Hari demi hari berlalu. Semua keadaan berjalan seperti biasanya, tak ada yang berubah. Kecuali satu hal, tak ada lagi Allura yang selalu sibuk dengan perasaannya. Gadis itu kini mulai menyibukkan dirinya dengan berbagai macam pelajaran yang ditekuninya. Tak jarang pula ia mengikuti ujian online hanya untuk menguji sejauh mana kemampuannya. Dan sepertinya Allura sudah mulai melupakan laki-laki itu secara perlahan. Janjinya kepada Arjune untuk menjauh darinya benar-benar ia tepati.
Tepat hari ini, hari ke lima belas setelah Allura memutuskan untuk menjauh dari Arjune. Gadis itu tengah berjalan menuju laboratorium komputer untuk melakukan simulasi Ujian Nasional yang pertama. Senyum sumringah tampak di wajah gadis itu sejak pagi. Entah mengapa kali ini ia merasa sangat percaya diri untuk pertama kalinya saat akan berhadapan dengan soal-soal. Setelah mendapatkan kartu dan melakukan absensi, gadis itu masuk ke dalam laboratorium komputer dan duduk di kursinya sesuai arahan proktor.
Dua jam berlalu. Seluruh siswa berhamburan keluar dari ruang laboratorium setelah bel berbunyi tanda waktu sudah habis. Sudah banyak anak dari kelas lain yang sedang menunggu giliran mereka di koridor dekat laboratorium komputer. Tanpa memedulikan suasana disekitarnya, Allura bergegas memakai sepatunya dan berjalan kembali menuju kelasnya untuk menemui Katya yang memang mendapat bagian sesi satu hari itu.
Allura menghentikan langkahnya tepat di dekat koridor lantai tiga ketika ponselnya berbunyi tanda panggilan masuk dengan nama Katya yang tertera disana.
“Halo. Kenapa, Kat?” tanya Allura seraya kembali melanjutkan langkahnya.
“Al, gue ada di kantin. Lo langsung kesini aja ya. Di kelas nggak ada anak,” ucap Katya di seberang sana.
“Oke, nanti gue ke—AWW!” Gadis itu merintih pelan ketika tubuhnya tak sengaja bertabrakan dengan seseorang yang membuat ia terjatuh dan lututnya memerah. Tanpa menunggu waktu lama, gadis itu mencoba untuk berdiri dan mengambil ponselnya yang sedikit terlempar ke arah lain.
“Maaf ya, gue tadi lagi telfonan sama temen gue jadi nggak liat ada lo,” ucapnya dengan sangat lancar sebelum akhirnya tenggorokannya sedikit tercekat ketika mengetahui siapa yang ditabraknya.
Arjune. Benar, laki-laki itu yang tak sengaja Allura tabrak. Tak ingin terlihat canggung dihadapan laki-laki itu, Allura memilih untuk melontarkan senyum ke arah Arjune. “Sekali lagi sorry, ya, gue nggak sengaja. Gue pergi dulu.” ucapnya yang kemudian berlalu dari hadapan Arjune.
Secepet itu?
🍁
Arjune melemparkan tas ranselnya ke atas sofa yang ada di kamarnya. Bian yang tengah bermain play station pun sontak menoleh ketika melihat tingkah sahabatnya yang tidak seperti biasanya. Tak membuka mulutnya untuk bertanya kepada Arjune, laki-laki dengan kacamata minus yang bertengger di wajahnya itu tetap melanjutkan kegiatannya. Arjune menghela nafasnya kasar untuk beberapa kali. Entah apa yang membuat laki-laki itu merasa kalut saat ini. Bahkan, dirinya sendiri pun tak tahu apa alasannya.
Setelah beberapa menit melepas penat—yang tak kunjung hilang—di salah satu sofa yang panjang, Arjune bangkit dari duduknya. Berjalan menuju meja belajarnya dan membuka macbook-nya untuk membuka informasi tentang pendaftaran beasiswa ke luar negeri yang ingin didaftarnya.
“Gimana, Jun? Udah dibuka pendaftarannya?” tanya Bian tanpa mengalihkan pandangannya dari layar televisi.
Seraya terus menggulir layar macbook-nya menggunakan mouse, Arjune memilih tak menjawab pertanyaan dari Bian. Tiba-tiba, matanya membulat sempurna ketika tulisan mengenai formulir pendaftaran beasiswa itu terpampang di layar macbook-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Lagi Sama [COMPLETED]
Ficção AdolescenteAllura Pasya Bagaskara. Gadis kaku yang mengaku memiliki perasaan pada seorang laki-laki yang merupakan siswa pindahan dari Kanada yang berhasil memikat hatinya. Arjune Shagufta. Laki-laki dengan segala tingkah konyol yang membuat siapapun tersenyu...