Lima Belas

162 9 0
                                    

Seperti kata Aubyn semalam, siang ini ia benar-benar menjemput Allura dan mengajaknya pergi bersama. Sejak Aubyn membawanya, wajah Allura selalu ditekuk—tak ada senyum sedikitpun di wajahnya. Dalam hatinya ia merutuki perbuatan sepelenya semalam yang berujung seperti ini. Ia juga terus berpikir mengenai kemungkinan yang akan terjadi padanya. Bahkan, ia tidak berani berbicara atau protes kepada Aubyn karena ia takut laki-laki itu akan menambah pembalasannya.

Allura mengernyitkan keningnya bingung ketika mobil Aubyn memasuki basement salah satu pusat perbelanjaan terbesar di Jakarta. “Aubyn! Kita mau ngapain kesini? Katanya mau bales gue?” tanya Allura yang memutar tubuhnya hingga kini ia benar-benar menghadap ke arah Aubyn yang masih fokus menyetir.

Tanpa mengalihkan pandangannya, laki-laki itu tersenyum miring. “Jadi lo beneran mau gue bales?” goda Aubyn yang kemudian dibalas gelengan cepat oleh Allura. Gadis itu kembali membalikkan tubuhnya dan duduk diam tanpa berniat bertanya lagi kepada laki-laki yang disebelahnya.

Setelah Aubyn memarkirkan mobilnya, keduanya berjalan memasuki pusat perbelanjaan tersebut. Dengan perasaan yang sedikit berdebar, Allura menyilangkan kedua tangannya di depan dada seraya berusaha meyakinkan dirinya bahwa pembalasan Aubyn tidak akan sulit dan ia pasti bisa melakukannya.

“Cie yang deg-degan,” Itu bukan pertama kalinya Aubyn menggoda Allura seperti itu. Wajah Allura yang menjadi lebih gugup membuat Aubyn terkekeh ketika melihatnya. Sepertinya gadis itu benar-benar ketakutan.

Aubyn menghentikan langkahnya ketika keduanya sampai di depan sebuah butik setelan laki-laki. Allura lagi-lagi mengernyitkan keningnya bingung. “Butik setelan laki-laki? Mau ngapain?” tanya gadis itu langsung pada intinya.

Tanpa berniat membalas pertanyaan Allura, ia berjalan memasuki butik tersebut dan menghampiri seorang wanita dengan seragam butik tersebut yang ternyata personal assistant Aubyn. Dan yang lebih mengejutkan Allura, ternyata Aubyn juga memesan full butik itu supaya keduanya bebas berbelanja.

Setelah selesai berbincang dengan personal assistant tersebut, Aubyn kembali menghampiri Allura yang tengah memainkan kakinya dengan tangan yang masih dilipat di depan dada. “Udah siap buat terima balasan dari gue?” tanya Aubyn seraya menaikkan satu alisnya.

“Aubyn jangan gila, ya! Gue nggak mau buang-buang duit cuma buat beliin lo semua setelan yang ada disini!”

“Aduh ini cewek brisik banget deh. Gue itu bukan minta lo beliin semua setelan yang ada disini,”

“Terus apa?”

“Besok gue diundang ke pesta ulang tahun salah satu temen bisnis gue....”

“Ya terus gu—“

“DENGERIN DULU, ARA!” ucap Aubyn sedikit kesal dengan Allura yang memotong ucapannya. “Nah disana pasti banyak orang-orang penting. Jadi, sekarang lo harus bantu gue pilih setelan buat gue pake besok,”

Mendengar ucapan Aubyn membuat Allura membulatkan matanya terkejut. “Gue?” tanyanya seraya menunjuk dirinya sendiri yang kemudian dibalas anggukan oleh laki-laki dihadapannya. Allura menjentikkan jarinya dengan sombongnya. “Gampang!”

Gadis itu mulai melihat-lihat ke sekitarnya. “Lo mau warna apa? Item, putih, silver, gold, atau pink?” tanyanya pada Aubyn yang yang tengah mencebik kesal karena tawaran warna terakhir dari Allura.

“Bagus item apa putih, Ra? Gue pengennya, sih, putih. Tapi takut nggak cocok,”

“Nanti coba gue pilihin dulu beberapa opsi warna putih terus lo coba. Biar gue tau cocok apa nggak. Oke?” Aubyn hanya menganggukkan kepalanya menyetujui saran dari Allura.

Tak Lagi Sama [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang