Dua Belas

175 9 0
                                    

Bel tanda jam pelajaran pertama akan segera dimulai telah berbunyi. Seluruh siswa yang baru memarkirkan kendaraannya bergegas menuju ruang kelasnya masing-masing. Tak terkecuali Arjune yang barusaja memasuki area parkir dan langsung berlari menuju ruang kelasnya. Tepat ketika dirinya meletakkan tasnya diatas meja, Pak Baron selaku guru olahraga memasuki ruang kelas dan meminta seluruh siswa di kelasnya untuk segera mengganti seragam mereka.

Arjune berjalan bersama Bian menuju loker masing-masing dan mengganti seragamnya. Hari ini memang jadwal untuk kelasnya mengikuti jam pelajaran olahraga pada jam pertama. Setelah seluruh siswa selesai mengganti seragamnya, mereka berjalan menuju lapangan indoor yang ada di bagian belakang sekolah.

“Pak, hari ini ada penggabungan kelas?” tanya salah satu anak kepada Pak Baron ketika melihat gerombolan anak dari jurusan MIPA memakai seragam olahraga dan ikut membuat barisan di lapangan.

Pak Baron menganggukkan kepalanya. “Karena saat jam olahraga kelas MIPA nanti saya ada urusan jadi saya rolling jam pelajaran mereka. Kalau begitu, sekarang kita mulai pemanasan dulu,” perintah Pak Baron yang mulai melakukan pemanasan dengan diikuti oleh murid-muridnya.

Setelah selesai melakukan pemanasan, Pak Baron memilih 10 anak dari masing-masing kelas untuk dibentuk regu. Sehingga satu kelas memiliki dua regu dengan masing-masing regu berisikan 5 anak. Materi mereka kali ini adalah bola basket dan Pak Baron meminta tiap regu dari masing-masing kelas untuk bertanding.

Arjune yang diberi kepercayaan untuk menjadi kapten dari salah satu regu kelasnya mendapat giliran main pertama melawan tim jurusan MIPA yang salah satu anggotanya adalah Allura. Permainan sudah dimulai dan setiap regu berusaha keras untuk memasukkan bola ke dalam ring dan memenangkan permainan. Begitupun dengan Arjune dan Allura yang tak jarang saling berebut bola satu sama lain dan berjuang untuk regu masing-masing.

Seperti sekarang, Allura berhasil merebut bola dari Arjune dan terus men-dribble mendekati ring. Saat gadis itu hendak melompat untuk memasukkan bola ke dalam ring, tiba-tiba saja ada seseorang yang menjegal kakinya sehingga membuat Allura kehilangan keseimbangannya dan terjatuh. Kepalanya dan terbentur lantai mengeluarkan sedikit cairan merah dan membuat gadis itu meringis kesakitan. Melihat yang terjadi di lapangan membuat Pak Baron menghentikan permainan dan melihat keadaan Allura.

“Allura kamu masih bisa melihat dengan jelas?”

Allura menggelengkan kepalanya pelan. “Mulai kabur, Pak.” jawab gadis itu seadanya karena memang kini pandangannya mulai kabur dan ia akan sangat bersyukur jika ia tidak pingsan dalam waktu dekat.

“Siapa petugas kesehatan kelas kalian?” tanya Pak Baron pada salah satu anak yang satu kelas dengan Allura.

“Lala, Pak. Tapi hari ini dia ada lomba di sekolah lain, Pak.”

Pak Baron mendengus pelan. “Kalau begitu siapa petugas kesehatan di kelas kamu?” tanya guru itu lagi yang kini beralih pada salah satu anak dari jurusan IPS.

“Saya petugas kesehatannya, Pak.” jawab Arjune yang memang petugas kesehatan di kelasnya.

“Arjune, bawa dia ke UKS. Saya akan kesana terlebih dahulu untuk meberitahu dokter yang berjaga.” ucap Pak Baron yang kemudian berlari menuju UKS.

Menuruti perintah gurunya, Arjune menggendong Allura dan membawanya ke ruang UKS untuk diperiksa. Sepanjang perjalanan dari lapangan menuju UKS, gadis itu terus memegangi kepalanya dengan mata yang tertutup. Tidak, Allura tidak pingsan. Ia hanya memjamkan matanya saja karena menutup mata dalam keadaan seperti itu akan mengurangi rasa sakit di kepalanya.

Arjune meletakkan Allura diatas brankar dan membiarkan dokter yang bertugas memeriksa keadaan gadis itu. “Apa ada yang parah, Dok? Anak ini mengeluarkan darah di kepalanya,” tanya Pak Baron yang merasa bertanggung jawab penuh atas keadaan Allura.

Tak Lagi Sama [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang