai satu. Segala macam penuturan mulai terdengar memenuhi tempat itu. Ada yang mengeluh karena tidak lagi satu kelas dengan sahabat dekatnya saat kelas sebelas lalu. Ada yang bersorak karena satu kelas dengan orang-orang yang diinginkannya. Dan, ada pula yang sedikit kecewa karena tidak lagi satu kelas dengan seseorang yang disukainya.

Namanya Allura Pasya Bagaskara. Seorang gadis kaku yang menjadi salah satu dari orang yang kecewa karena tidak lagi berada pada kelas yang sama dengan laki-laki yang disukainya. Gadis itu berjalan gontai menuju sebuah tiang besar yang ada di lobi sekolahnya. Ia menghembuskan nafasnya pelan, mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa menyukai seseorang bukan berarti harus berada bersamanya setiap detik.

Allura sedikit terlonjak ketika ia merasa bahunya disentuh oleh seseorang. Gadis itu mengelus dadanya lega ketika mengetahui bahwa sahabatnya yang datang untuk menyapanya.

“Masih pagi, Al. Udah cemberut aja,” ucap Katya seraya membenarkan gendongan ranselnya.

“Gue mau ke kantin, lo mau ikut?”

Bukannya membalas perkataan sahabatnya, Allura justru mengalihkan pembicaraannya. Pagi ini ia sedang tidak ingin membahas hal ini. Mungkin terkesan berlebihan, tapi itu yang Allura rasakan sekarang. Tanpa menunggu balasan dari Katya, gadis itu melangkahkan kakinya ke arah kafe sekolah.

Keduanya berjalan menuju salah satu meja yang berada di dekat kaca setelah memesan makanan. Allura melepaskan ranselnya dan meletakkannya tepat di sebelahnya. Pandangannya mengarah pada pemandangan di luar yang memperlihatkan hamparan area parkir sekolahnya yang lebih dari luas. Senyum di wajah gadis itu terukir manis ketika matanya melihat seorang laki-laki yang tengah bertingkah konyol bersama teman-temannya.

Arjune Shagufta nama laki-laki itu. Siswa pindahan dari Kanada yang berhasil memikat hati Allura dalam waktu dua bulan. Entah apa yang menjadi magnet bagi Allura sehingga ia memilih Arjune sebagai alasannya tersenyum. Sudah satu tahun lamanya gadis itu berusaha memendam perasaannya dan hanya Katya yang mengetahui hal itu.

“Mau sampe kapan liatin mas-mas disana? Nunggu makanan lo tambah dingin?” ceplos Katya, memecah pandangan Allura yang kini mulai menyuap makanannya.

“Kalo kurang, tambah aja apa yang lo mau. Gue yang bayarin,”

Mendengar penuturan Allura membuat kedua mata Katya memicing menyelidik. Merasa ada yang tidak benar dengan sahabatnya pagi ini. “Lo lagi kenapa, Al?” tanyanya pelan sehingga nada bicaranya terkesan menyeramkan di telinga Allura.

“Lo emang nggak sadar apa cuma mau ngeledek gue aja?”

“Ngapain gue ngeledek lo? Kurang kerjaan banget gue,”

Allura mendengus kasar, meletakkan garpunya dan menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. Kedua tangannya disilangkan di depan dada. “Lo beneran nggak tau kalo Arjune nggak di kelas unggulan lagi?”

Katya mengangguk-anggukkan kepalanya beberapa kali. “Terus?” tanya Katya lagi, seolah belum menyadari sesuatu dari ucapan Allura.

“Terus? Ya itu artinya gue udah nggak sekelas lagi sama dia, Kat!”

Katya menghentikan kegiatannya. “Gini ya, Allura sayang. Ini masih pagi, jangan bucin-bucin amat dong.”

Mendengar respon dari sahabatnya, membuat Allura semakin geram. Ia menyunggingkan senyum paksanya. “Katya sayang, lo lupa kalo semalem lo lebih bucin dari gue? Lo lupa kalo semalem lo bucin parah cuma karena foto lo di like sama cowok dari aplikasi cari jodoh itu?”

Katya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Cengiran kudanya merekah lebar sehingga membuat Allura semakin geram. “Sorry, Al. Yang semalem anggep aja angin lalu ya sayang?”

🍁

Bel istirahat berbunyi memenuhi gedung sekolah yang sangat besar. Allura berjalan keluar dari kelasnya menuju ke perpustakaan. Gadis itu sedang tak berniat ke kafe sekolah saat ini karena perutnya yang masih terasa kenyang setelah tadi pagi ia barusaja sarapan di kafe sekolah dengan Katya. Setelah menempelkan ID card-nya, pintu perpustakaan terbuka.

Allura berjalan menuju rak dimana novel berjajar. Ia membaca beberapa blurb novel yang menarik perhatiannya. Setelah mendapat dua novel yang akan dipinjamnya, Allura berjalan menuju meja pustakawan untuk menyerahkan kartu perpustakaannya. Kakinya berjalan keluar perpustakaan ketika kedua buku yang dipinjamnya sudah tercatat di kartu perpustakaannya.

Panggilan kepada Allura Pasya Bagaskara kelas dua belas ipa tiga untuk segera menuju ke ruang guru.

Langkahnya terhenti ketika ada sebuah panggilan untuknya melalui pengeras suara. Tanpa pikir panjang, ia melangkahkan kakinya menuju ruang guru dan mencari tahu alasan dirinya dipanggil. Matanya mengerjap beberapa kali ketika ia melihat Arjune tengah duduk di hadapan Pak Rega dengan blazer organisasi.

“Permisi, bapak panggil saya?” tanya Allura dengan sopan.

Pak Rega mengulurkan tangannya, mempersilakan Allura untuk duduk di sebelah Arjune. “Maksud saya memanggil kamu kemari adalah untuk meminta kamu membantu acara MOS besok dan satu minggu ke depan. Saya tau kamu sudah mengatakan bahwa untuk kali ini kamu tidak ingin terlibat dalam acara sekolah. Tapi, kamu satu-satunya anak organisasi yang bisa saya andalkan untuk membantu melancarkan acara besok. Apa kamu bersedia membantu sekolah?”

“Tapi, Pak—“

“Mau dong, Al. Ada empat panitia yang izin nggak bisa ikut acara MOS sampe akhir karena beberapa alasan. Panitia yang lain naruh harapan besar sama lo. Mau ya?” ucap Arjune yang membuat gadis itu tergagu.

Allura menggigit bibir bawahnya dengan kepala tertunduk. “Baik, saya mau menjadi panitia dalam acara MOS ke depan. Tapi ini menjadi event terakhir saya selain pelantikan anggota baru beberapa bulan lagi,”

Pak Rega menganggukkan kepalanya. “Terimakasih sudah mau membantu sekolah. Sekarang kalian boleh kembali ke kelas,”

Keduanya berjalan keluar dari ruang guru. Allura melangkahkan kakinya lebih dulu dibanding Arjune yang berada tak jauh di belakangnya. Tiba-tiba saja, laki-laki itu merangkul Allura dari samping dengan pandangan yang terus mengarah ke depan.

Thanks, Al. Gue nggak tau gimana jadinya acara MOS kali ini kalo lo nolak permintaan Pak Rega tadi,”

Tak ingin terlihat canggung dihadapan Arjune, gadis itu tersenyum lebar ke arah laki-laki itu. “Santai, Jun. Gue juga kan masih anggota OSIS, jadi wajar aja kalo gue bantu kalian.”

Arjune menganggukkan kepalanya dengan senyum manis yang membuat Allura sebenarnya ingin sekali menghentikan waktu keduanya. Namun, lagi-lagi ia tak ingin terlihat canggung di hadapan laki-laki itu.

“Kalo gitu gue ke kelas duluan ya. See you.” ucap Allura yang kemudian berjalan masuk ke dalam lift, menuju lantai ruang kelasnya.

Tak Lagi Sama [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang