Dua Puluh Lima

134 11 0
                                    

Setelah seluruh penjelasan yang Allura dengar sendiri dari mulut Savanna—perempuan yang sempat ia kira kekasih Arjune—gadis itu terus memikirkannya. Hatinya terus merasa tak tenang setelah mendengar semuanya. Meskipun ia tahu, apa yang ia dengar tidak akan bisa merubah situasinya saat ini. Dirinya sudah menjadi milik Aubyn, dan penjelasan yang ia dengar tidak bisa membantah hal itu.

Gadis itu terus dalam keresahannya. Bahkan saat dirinya tengah makan malam bersama Aubyn saat ini, pikirannya tetap tidak tenang. Sedari tadi Allura hanya memainkan makanannya tanpa berniat melahapnya. Tatapan mata gadis itu kosong memandang makanan yang ada dihadapannya.

"Kenapa nggak dimakan makanannya?" tanya Aubyn yang masih mengunyah makanannya.

Allura masih sibuk dengan pikirannya dan mungkin saja gadis itu tak mendengar ucapan lawan bicaranya. Aubyn melambaikan tangannya di depan wajah kekasihnya. Dan itu masih belum membuat Allura tersadar dari lamunannya.

Aubyn menghembuskan nafasnya kasar. "Allura?" panggil Aubyn sekali lagi yang masih saja tidak mendapat jawaban dari gadis dihadapannya.

Tak kehabisan akal, Aubyn mengetuk meja beberapa kali seraya memanggil kekasihnya. "Allura Pasya Bagaskara!" serunya dengan sedikit meninggikan nada bicaranya.

Allura tersentak. Gadis itu gelagapan menyadari dirinya yang barusaja mengabaikan Aubyn dan terus menerus melamun. "A—Ah, iya kenapa?" tanya Allura dengan senyum yang dipaksakan.

"Kamu yang kenapa? Daritadi aku panggilin nggak nyaut,"

Gadis itu mengusap tengkuknya canggung. "E—Eh, a—anu aku cuma kepikiran Oma aja. Iya cuma kepikiran Oma," gagap Allura yang justru membuat Aubyn mengernyitkan keningnya curiga.

"Oma? Emang Oma kenapa? Bukannya tadi kita pamitan juga Oma baik-baik aja?"

Habislah riwayat mu, Allura. Gadis itu terdiam seribu bahasa. Tidak memiliki jawaban untuk pertanyaan Aubyn yang satu itu. Lagipula untuk apa dia melibatkan Omanya dalam kebohongan ini?. Ah, kalian pasti akan berkata Allura bodoh. Gadis itu pun merutuki kebodohannya sendiri.

Aubyn meletakkan sendok dan garpunya. Ia membenarkan posisi duduknya hingga sedikit condong ke arah Allura. "Tell me. Ada masalah?" tanyanya dengan tatapan yang melembut.

Mendengar pertanyaan itu membuat Allura susah payah menelan salivanya. Gadis itu mengepalkan tangannya kuat-kuat. Menahan rasa sesak yang kini menghujaminya. Ia bahkan tidak tahu harus memulai darimana. Dia juga takut akan menyakiti Aubyn jika ia mengatakan apa yang sedari tadi memenuhi pikirannya.

Tak ingin memaksa Allura, Aubyn justru menggenggam punggung tangan gadis itu dan mengusapnya pelan. "Nggak apa-apa kalo belum mau cerita. Lanjutin lagi makannya ya?" ucap Aubyn dengan sangat lembut seraya tersenyum ke arah kekasihnya.

Baru saja Aubyn hendak melanjutkan kegiatan makannya, ucapan Allura justru menginterupsinya. "Arjune."

Aubyn mengernyitkan keningnya bingung. "Arjune kenapa?"

Allura menarik nafasnya dalam-dalam lalu menghembuskannya pelan. Gadis itu mulai bercerita mengenai Arjune yang mengajaknya berbicara empat mata di rooftop sekolah hingga Savanna yang notabenenya sahabat Arjune, yang mendatanginya dan memberikan penjelasan sedemikian rupa. Gadis itu dengan hati-hati menjelaskan semuanya dengan tidak menyakiti perasaan laki-laki yang ada dihadapannya.

Setelah mendengar seluruh penjelasan dari Allura, Aubyn menganggukkan kepalanya mengerti. "Gimana kalo aku minta kamu untuk kasih kesempatan Arjune?"

Sontak Allura mendongakkan kepalanya. Keduanya matanya membulat sempurna. "Kamu gila!" seru Allura yang kemudian mengalihkan pandangannya.

"Aku serius. Kalo aku diem aja, justru aku merasa bersalah dan seolah aku ini orang ketiga diantara kamu sama Arjune,"

Tak Lagi Sama [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang