Tiga

235 15 0
                                    

Bunyi nyaring peluit yang ditiup beberapa panitia MOS terdengar bersahutan. Semua murid tahun ajaran baru berlari kecil dan membentuk barisan menghadap beberapa panitia yang sudah berdiri tegak memperhatikan semuanya. Arjune berjalan memasuki lapangan, berdiri di sebelah panitia yang lain. Tatapan seluruh panitia tertuju pada banyaknya murid tahun ajaran baru yang sekiranya tidak memenuhi syarat.

Arjune selaku ketua panitia MOS tahun ini bertukar tempat dengan Gangga ketika laki-laki itu diberi kode untuk memberi sambutan sekaligus memberitahu urutan acara hari itu. Kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku blazer abu-abu organisasinya.

“Selamat pagi semua. Nama saya Arjune, kalian bisa panggil saya kak Arjune. Saya ketua panitia acara MOS ini. Selamat datang di Senna International High School!

Riuh tepuk tangan memenuhi lapangan ketika Arjune memberi sambutan kepada seluruh peserta MOS tahun ini. Setelah suara tepukan itu mulai meredam bahkan menghilang, Arjune kembali berbicara untuk memberitahu susunan acara selanjutnya.

“Setelah ini saya mau kalian cari tau apa saja hal unik yang baru kalian temukan disini. Minimal sepuluh hal unik. Waktunya tiga puluh menit, dari sekarang!”

Seluruh murid berjalan keluar barisan dan segera menuju ke tempat-tempat yang mereka rasa dapat menemukan hal unik dari sekolah ini. Seluruh panitia berpencar untuk mengawasi para peserta MOS di berbagai titik. Tak terkecuali Arjune yang juga berkeliling untuk memastikan yang dilakukan oleh para peserta MOS.

Sepuluh menit sudah berlalu. Masih banyak murid yang belum mencapai batas minimal. Namun banyak pula yang sudah sedikit lebih unggul dari batas minimal yang ditentukan. Arjune menoleh ketika sebuah tepukan mendarat di salah satu bahunya. Ia mendapati Barra yang tengah mengatur nafasnya karena sepertinya laki-laki itu barusaja berlari cukup kencang.

Kening Arjune berkerut melihat tingkah Rega yang cukup membuatnya semakin bingung. “Jun, lo ... dipanggil, Pak Rega. Penting banget katanya!” ucap Barra dengan menaikkan sedikit intonasinya di bagian akhir kata.

“Pak Rega panggil gue? Ok, thanks ya, Bar!” Arjune berlari menuju ruang guru yang berada cukup jauh dari ruang kelasnya.

Sesampainya di depan pintu ruang guru, Arjune berhenti sejenak untuk mengatur nafasnya supaya tidak terengah-engah. Kakinya melangkah masuk ke dalam ruang guru ketika ia merasa siap melangkahkan kakinya menghadap Pak Rega. Ia membungkukkan tubuhnya sekilas supaya terkesan sopan.

“Permisi, Pak. Bapak panggil saya?” tanya Arjune dengan menaikkan satu alisnya.

Pak Rega mengangkat kepalanya lalu mempersilakkan Arjune untuk duduk. “Gedung untuk acara puncak MOS sudah kamu pastikan semuanya terkendali?” tanya Pak Rega mengenai gedung yang disewa oleh sekolah untuk merayakan malam puncak Masa Orientasi Siswa.

“Untuk gedung ada beberapa hal yang masih dalam proses persiapan, Pak. Nanti kalo saya sudah sempat akan saya cek secepatnya,”

“Baiklah. Bagaimana jika sekarang kamu urus semua urusan sewa gedung beserta perlengkapan yang dibutuhkan. Saya akan memberikan dispensasi untuk kamu. Dan juga ajak Allura karena menurut saya selera dia cukup bagus, mungkin dia bisa membantu kamu memberikan saran,”

“Oh iya, Pak. Nanti saya minta Allura untuk membantu saya. Kalau begitu saya permisi, Pak.”

Arjune bangkit dari duduknya, berjalan keluar dari ruang guru. Kakinya melangkah kembali ke arah lapangan untuk mengalihkan pekerjaannya kepada Gangga selaku wakil ketua panitia MOS tahun ini dan juga ia hendak mencari Allura dan mengajak gadis itu bersamanya seperti perintah Pak Rega.

“Ga, lo ambil alih acara hari ini ya. Pak Rega nyuruh gue buat cek gedung dan lain-lain buat acara puncak besok,” jelasnya pada Gangga yang kemudian menganggukkan kepalanya.

Tak Lagi Sama [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang