Sembilan

179 12 0
                                    

“Gue disini, Ra.”

Isak tangis kecil gadis itu mulai terdengar. Dadanya naik-turun dan merasa sakit karena ia mencoba menahan tangisnya. Siapapun yang ada disana, tolong bantu Allura untuk memastikan apakah yang dialaminya saat ini benar-benar nyata atau hanya pelipur rindu yang Tuhan berikan untuknya.

Dia benar-benar ada dihadapannya saat ini. Setelah hampir membuat Allura putus asa akan harapan untuk laki-laki itu kembali, malam itu dirinya benar-benar diyakinkan dengan kehadirannya yang sangat tiba-tiba. Allura menangkup wajahnya menggunakan kedua tangannya. Tangisnya semakin pecah ketika dirinya tak lagi sanggup menahan seluruh luapan dalam hatinya.

Laki-laki itu tersenyum kecil. Ia merengkuh tubuh Allura ke dalam pelukannya. “Sejak kapan gue suka lo nangis gini?” tanyanya yang tentusaja tidak mendapat balasan dari gadis itu. Tangannya mengusap kepala Allura dengan sangat lembut. “Gue udah disini, Ra. Kita udah nggak jauh lagi,” lirihnya yang berhasil menusuk setiap relung Allura.

Gadis itu melepaskan pelukannya. Menghapus air matanya yang membasahi seluruh wajahnya. “Lo bener disini?” tanya Allura yang masih belum percaya.

“Iya, gue disini. Aubyn ada disini,”

Namanya Aubyn Edzard Birawa. Laki-laki dengan rahang yang tegas, tubuh jangkung, dan aroma maskulin yang selalu menjadi ciri khas tersendiri untuknya. Tiga belas tahun sudah laki-laki yang memiliki selisih umur 3 tahun lebih tua dari Allura itu meninggalkan tanah kelahirannya, Allura, dan segala kenangan tentang mereka. Kecelakaan yang menimpanya tiga belas tahun lalu mengharuskannya pergi ke Amsterdam untuk mendapatkan perawatan yang lebih intensif.

Semenjak kepergian Aubyn membuat Allura berada di balkon kamarnya setiap pulang sekolah hanya untuk memandangi kamar laki-laki itu. Dan kini, ia sangat lega karena tak lagi melakukan hal itu. Sudah hampir dua bulan belakangan pula Allura meninggalkan kebiasaannya, yaitu : melihat bintang dari atas mobilnya. Hal itu Allura lakukan karena ia mencoba untuk melupakan Aubyn yang saat itu ia yakini sudah lupa kepadanya. Melihat bintang dari atas mobil adalah salah satu kebiasaan yang selalu ia lakukan dengan laki-laki itu setiap Sabtu malam.

Setelah benar-benar meyakinkan dirinya sendiri bahwa Aubyn memang ada dihadapannya, keduanya masuk ke dalam rumah Allura. Gadis itu meminta Aubyn untuk menunggunya di ruang tamu sementara dirinya membuatkan minum dan mengambil beberapa camilan di dapur. Perasaannya kini hanya dipenuhi dengan kebahagiaan yang tak terkira ketika mengetahui Aubyn—teman masa kecilnya—kembali.

“Ra, lo tau darimana ini gue? Gue ninggalin lo kan waktu masih piyik. Muka gue udah berubah kali,” ucapnya kepada Allura yang barusaja datang dengan nampan berisikan makanan dan minuman untuk laki-laki itu.

Allura duduk dengan wajah masamnya. “Lo pikir gue sebegitu lost contact-nya sama bokap-nyokap lo? Mereka selalu kirim foto setiap lo lagi ada kegiatan apapun. Futsal, tenis meja, renang, ah banyak pokoknya.” jelasnya dengan nada bicaranya yang sedikit kesal.

Dengan tatapan jahil, Aubyn mendekatkan wajahnya ke wajah Allura. “Berarti lo simpenin foto gue dong?” bisiknya seraya menaik-turunkan kedua alisnya.

Setelah Aubyn kembali ke posisinya, kini giliran Allura yang mendekatkan wajahnya ke wajah laki-laki itu. “Kesimpen.” tegasnya yang kemudian mengundang gelak tawa dari keduanya.

“Gue kangen sama lo, Ra.”

🍁

Arjune bangkit dari tidurnya. Aneh jika laki-laki itu bangun dengan sendirinya. Ia bangkit dari tidurnya karena suara ketukan pintu yang memekakan telinganya. Suara yang terus memanggil namanya itu, ia paham betul siapa pemiliknya. Siapa lagi jika bukan anak perempuan kecil yang selalu mengusik dirinya jika sedang berada di rumah. Thania. Anak itu tengah meneriaki namanya seraya menggedor asal pintu kamarnya.

Tak Lagi Sama [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang